Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI KASUS

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai


Sistem Etika

Dinamika Pancasila sebagai Sistem


Etika

HOTMA RIANI MARBUN


200113130042
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang………………………………………………………………. 3

1.B Tujuan Penulisan…………………………………………………………….. 4

1.C Ruang Lingkup Penulis………………………………………………………


4

BAB II LANDASAN

2.A) Pengertian Etika……………………………………………………………...


5

2. B) Pengertian Nilai, Norma dan Moral…………………………………………


6

2. C) Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis…………………………...


7

2. D) Hubungan Nilai, Norma, dan moral………………………………………...


8

BAB III PEMBAHASAN

3.A) Aplikasi Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Sehari – Hari…………
9

BAB IV PENUTUP
4. A) Kesimpulan…………………………………………………………………. 11
ABSTRAC
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman
yang saling melengkapi sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu
sistem nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai
yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata  dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
1.   Norma moral     : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut baik dan   buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila
       Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum.  Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
B.       Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Khusus


a)      Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai
Sistem    
         Etika.
b)     Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai
        dengan Sila dalam Pancasila.
2.      Tujuan Umum
a)      Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai
Sistem Etika.
b)      Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai
Sistem
         Etika.

C.      Ruang Lingkup Penulisan


Dengan mengacu pada judul, maka penulis membatasi materi ini hanya
membahas tentang Pancasila sebagai Sistem Etika.
 BAB II
LANDASAN
A.    Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita
bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok
etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.
 Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-
asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang
terkandung didalamnya.
 Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik  sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2
macam yaitu Etika Individual dan Etika Sosial.
 Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
 Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

B.       Pengertian Nilai, Norma dan Moral


1.      Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan
karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
a.      Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
dalam enam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b.      Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai
manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai  suatu keyakinan
dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
2.      Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki
oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma
memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
 Norma agama              : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber- sumber
pada agama.
 Norma kesusilaan        : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral atau filsafat hidup.
 Norma hukum             : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan
bersumber
pada UU suatu Negara tertentu.
 Norma sosial                : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan
antara
manusia dalam masyarakat.

3.      Pengertian Moral


Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip
yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan
terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
C.      Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
                1. Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra
manusia, namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap meiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena karena
menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang hakikat
Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu
bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar
yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan
hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada
hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat
disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praksis. Nilai Dasr
yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila

2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit.  Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu berkaitan
dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat
juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai
dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental
dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.

D.      Hubungan Nilai, Norma, dan moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan
Negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan
tingkah laku manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubungan antara moral
dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam
pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang
memberikan ajaran moral.

E. Bagaimana Pancasila Menjadi Sistem Etika?


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota
masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan
komprehensif agar dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi
ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat
menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu
hampa nilai (value –free).
Kita  sebagai mahasiswa berkedudukan sebagai mahluk individu dan sosial
sehingga setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait dengan diri sendiri,
tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan sosial dan lingkungan. Pancasila sebagai
sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam
tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-
sila pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga
mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang pancasilais
melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri,
dan lainnya.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral pancasila juga harus
terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang
penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang
berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang
pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika
sehingga mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan
korupsi dan dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai