Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Etika

52. B) Pengertian Nilai, Norma dan Moral

62. C) Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

72. D) Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Aplikasi Nilai, Norma dan Moral dalam KehidupanSehari

Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hal inidengan pancasila maka
ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagaisistem etika.Pancasila sebagai
suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilaiyang menjadi sumber dari
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun normakenegaraan lainnya. Selain itu,
terkandungjuga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif. Oleh karena itu, suatu pepemikiran filsafat adalahsuatu nilai-nilai yang mendasar yang
memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan yang bersifat praksi atau kehidupan nyatadalam masyarakat, bangsa dan
Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudianmenjadi pedoman. Norma-norma itu
meliputi :1.Norma moral: Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baikdanburuk, sopan atau tidak sopan, sus ila at au tidak susila Norma hukum : Sistem peraturan-
undangan yang berlaku dalam suatu tempat danwaktu tertentu dalam pengertian ini peraturan
hukum.Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yanglangsung
bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem-nilai etikayang merupakan sumber
norma.

Pancasila menjadi pedoman

peraturan bangsa Indonesia, selain

ituialahsistemhipotesis yang

dirangkai untuk menaruh tuntutan

serta pedoman pada masyarakat

negara Indonesia dalam

berpandangan dan berkepribadian.

Maksudnya, manusia dituntut untuk


mampu meningkatkan dimensi

moralitras pada dirinya, sehingga

memiliki kompetensi untuk

menunjukkan sikap pengabdian

dalam kehidupan sebagai warga

negara Indonesia. Dengan harapan

menjadi masyarakat ilmiah-akademik

pada akhirnya mampu mengambil

keputusan yang komprehensif dengan

menggunakan pertimbangan

moralitas. Menurut Yudhyarta (2020)

Etika Pancasila secara normatif

bisamembentuk suatu tumpuan atas

perbuatan benar, dan secara aturan

dapat membentuksudut pandang

tinjauan atas nilai dan kebiasaan yang

bertumbuh padawarga negara.

Menurut Putranto

(2007)Etika Pancasila berperan

menjadi prinsip, panduan dan kriteria

perilaku manusia Indonesia pada

segala aspek kehidupan termasuk

pada administrasi negara

Indonesia.Dengan begitu, manusia

dapat meningkatkanbudi pekerti yang


Pancasilais melalui beragam

kepribadian yang positif,

misalnyadisiplin, jujur, mandiridan

tanggung jawab.

Etika dan Pancasila

merupakan dua hal yang tidak bisa di

sisihkan karena isi nya mengajarkan

tentangnilai yang tercantum

kebaikan. Menurut Hartati (2019)

Etika Pancasila ialah etika dasar

penaksiran buruk dan baik dalam

nilaisila Pancasila, yaitu nilai

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,

dan kerakyatan, serta keadilan.

Sebagai masyarakat Indonesia

perilaku tidak boleh bertentangan

dengan Pancasila dan harus bisa

meninggikan nilai sila yang

jelasmembentuk suatu hal yang

banyak meneruskan faedahpada

banyak orang.

Di lihat berdasarkan nilai

sila Pancasila yang ada tidak hanya

bersifat keabsahan, tetapi pula


realistsis dan penerapan. Menurut

Latif (2013) menyebutkan dalam

menafsirkan, mempercayai, dan

mengamalkannya, hendaknya diingat

bahwa Pancasila initidak hanya

pengantar statis, melainkan juga

bintang pimpinan yang dinamis

sehingga mesti merespons terhadap

dinamika kemajuan zaman.

Pancasila memegang

kewajiban krusial pada pelaksanaan

semacam sistem etika yang

benarpadawilayah ini. Dapat

dilihatbagaimana dan kapan saja

ketika berupaya kita hendaklah untuk

melaksanakan budi pekerti etika

seperti etika berbicara, berpakaian,

dan juga sopan santun seperti

tercantum dalam sila kedua

Pancasila, dimana tidak dapat di

pungkiri bahwa keberadaanPancasila

dalam lingkungan dapat membentuk

etika bangsa ini sungguh sangat

diperlukan.

Terdapat dua istilah


Pancasila sebagai sistem etika yakni

etika dan etiket. Etika merupakan

moral sementara itu etiket lebih

kepada sopan santun dan adat

istiadat. Contoh etika yaitu parkir

sembarangan merupakan pelanggaran

moral. Sedangkan contoh etiket yaitu

tata cara dalam pergaulan. Pancasila

sebagai sistem merupakan suatu

tanda atau suatu kumpulan asas yang

mendirikan suatu keseluruhan yang

kestabilan, selaras, dan terpadu.

Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat. Dalam penjelasan
UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-pokok pikiran yang termuat dalam
Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan
yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai
sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala
sumber Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber
tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan
penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih
dimana sila tersebut melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat
manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah
nusantara.
Pancasila memiliki peran -
peran yang sangat penting bagi
masyarakat berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Peran
Pancasila sebagai dasar negara,
Pancasila sebagai cita – cita
bangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan hidup
bagi bangsa Indonesia, dan
Pancasila
sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai
sistem etika tujuannya untuk
mengembangkan dimensi moral
pada setiap individu sehingga
dapat mewujudkan sikap yang
baik dalam berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
Menurut
Aristoteles, pengertian etika
menjadi dua yaitu Terminius
Technikus dan
Manner and Custom.
Terminius Technikus
merupaka etika yang
dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari
suatu problema tindakan atau
perbuatan manusia. Sedangkan
Manner and Custom merupakan
suatu pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat dalan
kodrat manusia atau in herent in
human nature yang sangat
terkait denag arti baik dan
buruk suatu perilaku, tingkah
laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung dalam
sila Pancasila digunakan untuk
mengatur kehidupan
masyarakat berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.
Dalam etika
Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan
keadilan
Pancasila memiliki peran -
peran yang sangat penting bagi
masyarakat berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Peran
Pancasila sebagai dasar negara,
Pancasila sebagai cita – cita
bangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan hidup
bagi bangsa Indonesia, dan
Pancasila
sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai
sistem etika tujuannya untuk
mengembangkan dimensi moral
pada setiap individu sehingga
dapat mewujudkan sikap yang
baik dalam berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
Menurut
Aristoteles, pengertian etika
menjadi dua yaitu Terminius
Technikus dan
Manner and Custom.
Terminius Technikus
merupaka etika yang
dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari
suatu problema tindakan atau
perbuatan manusia. Sedangkan
Manner and Custom merupakan
suatu pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat dalan
kodrat manusia atau in herent in
human nature yang sangat
terkait denag arti baik dan
buruk suatu perilaku, tingkah
laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung dalam
sila Pancasila digunakan untuk
mengatur kehidupan
masyarakat berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.
Dalam etika
Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan
keadilan
Pancasila memiliki peran - peran yang sangat penting bagi masyarakat berbangsa danbernegara di
Indonesia. Peran Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai cita – citabangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan hidup bagi bangsa Indonesia, dan Pancasilasebagai jiwa bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai sistem etika tujuannya untukmengembangkan dimensi moral pada setiap
individu sehingga dapat mewujudkan sikap yangbaik dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Menurut Aristoteles, pengertian etika menjadi dua yaitu Terminius Technikus danManner and
Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmupengetahuan yang

mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia. SedangkanManner and Custom
merupakan suatu pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitandengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in herent inhuman nature yang sangat terkait denag
arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku atauperbuatan manusia. Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung dalam sila Pancasila digunakan untukmengatur kehidupan masyarakat
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dalam etikaPancasila dikemukakan nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan

Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya

dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau senonoh. Jadi, Pancasila adalah

lima dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku.

Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan

bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.

Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai yang ada dalam pamcasila yang

saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling
berkaitan antara satu dengan yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :

Pertama, Nilai Ketuhanan:

Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai

yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu

perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah, dan hukum Tuhan.

Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar

nilai, kaidah, dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang

antarsesama, akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan

nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Kedua, Nilai Kemanusiaan:

Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai

kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.

Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan

sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan.

Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain seperti

hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila

sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.

Dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong,

penghargaan, penghormatan, kerja sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Ketiga, Nilai Persatuan:

Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois

dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik, demikian pula sikap yang memecah

belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakanakan mendasarkan perbuatannya atas nama

agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan

maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Dari nilai
persatuan

menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:

180)

Keempat, Nilai Kerakyatan:

Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang sangat penting, yaitu nilai

hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau kebijaksanaan berorientasi

pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan,

pandangan minoritas belum tentu kalah dibandingkan dengan pandangan mayoritas. Pelajaran

yang sangat baik misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam

Jakarta. Sebagian

besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memerhatikan kelompok yang

sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka

pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan

belum tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu

baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah atau kebijaksanaan. Dari

nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lainlain. (Ibid,

Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Kelima, Nilai Keadilan:

Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut dilihat dalam konteks

manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks

sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat

banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap

pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama

derajatnya dengan orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu


dikembangkan sikap adil terhadap sesama,

menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari

nilai

keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan

lainlain.

(Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)

Pengertian Etika

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai mengenai benar

dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Secara garis besar etika dikelompokkan

menjadi :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.

2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan

berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk

sosial (etika sosial)

Pancasila sebagai Sistem Etika

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila Pancasila dalam

mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Etika

Pancasila cenderung mendekati pada pengertian etika kebajikan dalam sistem pemerintahan.

Hal ini dikarenakan konsep deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.

Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga

negara. Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara Idonesia. Namun, Pancasila

tetap bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya berorientasi pada kewajiban dan tujuan.

Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika yang mana senantiasa terkait erat

dengan bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Etika bersifat universal, berbeda dengan
etiket yang berlaku pada tempat tertentu (misal adat bertamu orang Jawa berbeda dengan adat

bertamu orang Batak). Etika mencakup norma moral yang bersumber dari hati nurani demi

kenyamanan bersama.

Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir. Secara etimologi, etika mengandung

arti ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika sangat erat kaitannya dengan

kebiasaan dan tata cara hidup yang baik pada diri sendiri serta orang lain. Etika bertendensi

dengan kata moral, berarti berasal dari hati nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah

struktur pemikiran yang disusun guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan

bertingkah laku.

Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai etnik di

Indoensia. Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma dasar

(grundnorm) yang digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan.

Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku politikus yang

berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan

ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus mencerminkan etika dari

Pancasila.

Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi oleh

bangsa Indonesia diantaranya:

1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara

2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga menurunkan sikap

toleransi dan menghambat integrase nasional

3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara

4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya kaum
marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan

5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia

6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral yang

hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena

pejabat diberi hadiah oleh seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia

menerima hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga

tidak tahu kalua perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.

Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:

1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta keputusan

yang akan diambil setiap warga negara.

2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang jelas

dalam pergaulan regional, nasional dan internasional

3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga

mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila

4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidag

kehidupan

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:

1. Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip moral. Setiap

perilaku warga negara didasarkan pada prinsip moral yang bersumber pada norma agama.

Ketika prinsip moral berlandaskan pada norma agama, maka akan memberikan kekuatan

pada prinsip agar dilaksanakan oleh pengikutnya.

2. Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan diimplikasikan


melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata pergaulan antar manusia dan antar

makhluk yang berdasar pada nilai kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).

3. Sila Persatuan memiliki arti kesediaan hidup bersama di atas kepentingan individu dan

kelompok dalam kehidupan bernegara. Landasannya adalah nilai solidaritas dan semangat

kebersamaan yang melahirkan kekuatan dalam menghadapi ancaman pemecah belah

bangsa.

4. Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah untuk mufakat.

5. Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban saja

(deontologi) atau tujuan saja (teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan

(virtue ethics).

Mendeskripsikan Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Hakikat Pancasila sebagai system etika terletak pada hal-hal sebagai berikut :

1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai

penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas

nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral yang

berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk

dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.

2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusai yang

mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu

tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral

diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata

pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang

tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.


3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa

yang mementingkan masalah bangsa diatas kepentingan individu atau kelompok. System

etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas social akan melahirkan

kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.

4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat,. Artinya,

menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.

5. Hakikat sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari

sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata atau menekankan pada tujuan

belaka, tetapi lebih menonjolkan keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan itu

sendiri.

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai system etika meliputi

hal-hal sebagai berikut :

1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti menempatkan Pancasila sebagai

sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap

warga negara.

2. Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga

memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan, baik local, nasional, regional, maupun

internasional.

3. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang

dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan

yang berjiwa Pancasila.

4. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang

berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi

pemikiran warga negara.


Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika

Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem

penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara

tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara,

niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu

diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai

berikut:

Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki

rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat

membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad).

Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk

(bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk merupakan

dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya

godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat

dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat

terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan,

minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58).

Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda

sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat

pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia

sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika

pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar

berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lainpenyalahgunaan narkoba,

kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran,

tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan

kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia

ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus

pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan terhadap

pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang

seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya

itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem

etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika

Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-undangan

tentang HAM.

Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,

seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global warming,

perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran

terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati

masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan

sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang

ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau

sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu

diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku

pembakaran hutan, baik pribadi maupun perusahaan yang terlibat

Anda mungkin juga menyukai