Anda di halaman 1dari 24

Etika Politik, Nilai,

Moral, Norma, Nilai


Dasar, Instrumental &
Praksis

Arifin Chaniago
Benyamin Borolla
Pancasila Sebagai Felomena Falikres
M. Refi Fauzi
Etika Politik Resky Yanti Wyatabi
Pengertian Nilai

Menurut Djahiri (1999), adalah harga,


makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang
tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan
teori, sehingga bermakna secara fungsional.
Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan
seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku.
Hierarki Nilai

Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak


sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-nilai dapat
dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
– Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra
yang memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak.
– Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan
yakni jasmani, kesehatan serta kesejahteraan umum.
– Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan
kebenaran, keindahan dan pengetahuan murni.
– Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai
dari yang suci.
A. Nilai Dasar
Nilai dasar ini besifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala
sesuatu misalkan hakikat Tuhan, manusia dengan
segala sesuatu lainnya. Demikian juga hakekat
nilai dasar itu dapat juga berlandaskan pada
hakikat suatu benda , kuantital, kualitas, aksi relasi
ruang maupun waktu. Demikianlah sehingga nilai
dasar dapat juga di sebut sebagai sumber norma
yang pada gilirannya di jabarkan atau di
relisasikan dalam suatu kehidupan yang bersifat
praksis.
B. Nilai Intrumental
Nilai intrumental yang merupakan
suatu pedoman yang dapat di ukur dan di
arahkan. Bilamana nilai intrumental
tersebut berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari
maka hal ini merupakan suatu nilai norma.
Dan nilai intrumental sendiri juga dapat di
katakan bahwa nilai intrumental itu
merupakan suatu eksplistasi dari nilai
dasar.
C. Nilai Praksis
Nilai praksis pada hakekatnya
merupakan penjabaran lebih lanjut dari
nilai intrumental dalam suatu kehidupan
yang nyata. Artinya oleh karna nilai dasar,
nilai intrumental dan nilai praksis itu
merupakan suatu sistem perwujudannya
tidak boleh menyimpang dari sistem
tersebut.
Implementasi Nilai Pancasila
Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai
pancasila merupakan standar hidup bangsa yang berideologi pancasila. Nilai ini
sudah pernah dikemas dan disosialisasikan melalui P4 (Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila), dan dianjurkan disekolah-sekolah
sebagaimana telah dibahas di muka. kita hendaknya sadar bahwa secara
historis, nilai pancasila digali dari puncak-puncak kebudayaan, nilai agama, dan
adat istiadat bangsa Indonesia sendiri, bukan dikulak dari negara lain. Nilai ini
sudah ada sejak bangsa Indonesia lahir. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
jika pancasila mendapat predikat sebagai jiwa bangsa.
Nilai Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri merupakan
pandangan hidup/panutan hidaup bangsa Indonesia. Kemudian, ditingkatkan
kembali menjadi Dasar Negara yang secara yuridis formal ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka. Secara
spesifik, nilai Pancasila telah tercermin dalam norma seprti norma agama,
kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, serta norma hukum. Dengan demikian, nilai
Pancasila secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup
sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan dalam cara bertindak.
Pengertian Moral
Menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-
buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat, dan warga negara.
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997),
moral adalah prinsip baik-buruk yang ada dan melekat
dalam diri individu/seseorang.
Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan,
karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan
moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk.
Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa
dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam
mematuhi maupun menjalankan aturan.
Pengertian Norma
adalah tolok ukur/alat untuk mengukur
benar salahnya suatu sikap dan tindakan
manusia. Norma juga bisa diartikan
sebagai aturan yang berisi rambu-rambu
yang menggambarkan ukuran tertentu,
yang di dalamnya terkandung nilai
benar/salah.
Hubungan antara Nilai, Norma
dan Moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan
yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan
kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digaris bawahi bila seorang
individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang kuat
tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun
sikap dan tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi
lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya
dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas
turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat
manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang
mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-
kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian,
etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di
tangan pihak yang memberikan ajaran moral.
Pengertian Etika

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan


mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah
suatu ilmu yang membahasas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral terntentu atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi
dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus :
- Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku
bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus
membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
berbagai kehidupan manusia (Suseno, 1987).
- Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang
membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
etika sosial merupakan kewajiban manusia terhadap
manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan
suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Pengertian Politik

Pengertian politik berasal dari kata Politics yang memiliki


makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses tujuan
penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti
dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh
masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi
seseorang (privat goals). Selain itu politik menyangkut
kegiatan berbagai kelompok termasuk partai pplitik,
lembaga masyarakat maupun perseorangan.
Pengertian Etika Politik

Penerapan Pancasila sebagai etika politik di dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia
sangatlah penting, bahkan merupakan hal yang teramat
fundamental
Etika politik yaitu etika atau aturan tentang
bagaimana seharusnya seseorang atau sekelompok
orang bertindak khususnya dalam lingkup pembagian
kekuasaan dalam masyarakat atau pada lingkup
pemerintahan.
Penerapan Pancasila sebagai etika politik di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah hal yang sangat penting, bahkan
merupakan hal yang teramat fundamental
Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan dasar
negara yang menjadi pedoman hidup
bermasyarakat yang seharusnya diaplikasikan
secara nyata dalam bermasyarakat khususnya
dalam dunia politik.
Pancasila sebagai etika politik yaitu dimana
pancasila dijadikan sebagai dasar/tolak ukur
dalam pembuatan aturan-aturan tentang
bagaimana seharusnya bertindak atau
berperilaku di dalam dunia politik
5 Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima
pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif, damai,
toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat
yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat.
Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan
mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok
orang.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti
Kemanusian yang adil dan beradab. Karena hak-hak asasi
manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana
manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia.
Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak
maupun kontekstual dalam pengertian sebagai berikut.
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena
pemberian Negara, masyarakat, melainkan karena
pemberian Sang Pencipta .
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena
itu mulai disadari, diambang modernitas di mana manusia
tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi
diri sendiri, melainkan juga demi orang lain, bahwa kita
bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup
menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri,
melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-
manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara
melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai
manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan.
Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan
masing-masing
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada
manusia atau sebuah elit atau sekelompok ideologi berhak
untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa
mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang
memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah
kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar
yaitu:
• Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan
terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas tidak menjadi
kediktatoran mayoritas.
• Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan
terhadap hukum (Negara hukum demokratis). Maka
kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang
sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam
kehidupan masyarakat. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis,
sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-
agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang
terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan
dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada
dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di
semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi
atas dasar ras, suku dan budaya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai