Anda di halaman 1dari 4

Nama : Raya Cahya Nurani

NIM : 2205714
Kelas : Ilmu Komputer C1

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Istilah "etika" berasal dari bahasa Yunani, "Ethos" yang artinya tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.
Aliran Etika adalah suatu pandangan atau sistem yang digunakan oleh para ahli etika
untuk mengklasifikasikan teori-teori etika yang ada berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Terdapat beberapa aliran etika, di antaranya: Etika Deontologi, Etika Konsekuensialisme,
Etika Virtue, dan Etika Eksistensialisme. Setiap aliran etika memiliki pendekatan, prinsip,
dan pandangan yang berbeda terkait dengan bagaimana seseorang harus bertindak dalam
situasi yang berbeda.
 Etika Deontologi: Etika ini berfokus pada kewajiban moral seseorang dalam
menjalankan tindakan yang benar, terlepas dari konsekuensinya. Etika ini
memandang bahwa suatu tindakan dapat dianggap benar atau salah berdasarkan
pada apakah tindakan tersebut sesuai dengan aturan atau prinsip moral yang ada.
 Etika Konsekuensialisme: Etika ini berfokus pada hasil atau konsekuensi dari suatu
tindakan dalam menentukan apakah tindakan tersebut benar atau salah. Etika ini
memandang bahwa suatu tindakan dapat dianggap benar jika menghasilkan
dampak yang positif atau menguntungkan secara keseluruhan.
 Etika Virtue: Etika ini berfokus pada karakter atau kepribadian seseorang dalam
menentukan apakah tindakan tersebut benar atau salah. Etika ini memandang
bahwa suatu tindakan dapat dianggap benar jika dilakukan oleh seseorang yang
memiliki karakter atau kepribadian yang baik.
 Etika Eksistensialisme: Etika ini berfokus pada kebebasan individu dalam
menentukan makna dan tujuan hidupnya. Etika ini memandang bahwa seseorang
harus mengambil tanggung jawab penuh atas pilihan dan tindakannya sendiri.
Etika Pancasila adalah Etika Keutamaan yang tersusun dari nilai-nilai dan keutamaan
moral bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan terbentuk oleh pembelajaran dari kenyataan sepanjang sejarah kebangsaan
Indonesia yang panjang. Nilai-nilai Pancasila merupakan buah hasil pikiran-pikiran dan
gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik dalam menghadapi
diri sendiri, sesama dan lingkungan hidup, serta ketaatan pada Tuhan. Nilai-nilai Pancasila
adalah tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian
bangsa yang memberi corak, watak, ciri khas masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lain.
Etika Pancasila adalah Etika Teleologis yang berisi pedoman bagi warga bangsa
Indonesia dalam usaha untuk mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara di masa depan.
Permasalahan bangsa Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan masa modernisasi di masa
depan yang penting mendapat perhatian adalah pengembangan sistem nilai Pancasila. Nilai-
nilai Pancasila yang substansial adalah nilai-nilai utama yang tetap akan menjadi kepribadian
bangsa sepanjang masa. Implementasi nilai-nilai Pancasila di dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar Negara tahun 1945 akan menjadi pedoman pokok secara umum kolektif untuk
semua warga bangsa dan negara Indonesia. Implementasi nilai-nilai Pancasila di dalam
peraturan-peraturan resmi kenegaraan harus selalu menampung perubahan sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman modern.
Etika Pancasila adalah Etika Deontologis yang menjadi penuntun untuk menumbuhkan
kesadaran ber-Pancasila bagi generasi muda Indonesia masa sekarang dan masa depan.
Pembinaan kehidupan berbangsa yang kokoh dalam menuju ke masyarakat modern adalah
mempersiapkan generasi muda agar adaptif terhadap nilai-nilai kebudayaan modern dan
keadaan sosio kultural yang sesuai. Generasi muda juga dibawa oleh jalannya waktu menuju
jaman modern tersebut dengan persyaratan-persyaratan individual dan kelompok yang lebih
kompleks. Jaman juga akan membentuk pribadi-pribadi dan waktu juga akan membebani
dengan berbagai persoalan yang kompleks yang pada gilirannya akan menguji kemampuan
generasi muda menerapkan peranannya sesuai dengan perkembangan masyarakat beserta
persyaratan-persyaratan sosial, kelompok, dan individual yang dituntutnya (Notonagoro,
1972: 9)
Etika Pancasila memiliki urgensi yang sangat penting karena banyaknya perilaku
melenceng dari etika pancasila itu sendiri, contohya adalah tawuran, maraknya kasus korupsi,
banyaknya pelanggaran HAM, terjadi kesenjangan diantara masyarakat, dan lain sebagainya.
Etika Pancasila adalah refleksi kritis untuk merumuskan prinsip-prinsip kelayakan
(kebaikan) dalam mengambil keputusan tindakan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia berdasarkan kualifikasi isi arti sila-sila Pancasila.
Prinsip-prinsip kelayakan hidup tersebut didasarkan pada pertimbangan nilai-nilai hidup
berke-Tuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial yang
secara normatif telah dirumuskan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Refleksi kritis Etika Pancasila meliputi 3 bidang.
Pertama, Etika Pancasila melakukan refleksi kritis tentang norma dan nilai moralitas
yang telah dijalani atau dianut oleh warga bangsa Indonesia selama ini agar dapat dirumuskan
menjadi prinsip-prinsip kelayakan hidup sehari-hari, misalnya nilai nilai yang terkandung di
dalam benda-benda peninggalan bersejarah, karya sastra, cerita rakyat.
Kedua, Etika Pancasila melakukan refleksi kritis tentang situasi khusus kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan segala keunikan dan kompleksitasnya seperti telah
dirumuskan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.
Ketiga, refleksi kritis tentang berbagai paham yang dianut oleh manusia atau kelompok
masyarakat tentang bidang-bidang khusus kehidupan, misalnya paham tentang manusia,
Tuhan, alam, masyarakat, sistem sosial politik, sistem ekonomi, sistem kerja, dan sebagainya.
Etika Pancasila memiliki sumber historis, sosiologis, dan politik yang penting dalam
pembentukannya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai sumber-sumber tersebut:

1. Sumber historis Pancasila sebagai sistem etika meliputi pengaruh dari kearifan lokal,
ajaran agama, dan pergerakan nasional. Pancasila tidak lahir begitu saja, melainkan
berasal dari kearifan lokal Indonesia, seperti ajaran leluhur, adat-istiadat, dan kearifan
lingkungan. Selain itu, pengaruh dari ajaran agama seperti Islam, Hindu, Buddha, dan
Kristen juga turut mempengaruhi pembentukan Pancasila. Pergerakan nasional juga
berkontribusi dalam pembentukan Pancasila, terutama dalam menguatkan semangat
kebangsaan dan keadilan sosial.
2. Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika mencakup kebutuhan akan nilai-
nilai sosial yang diakui secara universal. Pancasila menjadi sistem etika yang mampu
mengatasi tantangan sosial-politik yang dihadapi Indonesia saat itu. Pancasila
mengandung nilai-nilai sosial seperti persatuan, keadilan sosial, demokrasi, dan
kemanusiaan yang diakui secara universal. Dengan mengadopsi Pancasila sebagai
sistem etika, maka Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan sosial-politik
secara lebih baik.
3. Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika meliputi upaya untuk membangun
negara yang merdeka, mandiri, dan adil. Pancasila sebagai sistem etika memberikan
arah dan landasan bagi pembangunan bangsa Indonesia yang merdeka, mandiri, dan
adil. Dalam konteks politik, Pancasila menjadi ideologi negara yang mampu
mengatasi perbedaan dan perselisihan yang muncul di dalam masyarakat. Selain itu,
Pancasila juga menjadi dasar negara yang mengatur hubungan antara negara dan
warga negara, serta hubungan antara warga negara dengan warga negara lain di dunia
internasional.
REFERENSI
Pancasila sebagai Sistem Etika - Pendidikan Pancasila #12 (Aang Supriatna Channel)
Sudirman, A. (2018). Pancasila Sebagai Dasar Etika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komarudin, A. (2017). Etika Pancasila sebagai Etika Nasional.

Anda mungkin juga menyukai