Anda di halaman 1dari 2

REVIEW FILM ALKINEMOKIYE DARI SUDUT PANDANG HAM

Film Alkinemokiye merupakan film dokumenter yang menyajikan cerita perjuangan warga
Papua dalam melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. Freeport, perusahaan pertambangan
emas terbesar di Indonesia yang berlokasi di Timika, Papua. Film karya Dandhy Dwi Laksono ini
sekaligus menggambarkan bagaimana keadaan pertambangan di Indonesia yang sebenarnya. Ada
permasalahan serius antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat papua khususnya para
karyawannya yang nantinya menimbulkan gejolak bentrokan, isu-isu politik, dan gerakan
separatis. Saat itu, beberapa dari mereka menjadi korban dari tindak kekerasan aparat dan
penembakan dari penembak gelap yang diduga dibayar oleh PT Freeport Indonesia. Saat itu
tepatnya tahun 2011 terjadi mogok kerja besar-besaran yang dilakukan oleh 8000 karyawan PT
Freeport Indonesia. Peristiwa ini merupakan pemogokan terlama dan terbanyak semenjak PT
Freeport beroperasi tahun 1967. Mereka menuntut upah yang sesuai dan sebanding dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Dimana diketahui bahwa tiap tahun sejak abad 20 hingga tahun
2011 harga emas dunia terus mengalami kenaikan dan pendapatan perusahaan terus bertambah.
Namun kenyataannya gaji karyawan tetaplah sama dan masih kurang dari yang selayaknya mereka
dapatkan. Disini terlihat adanya ketimpangan ekonomi yang sangat besar. Para kaum kapitalis
semakin kaya dan berkuasa, sedang mereka para pekerja dipaksa tidak berkutik dengan masalah
ekonomi yang mereka derita.

Kita tahu bahwa papua merupakan tempat ekploitasi tambang emas terbesar didunia,
namun sangat memprihatinkan karena para penduduk khususnya para pekerja lokal tidak
mendapatkan keadilan dan masih jauh dari kata sejahtera. Mereka tinggal di rumah berdinding
papan kayu dengan jendela tanpa kaca. Tidak heran jika warga di sekitar perusahaan tersebut masih
ada yang kelaparan dan kesulitan BBM, bahkan pensiunan karyawannya hanya diberi janji-janji
palsu. 15 tahun mereka melawan lewat pengadilan hanya untuk mendapatkan kenyataan bahwa
surat pensiun mereka ternyata tidak bisa digunakan untuk mengklaim uang pensiun. Beberapa
pensiunan lainnya ada yang pasrah dengan nasib mereka, sampai menggadaikan rumah untuk
dijadikan modal usaha, misalnya warung kecil.
Film ini menggambarkan kepada kita bagaimana keberpihakan petinggi negara terhadap
kaum kapitalis, dimana negara seperti hanya dijadikan sebagai alat eksploitasi terhadap tanah
papua, rakyat papua, dan para pekerjanya. Dimulai dari tidak sebandingnya upah mereka dengan
pendapatan perusahaan khususnya pendapatan dari pihak luar negeri, kemudian kebijakan atau
janji-janji perusaahan mengenai uang pensiunan yang tidak kunjung diberikan. Hal ini tentu
sangat mengecewakan dan menyakiti hati mereka. Dari banyaknya emas yang telah dieksploitasi
di tanah papua, rakyat papua hanya mendapatkan segelintir dari kekayaan alam tersebut yang
sejatinya adalah milik mereka. Hal itu merupakan sebuah bentuk penyelewengan terhadap Hak
Asasi Manusia (HAM). Hak asasi manusia merupakan hak dasar manusia sejak lahir dan semua
manusia berhak mendapatkannya termasuk para buruh tanpa terkecuali. Sebagai salah satu
kelompok yang menggerakkan sektor perekonomian, sudah selayaknya kondisi buruh
diperhatikan. Namun, yang terjadi pada buruh PT. Freeport malah sebaliknya. Tentunya hal ini
tidak boleh dibiarkan begitu saja hak asasi manusia merupakan hal mutlak dan tidak dapat
ditawar.

Dua tahun sekitar bulan Juli 2009 – November 2011, setidaknya 11 karyawan Freeport
dan sub-kontraktor ditembak mati secara misterius oleh para penembak gelap. Pembunuhan
merupakan salah satu contoh dari pelanggaran HAM berat. Pembunuhan tentunya sangat
dilarang meskipun dengan alasan apapun. Karena unsur kemanusiaan kedudukannya diatas
segala-galanya dan tidak ada satupun manusia yang boleh mengambil nyawa manusia lain
dengan semena-mena. Kita sebagai manusia mempunyai hak untuk hidup dan mencari
penghasilan. Begitupun dengan buruh di PT. Freeport. Nah untuk menyikapi segala bentuk
pelanggaran HAM yang terjadi pada buruh PT. Freeport ini, pemerintah sudah sepatutnya
bertindak tegas terhadap pelaku. Pemerintah harus menghukum pelaku maupun perusahaan yang
bersangkutan-dalam hal ini PT. Freeport-dengan seadil-adilnya.

Anda mungkin juga menyukai