Anda di halaman 1dari 2

Nama :Twenty Imelda Permata

NIM :185040200111061
Kelas :J
Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
REVIEW FILM ALKINEMOKIYE

Film dokumenter “Alkinemokiye” bercerita tentang perjuangan buruh dan pensiunan


PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. Film berdurasi 60 menit ini disutradarai oleh Dadhy
Dwi Laksono dan diproduseri oleh Andhy Panca Kurniawan. Beberapa fakta yang terdapat
di film tersebut diantaranya:

1. Pada tanggal 15 September 2011, 8.000 dari 22.000 pekerja Freeport Indonesia
melakukan aksi mogok menuntut kenaikan upah dari 3,5 USD per jam sampai 7,5 USD
per jam. Ini merupakan aksi mogok kerja terlama dan paling banyak melibatkan
karyawan sejak Freeport mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1967.
2. Dua tahun sekitar bulan Juli 2009 sampai November 2011, setidaknya 11 karyawan
Freeport dan sub-kontraktor ditembak mati secara misterius oleh para penembak
gelap.
3. PT Freeport McMoRan telah mengeluarkan dana sebesar Rp. 711.000.000.000 untuk
“uang keamanan” yang diberikan kepada para aparat pemerintah Indonesia dalam 10
tahun terakhir.

Setelah menonton film ini penonton akan merasakan kesedihan karena sepanjang
film penonton dapat melihat ketidakadilan yang dirasakan oleh karyawan PT Freeport. Di
dalam film dapat kita lihat sebuah tambang emas terbesar di dunia namun karyawannya
tidak hidup sejahtera yang artinya tinggal di rumah berdinding kayu dengan jendela tanpa
kaca. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian kerja keras dan upah yang diberikan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa Hak Asasi Manusia karyawan PT. Freeport diganggu atau bahkan
diabaikan. Para petinggi disini lebih mementingkan politik dan keuntungan pribadi mereka
dibandingkan para karyawan yang bekerja di PT. Freeport. Salah satu contoh Hak Asasi
Manusia adalah hak untuk hidup, tetapi dengan kasus ditembak matinya para karyawan dan
sub-kontraktor PT. Freeport sudah menunjukkan adanya penyimpangan dan pelanggaran
HAM disini. Selain itu, kebebasan berpendapat karyawan dibatasi, mereka tidak dapat
menyuarakan pendapat mereka dengan baik. Disaat mereka menyuarakan pendapat dengan
cara mogok kerja para karyawan justru ditembak mati.

Berdirinya PTFI di tanah papua bukan hal mudah. Pasalnya, sejak PTFI beroperasi
pada tahun 1967 tercermin adanya keterkaitan dengan kondisi politik internasional yang
dimainkan Amerika. Akibatnya, pada 1966 politik Indonesia ikut terseret seperti halnya
pergantian rezim Ir. Soekarno menuju rezim Jendral Soeharto yang didukung oleh barat.
Freeport kemudian menandatangi kontrak berdurasi 30 tahun dengan rezim baru pada
1967. Referendum digelar pada 1969 tetapi tak melibatkan mayoritas warga papua. Kondisi
politik Indonesia yang belum stabil kala itu diyakini menjadi bagian dari taktik Amerika guna
menguasai sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, seperti PTFI di papua.

Sejumlah aparat keamanan yang ditempatkan di Papua yang bertujuan untuk


mengamankan kekacauan tersebut. Terlihat seperti bisnis keamanan yang diciptakan
dengan dalih menjaga investasi asing. Dalam film ini dijelaskan bahwa 10 tahun terakhir PT.
Freeport mengeluarkan dana sebesar 771 miliar rupiah uang keamanan untuk Indonesia.
Beberapa kekerasan yang terjadi di Papua ditampilkan pada film ini. Namun, semua itu
hanya beberapa realita dari sejumlah kekerasan yang tidak terekspos ke permukaan. Banyak
kasus kekerasan terjadi di Papua. Sejak pemogokan 15 September hingga November 2011,
Tercatat 7 kasus penembakan terjadi di area Freeport. Akibatnya, 5 karyawan PTFI dan 2
warga sipil menjadi korban penembakan misterius untuk keamanan.

Dari film ini jelas sekali terlihat penyimpangan terhadap Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan film juga dapat kita lihat pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat seperti
pembunuhan dan penyaderaan. Di dalam film hanya sebagian yang ditunjukkan, kita tidak
merasakan dan mengetahui persis apa yang terjadi pada saat itu. Selain pelanggaran
terhadap hak untuk hidup dan berpendapat, ada banyak pelanggaran lain yang dapat kita
lihat melalui film seperti pelanggaran hak mogok, pelanggaran terhadap kebebasan
berserikat, pelanggaran ha katas perundingan bersama dan hak tenaga kerja atas jaminan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai