SISTEM ETIKA
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial berda
sarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan eti
ka melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama
yang membentuk etika Ialah moral.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, etika di definisikan sebagai ilmu tentan
g apa yang baik dan buruk, mengenai hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau n
ilai yang berhubungan dengan ahlak, dan nilai benar atau salah yang dianut dalam ma
syarakat.
Anda perlu mengenal untuk beberapa tokoh atau pemikir ternama yang mendefinisika
n etika sebagai berikut :
a. Aristoteles
“Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu terminius technikus dan manner an
d custom. Terminius technikus adalah etika yang dipelajari sebagai ilmu penge
tahuan dengan mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Sedangkan manner and custom adalah pembahasan etika yang berhubungan at
au berkaitan dengan tata cara serta adat kebiasaan yang melekat pada kodrat m
anusia yang sangat terkait dengan arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah l
aku, atau perbuatan manusia.”.
b. K Bertens
“Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau su
atu kelompok untuk mengatur perilaku”.
c. WJS Poerwadarminto
“Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral”.
d. Hamzah Yakub
“Menyelidiki suatu perbuatan yang baik dan buruk. Soegarda Poerbakawatja
mengatakan pengertian etika adalah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai tenta
ng baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.”
e. Drs. O. P. Simorangkir
“Teori tentang perilaku atau perbuatan manusia yang dipandang dari segi
baik dan buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.”
h. Drs. H. Burhanudin
“Suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai-nilai dan norma
yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.”
i. James J. Spillane SJ
1. “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dimana sila tersebut memuat makna nilai bahw
asanya untuk selalu mendekatkan diri manusia kepada Tuhan atau Sang Penci
pta.
2. “Kemanusiaan yang adil dan beradap”, dimana sila tersebut memuat makna nil
ai untuk menjadikan manusia atau meningkatkan kualitas manusia dalam perg
aulan antar sesama manusia.
3. “Persatuan Indonesia”, dimana sila tersebut memuat makna nilai untuk selalu
menjaga solidaritas antar sesama manusia dalam rasa kebersamaan dan cinta d
engan tanah air.
4. “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata
n perwakilan”, dimana sila tersebut mengandung makna nilai yang berupa sika
p untuk selalu menghargai orang lain dalam memberikan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak terhadap orang lain.
5. “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, dimana sila tersebut mengand
ung makna nilai untuk selalu peduli terhadap nasib orang lain dalam kesusaha
n ataupun dalam kesedihan atau untuk selalu membantu orang lain dalam kesu
sahan.
Etika dalam bidang filsafat dikenal tiga macam, yaitu etika keutamaan, telelogis, dan
deontologis. Berikut adalah penjelasannya dari masing-masing macam etika :
1. Yang pertama adalah etika keutamaan atau bisa disebut dengan kebijakan yait
u sebuah teori yang mempelajari perilaku baik dan buruk manusia.
2. Yang kedua adalah etika telelogis yaitu sebuah teori yang menggambarkan seb
uah hasil dan tindakan moral yang menentukan sebuah nilai atau hasil dari seb
uah kewajiban yang sudah dilakukan oleh manusia.
3. Yang ketiga adalah ketika deontologis yaitu sebuah teori yang menyangkut pa
utkan dengan kewajiban moral dalam hal kebenaran dan tidak membicarakan t
entang tujuan dari sebuah moral.
Pada era orde lama, Pancasila belum menjadi dasar sebagai sistem etika,
tetapi terdapat sebuah nilai moral yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat. Berikut adalah sila dalam Pancasila dan salah satu cara
pengamalannya :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa : Manusia percaya dan patuh kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing dan kepercayaannya masing-
masing.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap : Mengakui persamaan derajat, hak, dan k
ewajiban antar sesama manusia yang sesuai dengan harkat dan martabat.
3. Persatuan Indonesia : Mengedepankan pergaulan yang baik atau yang positif d
emi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan : Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai hati nuran
i yang luhur untuk mencapai mufakat yang diikuti oleh semangat kekeluargaan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Selalu melakukan sikap adil da
lam kehidupan sosial atau masyarakat.
Dalam sumber ini, Pancasila sebagai sistem etika dapat kita jumpai dalam
kehidupan masyarakat dalam berbagai etnik yang ada di Indonesia. Contoh
saja dalam masyarakat
Dalam sumber ini, Pancasila sebagai sistem moral termasuk dalam norma-
norma dasar yang ada di Indonesia, dan menjadi sumber bagi penyusun
untuk membentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia saat ini.
Berikut adalah beberapa argumen yang terkait tentang dinamika Pancasila sebagai
sistem etika dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia :
1. Tantangan pemerintah untuk mengambil sikap otokratis di era orde lama tercer
min dalam penerapan sistem demokrasi terpimpin dalam penyelenggaraan neg
ara. Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan tidak sesuai dengan sistem etika P
ancasila yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
2. Tantangan di era orde baru terkait dengan nepotisme, korupsi, kolusi dan isu-i
su lainnya yang menimbulkan kerugian besar bagi penyelenggaraan negara. Ja
di dalam hal ini tidak sesuai dengan keadilan sosial, yaitu masalah pengaturan
hanya pada kelompok masyarakat tertentu saja.
3. Tantangan pada era reformasi yang berupa kebebasan dalam berpolitik yang b
erakibatkan mengabaikan norma-norma moral. Seperti munculnya sekelompo
k golongan yang bersifat anarkis, dimana memaksakan kehendak orang lain da
n mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.