BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1.1 Makna Nilai Dasar Pancasila
Nilai Pancasila secara filosofis adalah sebagai dasar idiologi negara dan filsafat hidup
bangsa yang sistematis. Fungsi filsafat dan Pancasila yaitu mempertanyakan dan menjawab
apakah dasar kehidupan beretika dalam berbangsa dan bernegara. Dasar filosofis Pancasila
yaitu sebagai ideologi bangsa yang mempunyai makna dalam setiap lini kehidupan berbangsa
dan bernegara yakni nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
a) Nilai Pancasila merupakan pandangan hidup dan cita-cita bangsa Indonesia.
b) Nilai Pancasila di ambil dari kebiasaan dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri yang sesuai
dengan budi pekerti bangsa Indonesia. Dan juga bersifat menjunjung tinggi kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi harkat dan martabatnya. Nilai berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Cita-cita, gagasan, dan ide adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.
Nilai adalah kualitas diri yang bermanfaat bagi manusia, yang dijadikan landasan dan
motivasi dalam bersikap dan berperilaku baik disadari maupuin tidak disadari. Nilai merupakan
harga untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus
Bhasa Indonesia, 2000).
Prof. Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu :
1. Nilai material, sesuatu yang berguna bagi manusia.
2. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai berikut :
a. Nilai kebenaran, yang bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (etika)
d. Nilai religi, bersumber pada keimanan manusia yang merupakan nilai tertinggi.
1.2 Etika
Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak,
kebiasaan. Etika membahas tentang tingkah laku manusia yang di pandang dari segi baik dan
buruk, serta bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Etika di bagi
menjadi 2 :
a. Etika Umum, membahas prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
b. Etika Khusus, membahas prinsip kehidupan manusia, baik individual maupun sosial.
Manusia adalah makhluk sosial yang mana sangat membuthkan bantuan orang lain,
secara di sengaja maupun tidak di sengajabuat apa apa. Didalam Islam ada sebuah konsep
mencintai sesama yaitu Rahmatan lil alamin (kesejahteraan i bagi seluruh umat manusia). Pada
dasarnya etika membahas hal yang berkaitan dengan nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai
susila atau asusila, nilai kesopanan, dan sebagainya.
2. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang yang taat kepada aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakatnya dianggap bertindak
benar secara moral begitu pula sebaliknya.
Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan
mendasar tetang ajaran-ajaran moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan yang membahas
prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987).
Etika adalah tingkah laku manusia sedangkan moral adalah praktek dari etika. Dalam etika
seseorang dapat memahami tentang atas dasar apa manusia hidup menurut norma tertentu,
sedangkan moral menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang.
3. Norma
Norma adalah petunjuk dan penuntun tingkah laku manusia yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari agar manusia memiliki martabat yang tinggi. Agar manusia mempunyai
harga, moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian
ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Norma memiliki sanksi misalnya :
a) Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan.
b) Norma kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
c) Norma kesopanan, sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat,
d) Norma hukum, dengan sanksinya berupa kurungan atau denda yang dipaksakan oleh alat
Negara.
B. Etika Pancasila
1. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.
Sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai yang mana setiap nilainya saling
berhubungan. Nilai etika yang terkandung dalam pancasila diangkat dari nilai prinsip yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat, diantaranya adalah nilai kebudayaan dan adat istiadat.
Sebagai dasar Ideologi Negara, maka nilai-nilai pancasila harus di jabarkan dalam suatu
norma yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Penjabaran tersebut adalah Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia dan dalam pelaksanaannya memerlukan norma moral yang merupakan dasar
pelaksanaan tertib hukum. Jika hukum tidak berlandaskan norma moral maka tidak akan tercapai
suatu keadilan dalam suatu negara. Esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah
Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai sebagai
berikut:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik Negara, dan Negara asas
kerohanian Negara (Pancasila).
2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia…”. Hal ini
menunjukkan adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengna jalan hukum apapun tidak
mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar yang
fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat
diubah secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17
Agustus 1945.
Etika Kehidupan Berbangsa (Tap MPR No 01/MPR/2001). Tanda-tanda mundurnya
pelaksanaan etika berbangsa
1) Konflik sosial berkepanjangan
2) Berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam kehidupan sosial
3) Melemahnya kejujuran dan sikap amanah
4) Pengabaian ketentuan hukum dan peraturan
Faktor-faktor penyebab mundurnya pelaksanaan etika;
Faktor internal :
1. Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama.
2. Sentralisasi di masa lalu.
3. Tidak berkembangnya pemahaman/penghargaan kebinekaan.
4. Ketidakadilan ekonomi
Faktor Eksternal :
· Pengaruh globalisasi
· Intervensi kekuatan global dalam panutan kebijakan nasional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-
satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir
dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat
Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila
tersebut melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia.
oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah
nusantara.
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika
memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya,
maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah
segisegi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama,
tanpa membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas.
Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan oase bangsa ini untuk tetap mempertahankan
keutuhan Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat Pancasila yang menyakini bahwa
keutuhan berbangsa dan bernegara merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Namun, Pancasila juga memiliki keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam dan
komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya.
Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri.
B. Saran
Penulis hanya lah seorang warga atau rakyat biasa. Saran yang diberikan pun hanya berupa
saran sederhana sesuai pola pikir rakyat kecil. Di antara saran penulis antara lain:
1. Hendaknya setiap warga negara lebih memahami makna yang terkandung di dalam Pancasila.
2 Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa danbernegara di
Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong senantiasa dapat terwujud dalam
kehidupan di Indonesia.
3. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan hak berpolitik seperti pemilu dan
kehidupan sehari-hari sehingga terwujud perilaku atauetika yang sesuai dengan karakter
Bangsa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
v Buku-Buku
1. Sumber Buku dan Jurnal: Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (LegalTheory),Teori
Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). (Jakarta,
Prenada Media Group)
2. Rahmatullah, Modul Pendidikan Pancasila( Makasar, Universitas Usuluddin,2008)
3. Sapriya,Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan( Jakarta,Direktorat Jendral, 2012)
v Online
1. http://rohimzoom.blogspot.co.id/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html
2. http://diary-mybustanoel.blogspot.co.id/2012/02/makalah-pancasila-tentang-pancasila.html
3. https://bulanksatria.wordpress.com/2014/11/04/pancasila-sebagai-etika-dalam-kehidupan-
berbangsa-dan-bernegara/