Anda di halaman 1dari 15

pendidikan PANCASILA

MODUL
PENDIDIKAN PANCASILA
DAN
KEWARGANEGARAAAN

MATERI 9
PAnCAsILA
seBAGAI SISTEM ETIKA
kementerian kesehatan republik indonesia

Uraian Materi
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. Pengertian Nilai, Moral dan Norma


1. Pengertian nilai
Nilai menunjukkan sifat atau kualitas kepada sesuatu (objek)
yang mempunyai nilai apabila ada sifat atau kualitas yang
melekat jadi yang mempunyai nilai itu tidak hanya sesuatu
yang tidak berwujud saja, akan tetapi juga sesuatu yang tidak
berwujud seperti benda atau material bahkan sesuatu yang
bukan benda atau material dapat menjadi memiliki nilai yang
sangat tinggi dan mutlak bagi manusia.

Oleh karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan


sebagai suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis
dapat dijadikan perspektif kajian atas nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai yang tidak
terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut bersifat universal,
dapat ditemukan di manapun dan kapanpun. Namun, sebagai
suatu kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan
ciri khusus pada ke-Indonesia-an karena merupakan
komponen utuh yang terkristalisasi dalam Pancasila. Sebagai
Sistem Etika Pancasila digali dan bersumber dari agama, adat
dan kebudayaan yang hidup di Indonesia. Oleh karena itu,
Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus politik
yang memberi dasar bagi berdirinya negara Indonesia.

2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang
hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-
aturan, kaedah dan norma yang berlaku dalam masyarakat,
dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral.

170
pendidikan PANCASILA

Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau


prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat
berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

3. Pengertian Norma
Norma kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan
yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu
peraturan atau norma. Hubungan ideal yang seimbang, serasi
dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan), horizontal
(masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya) Norma adalah
perwujudan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya,
dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi (Siswanto 2015).
Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa
norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi
karena adanya sanksi.

B. Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara
lain sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara,
jiwa dan kepribadian bangsa. Pancasila juga sangat sarat akan nilai,
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Oleh karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai suatu
acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan perspektif
kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Sebagai suatu nilai yang tidak terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut
bersifat universal, dapat ditemukan di manapun dan kapanpun. Namun,
sebagai suatu kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan
ciri khusus kepada Indonesia karena merupakan komponen utuh yang
terkristalisasi dalam Pancasila sebagai Sistem Etika. Pancasila digali dan
bersumber dari agama, adat dan kebudayaan yang hidup di Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus
politik yang memberi dasar bagi berdirinya negara Indonesia.

171
kementerian kesehatan republik indonesia

1. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana
kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran
moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

a) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku


bagi setiap tindakan manusia.

b) Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas


dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial) Secara etimologis (asal kata),
etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya watak
kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang
berasal dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang
juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan
moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari
dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas
digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada
(Zubair, 1987).
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way
of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran
yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan
untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota
masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika
yang orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai setiap
keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab
keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas,
dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga
menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free)

172
pendidikan PANCASILA

Anda sebagai mahasiswa berkedudukan sebagai makhluk individu


dan sosial sehingga setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait
dengan diri sendiri, tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan sosial
dan lingkungan. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral
guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang
melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila
perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga
mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan
moral-akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan
karakter yang Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti
jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri (Latif, 2002)

Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga harus


terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara.
Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas
dan menghormati hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan
penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika, aliran etika, dan
pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga mahasiswa
memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan
dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia (Ismawan, 2002).

Taat beragama dalam kehidupan individu, bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara dalam pengembangan keilmuan, serta kehidupan
akademik dan profesinya; mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk pribadi yang saleh secara individual, sosial, dan alam;
mengembangkan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, cinta damai, responsif, dan proaktif; berkontribusi aktif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan dalam pergaulan dunia
dengan menjunjung tinggi penegakan moral dan hukum; menguasai
pengetahuan tentang pengertian etika. Pancasila sebagai solusi problem
moralitas bangsa; terampil merumuskan solusi atas problem moralitas
bangsa dengan pendekatan Pancasila (Kaelan, 2000).

173
Pengertian Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang
artinya tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi
perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau tindakan
manusia. Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang
sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan
pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah
laku yang dianggap benar.

Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma,


kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai
pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan
dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya
dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.

KARAKTERISTIK / CIRI ETIKA

1. Etika Bersifat Mutlak atau Absolut

Etika mempunyai sifat mutlak atau absolut berarti sebuah etika


berlaku untuk siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Etika
sebagai prinsip yang tidak dapat dinegosiasikan dan tidak pula
tergantung dengan dasar moral yang berubah-ubah.

Sebagai contoh, membunuh dan merampas hak atau milik orang


lain merupakan perbuatan dan tindakan yang tidak bermoral
apapun itu alasannya.
2. Etika Tetap Berlaku Meskipun Tanpa Disaksikan
oleh Orang Lain

Umumnya, etika tetap berlaku meskipun tidak disaksikan oleh


siapapun. Hal itu karena etika berkaitan dengan hati nurani dan
prinsip hidup manusia yang baik.

Sebagai contoh, apabila ada individu yang mencuri meskipun tak


diketahui oleh orang lain, tetap saja itu itu merupakan suatu
tindakan yang telah melanggar etika dan norma yang berlaku.
Sehingga bagaimanapun juga moral dari individu tersebut akan
buruk, meski tidak dijerat oleh aparat penegak hukum sekalipun.

3. Etika Berhubungan dengan Cara Pandang Batin


Manusia

Etika, yakni cara perspektif batin yang berhubungan dengan baik


dan buruknya suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia atau
individu.

Pada hakikat, setiap manusia tentu diajarkan berbagai hal yang


boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka lambat laun manusia akan
mengetahui perkara yang baik dan buruk sehingga akan terbentuk
dan tertanam di hatinya.

Pada hakikat, setiap manusia tentu diajarkan berbagai hal yang


boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka lambat laun manusia akan
mengetahui perkara yang baik dan buruk sehingga akan terbentuk
dan tertanam di hatinya.Hal ini tentunya akan memunculkan
perdebatan dalam diri manusia apabila ingin melakukan
perbuatan yang buruk atau jahat.
4. Etika Berhubungan dengan Perbuatan, Perilaku,
dan Tingkah Laku Manusia

Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku, perbuatan, dan


tingkah laku suatu individu. Dengan begitu, umumnya, etika akan
terbentuk secara alami akibat adanya perilaku, perbuatan, dan
tingkah laku dari individu tersebut.

Perilaku dan perbuatan yang buruk dianggap sebagai etika yang


buruk, sedangkan perilaku dan perbuatan yang baik maka
dianggap sebagai etika yang baik pula.

Intinya, bagaimanapun juga etika sangat amat berkaitan dengan


perilaku dan perbuatan yang dilakukan oleh individu itu sendiri.

Macam-Macam Etika
Etika Berdasarkan Jenisnya

Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di antaranya etika


normatif dan etika deskriptif. Berikut penjabarannya secara
singkat.

1. Etika Normatif

Etika normatif adalah jenis etika yang berusaha menentukan dan


menetapkan berbagai perilaku, perbuatan, sikap ideal yang
seharusnya dimiliki oleh tiap individu di dalam hidup ini.
2. Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah jenis etika yang berusaha memandang


perilaku dan sikap individu, serta apa yang individu itu kejar di
dalam hidup ini atas perkara yang memiliki nilai.

Etika Berdasarkan Cakupannya

Menurut cakupannya, ada dua jenis-jenis etika, yaitu etika


khusus dan etika umum. Berikut penjabarannya secara singkat.

1. Etika Khusus

Etika khusus merupakan jenis etika yang menjadi suatu


implementasi dari prinsip atau asas moral di dalam kehidupan
individu secara khusus.

2. Etika Umum

Etika umum merupakan jenis etika yang berkaitan dengan situasi


dan kondisi dasar mengenai perilaku dan tindakan individu secara
etis.

Etika Berdasarkan Lingkungannya

Berdasarkan lingkungannya, ada dua jenis etika, yaitu etika


individual dan etika sosial. Berikut penjabarannya secara singkat.
1. Etika Individual

Etika individual merupakan etika yang memiliki kaitannya


dengan sikap dan kewajiban dari individu atas dirinya sendiri.

2. Etika Sosial

Etika sosial merupakan jenis etika yang memiliki kaitannya


dengan sikap dan kewajiban, serta perilaku suatu individu sebagai
umat manusia.

Etika Berdasarkan Sumbernya

Menurut sumbernya, ada dua jenis etika, di antaranya etika


teologis dan etika filosofis. Berikut penjabarannya di bawah ini.

1. Etika Teologis

Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama


juga kepercayaan suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu
agama tertentu. Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam etika
teologis ini.

Pertama, etika teologis tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu
karena mengingatnya banyaknya jumlah agama di dunia ini. Pada
hakikatnya, setiap agama pastinya memiliki etika teologisnya
masing-masing berbeda dan juga spesifik.

Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang


sebagian besar individu telah menerapkan dan mengetahuinya.
Etika umum ini condong luas dan banyak dengan bagian-bagian
yang tak terbatas. Sehingga secara tak langsung, seorang individu
memahami etika teologis dengan cara mengetahui dan
memahami pula dari etika umum, dan sebaliknya.

2. Etika Filosofis

Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir
atau berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam
bagian dari filosofis (berdasarkan filsafat).

Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah satunya


mempelajari pikiran manusia. Adapun etika filosofis dibagi
menjadi dua sifat, yakni empiris dan non-empiris.

Empiris merupakan jenis filsafat yang erat kaitannya dengan


sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret. Contohnya, apabila
suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat hukum, akan
membahas terkait hukum

Kemudian, non-empiris merupakan bagian yang berupaya


melebihi suatu yang nyata, berwujud, atau konkret sebelumnya.
Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala konkret yang
menyebabkannya.

Etika Profesional, Bisnis dan Teknologi


1. Etika Profesional
Etika profesional merupakan jenis etika yang dikenakan
pada karyawan di perusahaan, atau sebagai anggota profesi.
Misalnya, jurnalis, dokter, pengacara, dan lain-lain.
jenis Etika yang satu ini dapat bersifat dipaksakan ketika
seseorang adalah bagian dari lingkungan profesional atau
ketika seseorang sedang dilatih atau dididik untuk bekerja
untuk profesi tertentu. Apabila etika profesional tidak
dipatuhi, maka dapat merusak reputasi profesional orang
yang tidak patuh tersebut.

2. Etika Bisnis
Macam-macam etika yang berikutnya adalah etika bisnis.
Etika ini dapat didefinisikan sebagai blueprint prinsip dan
nilai yang mengatur keputusan dan tindakan dalam
perusahaan. Dalam dunia bisnis, arti budaya organisasi
menetapkan standar untuk memastikan perbedaan antara
pengambilan keputusan dan perilaku yang baik dan buruk.

Definisi etika bisnis bermula dari mengetahui perbedaan


antara benar dan salah dan memilih untuk melakukan apa
yang benar. Ungkapan ‘etika bisnis’ dapat digunakan untuk
menggambarkan bentuk tindakan sosial individu dalam
suatu organisasi sosial secara keseluruhan.

3. Etika Teknik
Etika teknik bukan tentang memberitakan kebajikan,
melainkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
seseorang sebagai insinyur untuk secara bertanggung jawab
menghadapi masalah moral yang diangkat oleh aktivitas
teknologi.
Fungsi Etika
Tentu etika memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Sebagai tempat untuk mendapatkan pandangan atau


perspektif kritis yang berhadapan langsung dengan
berbagai suatu moral yang membingungkan.
2. Guna pandangan atau orientasi etis ini perlu adanya
mengambil suatu sikap yang wajar dalam situasi dan
kondisi masyarakat yang majemuk (pluralisme).
3. Guna memperlihatkan suatu keterampilan berpikir
jernih, yaitu suatu kebolehan untuk berargumentasi
secara kritis dan rasional.
4. Berfungsi sebagai pembeda mana yang boleh diubah dan
mana yang tidak dapat diubah.
5. Berfungsi menyelidiki suatu konflik atau permasalahan
hingga ke akar-akarnya.
6. Berfungsi untuk membantu sebuah konsistensi.
7. Berfungsi untuk menyelesaikan konflik, baik konflik
moralitas maupun konflik sosial lainnya, dengan bentuk
gagasan yang tersistematis juga kritis.

MORAL
Pengertian Moral

Setelah membahas etika, selanjutnya akan dipaparkan


pengertian dari moral. Berdasarkan buku Membangun Moral
dan Etika Siswa Sekolah Dasar yang disusun oleh Andi Widhia
Putra dkk, moral secara etimologi berasal dari bahasa latin
yaitu "mos" yang mempunyai arti kebiasaan atau adat.

Secara umum, pengertian moral berarti suatu hukum dan


perilaku yang diterapkan untuk setiap manusia dalam
bersosialisasi dengan sesamanya hingga terjalin rasa saling
menghormati satu sama lain. Seseorang yang bermoral berarti
mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang oleh
masyarakat.

Jenis=Jenis Moral :
Selain pengertian, moral juga memiliki jenis-jenisnya sendiri
yaitu:

1. Moral Ketuhanan
Moral ketuhanan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan nilai keagamaan. Biasanya, moral ini diwujudkan
dengan cara menghargai satu sama lain meskipun memiliki
agama yang berbeda.

2. Moral Ideologi dan Filsafat


Moral jenis ini merupakan segala hal yang berhubungan
dengan loyalitas pada semangat kebangsaan. Moral ideologi
dapat dilihat dengan menjunjung tinggi dasar negara serta
menolak ideologi asing.

3. Moral Etika dan Kesusilaan


Moral etika dan kesusilaan membahas soal kesusilaan
dengan etika yang dijunjung suatu bangsa, masyarakat,
serta negara. Kesusilaan ini menyangkut tradisi maupun
budaya.
4. Moral Disiplin dan Hukum
Moral jenis ini adalah segala hal yang berkaitan dengan
kode etik serta profesionalitas dan hukum yang berlaku di
suatu masyarakat bahkan negara. Contoh nyatanya yaitu
menggunakan perlengkapan lalu lintas ketika berkendara.

Perbedaan Etika dan Moral

Setelah mengetahui arti serta jenis-jenis dari etika dan moral,


maka akan muncul pertanyaan terkait perbedaan antara
keduanya. Terlebih, setelah dibahas ternyata keduanya cukup
mirip satu sama lain.

Mengutip dari sumber yang sama, perbedaan antara etika dan


moral yaitu terletak pada etika yang lebih condong bersifat
teoritis. Lain halnya dengan moral yang bersifat praktis.

Etika memang memandang tingkah laku manusia secara umum.


Namun, moral memandang perilaku manusia secara lokal dan
setempat.

Jika etika menjelaskan ukuran yang dipakai, maka moral


merealisasikan ukuran tersebut dalam perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai