PENDIDIKAN
PANCASILA
OLEH
ADEN BAGUS WAHYU LUTHFI YONAND
13700177
2013-C
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
RESUME BUKU
JUDUL
: PENDIDIKAN PANCASILA (Pancasila Sebagai Etika
Politik,Pancasila Ideologi Negara dan Masyarakat
Sipil di Indonesia, Pancasila Sebagai Paradifma
Kehidupan Multikultural)
PENGARANG : ASSOSIASI GURU DAN DOSEN PENDIDIKAN
PANCASILA JATIM DAN FISIP UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA.
PENERBIT : ASRI Press
PENGANTAR : Prof. Dr. H. Bambang Rahino Setokoesoe
ii
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA
POLITIK
A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan nilai, sumber dari segala penjabaran norma. Dalam filsafat
Pancasila terkandung suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis, dan komperhensif. Sebagai suatu nilai,
Pancasila memberi dasar yang bersifat fundamental dan universal. Normanorma tersebut meliputi
Norma moralyaitu berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Norma hukum yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
Atas dasar pengertian inilah nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari
bangsa Indonesia sendiri atau Indonesia sebagai asal mula materi (kausa
materialis) nilai-nilai Pancasila.
PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari 2 kata dalam bahasa Yunani : equos-ethos dan
equikos ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa.
Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
Etika membahas baik-buruk/benar-tidaknya tingkah laku &
tindakan manusia serta menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika
mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.
Para ahli membagi etika ke 2 bagian yaitu
1. Etika Deskriptif
Menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral
secara deskriptif. Termasuk golongan bidang ilmu pengetahuan
empiris dan berhubungan erat dengan sosiologi. Etika Deskriptif
dibagi atas 2 bagian.
Pertama, Sejarah Moralyang meneliti cita-cita, aturan-aturan dan
norma-norma moral yang diberlakukan dalam kehidupan manusia
dalam kurun waktu dan tempat tertentu. Kedua, Fenomenologi
Moral yang berupaya menemukan arti dan makna moralitas dari
berbagaifenomena moral yang ada.
2. Etika Normatif
Etika normatif mempelajari studi atau kasus yang berkaitan
dengan masalah moral. Etika normatif mengkaji rumusan secara
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan sama
tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam 4 tingkatan, yaitu:
1.
Nilai-nilai kenikmatan; terdpat deretan nilai-nilai yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan (die Wertreihe des Angenehmen und Ungangehmen)
Nilai-nilai kehidupan; terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan (Werte des
vitalen Fuhlens)
2.
Nilai-nilai kejiwaan; terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak
bergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
3.
Nilai-nilai kerohanian; terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci
(wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen).
4.
Nilai-nilai kejasmanian
3.
Nilai-nilai hiburan
4.
Nilai-nilai sosial
5.
Nilai-nilai watak
6.
Nilai-nilai estetis
7.
Nilai-nilai intelektual
8.
Nilai-nilai keagamaan
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Rohani ini
dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
3.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupaka suatu sistem yang perwujudannya tidak boleh menyimpang dari
sistem tersebut. Nilai ini merupakan penjabaran dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan
yang nyata.
C. Etika Politik
Etika politik berkaitan dengan moral manusia. Hal ini berdasarkan pada kenyataan moral
selalu menunjuk pada manusia sebagai subjek etika. Walaupun hubungannya dengan masyarakat
bangsa atau negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Hal ini didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.
Aktualisasi etika politik senantiasa berdasarkan pada harkat dan martabat manusia sebagai
manusia (Suseno, 1987:15).
1. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata Politics yang bermakna bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan pelaksanaan tujuan. Untuk
melaksanakan kebijaksanaan diperlukan suatu kekuasaan (power) dan kewenangan (authority).
Sila 2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merupakan sumber nilai-nilai moralitas
dalam kehidupan negara. Negara pada prinsipnya adalah persekutuan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Sila 3 Persatuan Indonesia, bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di
dunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah tertentu dengan suatu cita-cita dan
prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.
Sila 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Negara Indonesia adalah negara
hukum. Oleh karena itu, keadilan dan hidup bersama merupakan tujuan dalam kehidupan
negara.
BAB V
Pancasila, Ideologi Negara dan
Masyarakat Sipil di Indonesia
A. Pengertian Ideologi
Ideology berasal dari bahasa Yunani, yaitu idea yang berarti pemikira
n, gagasan,
konsep keyakinan dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi, ideology adal
ah ilmu pengetahu-an tentang gagasan, konsep keyakinan atau pemikiran. A
da dua macam ideology, yaitu ideologi
doktrine
dan ideology pragmatis dan tidak bersifat ketat. Peran ideology adalah sebag
ai
identitas bersama suatu bangsa dan merupakan konsensus nilai yang berke
mbang dalam
masyarakat majemuk.
Kekuatan ideology Pancasila sejak dirumuskan memiliki tiga varian yan
g saling berkesinambungan; 1). Pancasila sebagai ideology persatuan, 2). Pa
ncasila sebagai ideology pembangunan, 3). Pengertian Pancasila dibedakan
menjadi dua yaitu Pancasila Formal yang berupa pengertian yang abstrak be
rupa idea tokoh - tokoh perumus Pancasila dan Pancasila Material yang
hidup dan berkembang dalam struktur asli Indonesia yang bersifat gotong ro
yong. Pancasila
sudah mengalami proses dari Pancasila Material menjadi Pancasila Formal. P
erumusan
Pancasila sebagai ideology sesungguhnya merupakan kongkretisasi dari reali
tas sosial dan
kebudayaan yang tumbuh berkembang dalam masyarakat dan merupakan b
entuk objektif dari
kondisi riil masyarakat Indonesia.
5
Sebagai idelogi, Pancasila merupakan seperangkat nilai yang tidak han
ya beranyamkan
idealisasi gambaran masa depan masyarakat Indonesia, tetapi juga mengan
dung nilai yang
berakar pda realitas empiric.
kehidupan
bumi dan sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara k
ehidup
an berbangsa dan bernegara, sehingga Pancasila merupakan pandangan ber
bangsa dan bernegara dalam akumulasi nilai kehidupan yang menyatu dala
m filsafat, idiologi dan dasar Negara.
Pancasila bukanlah imitasi dari idelogi Negara lain, tetapi mencerminka
n amanat pende-ritaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Di zaman sekara
ng, era globalisasi dan konglomerati
sasi, ipteksasi dengan ideology-ideologi barunya disamping ideologi besar ya
ng masih menarik
tambang terhadap idelogi ideologi saingannya menentukan Pancasila akan bertahan atau
tidak. Untuk itu, selayaknya Pancasila tetap bertahan sebagai ideology yang
terbuka dengan
mempertahankan nilai nilai dasarnya dan nilai praksisnya bersifat fleksibel. Ketahanan
ideology Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keter
bukaannya.
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
KEHIDUPAN MULTIKULTURAL
9
Menurut Sartono Ideologi Nasionalisme ada 5 prinsip yaitu
1. Kesatuan
2. Kemerdekaan
4. Kepribadian
5. Prestasi
3. Kesamaan
10
Konstruksi Diri
Kalau ditanya siapa dan apa itu manusia pasti mereka akan berpikir
dahulu lalu menjawab sesuai pemikiran dan paham masing masing. Kalu
menurut ilsam sendiri manusia itu adalah pemimpin yang menjaga bumi.
Di dalam diri manusia terdapat unsur negati dan positif. Unsur positif
manusia terletak pada unsur jiwa(akal, pikiran, karsa), sifat sosial dan
makhluk Tuhan sedangkan letak negatifnya pada unsur raga(benda mati,
tumbuhan dan kebinatangan), sifat individu dan makhluk pribadi.
11