Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan.


Dalam hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan
pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang menjadi
sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaran lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh
karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat
mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau


kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
1. Norma Moral
Suatu norma yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut baik maupun buruk, sopan ataupun tidak sopan, susila atau asusila.
2.   Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian
itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu


pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan
merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

Etika adalah hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan


berbangsa dan bernegara. Karena dengan memiliki etika maka kita mampu
menjalankan kehidupan bernegara dengan lancar.

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan
bertanggungjawab dengan berbagai ajaran moral. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah kelompok filsafat praktis ,filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada.

Etika dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Etika Umum, mempertanyakan prisip-prinsip yang berlaku bagi setiap


tindakan manusia.
b. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubuhngannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika indivial) maupun makhluk sosial (etika sosial).

Etika selalu terkait dengan masalah nilai, sehingga perbincangan tentang etika
pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk). Istilah
nilai mengandung penggunaan yang kompleks dan bervariasi.

Lacey menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai dalam
penggunaan secara umum, yaitu :

1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.


2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna, atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang
sebagai pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan
diri.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang
baik diantara berbagai kemungkinan tindakan.
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu “objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya sei, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.

ETIKA PANCASILA :

1. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai.


2. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup
dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia.
3. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan
kapanpun.

Nilai-Nilai Pancasila :

1. Pancasila lahir sebagai produk kebudayaan Indonesia dan bukan penarikan


atau sublimasi dari negara lain.

2. Pancasila ada di Kitab Sotasoma “Mpu Tantular” yang mengatur lima aturan
kesusilaan: Dilarang 1. Melakukan Kekerasan, 2. Mencuri, 3. Berjiwa
Dengki, 4. Berbohong dan 5. Mabuk akibat minuman keras. (APA NILAI INI
MASIH RELEVAN DENGAN KONDISI SEKARANG?)

3. Pancasila sbg dasar negara moderen dikemukakan Ir. Soekarno di depan


BPUPKI.

4. Tokoh Panitia 9: Soekarno; Hatta; Maramis; Abikoesno; AK Muzakir; Agus


Salim; MA. Soebardjo dan Wahid Hasim dan M Yamin

Etika Pancasila adalah cabang filasat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia di Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.

- Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang


mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai
agama yang dianutnya.
- Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan
manusia menjadi manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.
- Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan
(mitsein), cinta tanah air.
- Sila kerakyatan mengandung dimensi berupa sikap mengghargai orang
lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
- Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan.

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem
etika meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika.
Berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan isnpirasi bagi
penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
2. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance (bimbingan) bagi setiap
warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan
baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.
3. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara, sehingga tidak keluar
dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasila.
4. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang mempengaruhi pemikiran warga negara.
Dari semua hal-hal penting diatas, memperlihatkan penting dan mendesaknya
peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika, karena dapat menjadi
tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena Pancasila berisikan nilai-nilai
moral yang hidup.

PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BERETIKA DI


KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Dalam sejarah bangsa Indonesia, Pancasila telah terbukti ketangguhannya.


Pancasila mampu mempertahankan keutuhan dan persatuan bangsa Indoneisa.
Kita tentu telah mengetahui nilai-nilai juang dalam perumusan Pancasila dan
telah memahami jerih payah para tokoh pejuang dalam merumuskan Pancasila
sebagai dasar negara. Tentu nya kita sebagai warga negara republik Indonesia
bangga karena memiliki dasar negara yang sangat kokoh dan kuat. Pancasila
merupakan perceminan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya sangatlah luhur.
Pancasila dirancang sedemikian rupa sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
Segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara terangkum didalamnya.
Haruslah kita dapat meresapi nilai-nilai Pancasila secara utuh. Nilai-nilai yang
melatarbelakangi terwujudnya Pancasila pun sangat mulia. Pancasila bukanlah
hal yang remeh dan sepele. Pancasila adalah dasar negara, landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila tidak cukup dihafalkan dan dibaca setiap
upacara bendera, namun juga menghayati nilai-nilai Pancasila dan selanjutnya
dapat menunjukkannya dalam tindakan nyata. Pancasila tidak akan memiliki
makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan sekedar simbol persatuan dan
kebanggaan bangsa tetapi Pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Kita dapat memulai dari hal-hal kecil dalam keluarga, misalnya seperti
melakukan musyawarah keluarga. Setiap keluarga pasti mempunyai masalah.
Masalah dalam keluarga akan terselesaikan dengan baik melalui musyawarah.
Kita dapat menyatukan pendapat dan menghargai perbedaan dalam keluarga.

Dalam lingkungan kampus pun kita harus membiasakan bermusyawarah. Hal


ini penting karena teman-teman kita yang berbeda-beda. Permasalahan yang
berat pun akan terasa ringan. Keputusan yang diambil akan menjadi keputusan
bersama. Hal itu akan mempererat semangat kebersamaan. Tanpa musyawarah,
perbedaan tidak akan berujung saling melengkapi, tetapi justru akan saling
bertentangan. Oleh karena itu, kita harus terbiasa bermusyawarah dimana pun
dan kerukunan hidup pun akan terjaga. Dengan demikian, kita tidak akan
kesulitan menghadapi dalam lingkungan yang lebih luas. Berawal dari keluarga,
kemudian meningkat dalam kampus atau kantor, di lingkungan masyarakat,
bangsa, dan negara.

Berikut bentuk pengamalan Pancasila, yaitu Pengamalan Pancasila dalam


Rangka Menghargai Perbedaan, ini dimaksudkan Pancasila dirumuskan dalam
semangat kebersamaan. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa
Indonesia dari berbagai perbedaan yang ada. Kita harus memiliki sikap
menghargai perbedaan. Kita juga harus menghargai bahwa negara Indonesia
terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki ragam budaya
yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang
untuk bersatu. Tetapi justru perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara
kita kuat seperti Pancasila.

Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi, Selain mampu


menghargai perbedaan, kita juga harus mampu bertoleransi. Baik golongan
mayoritas ataupun minoritas, yang kuat ataupun yang lemah, yang kaya ataupun
yang miskin, memiliki hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Tidak
boleh ada satu pihak pun yang memaksakan kehendaknya. Kebebasan yang
dimiliki pun juga tidak boleh melanggar kebebasan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai