Anda di halaman 1dari 10

MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS TENTANG PANCASILA

SEBAGAI SISTEM ETIKA

Dosen Pengampu : Dr. Bakhtiar, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Andi Indriani Syahadana Sultan (210701502144)
Alfiyyah Zhafirah Latif (210701502211)
A.Achmad Kurniady Kamal (210701502202)
Andi Fikriyah Fadhilah (210701502140)
Jesiva Patricia (210701502145)
Gunawan Jufri (210701502116)
Indah Permata Sari (210701502097)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “etika” bersal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang
kriteria baik dan buruk ( Bertens, 1997: 4-6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai
pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku
manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya
itu kerap kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002:81).
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam mejalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan kehidupan bernegara
dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika
sama maknanya dengan moral.
Pentingnya pancasila sebagai system etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normative untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarkat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
Etika pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebijakan,
meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teologis termuat pula di empat
tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan
artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada
kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang
tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
nilai-nilai hidup religius. Keteguhan artinya membatasi diri dalam artitidak melampaui batas
dalam hal kenikmatan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri
dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi
haknya (Mudhofir, 2009: 386).

B. Rumusan Masalah
1. Sumber historis pancasila sebagai sistem etika
2. Sumber sosiologis pancasila sebagai sistem etika
3. Sumber politis pancasila sebagai sistem etika
4. Argumen tentang dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika
5. Mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika
6. Rangkuman tentang pengertian dan pentingnya pancasila sebagai sistem etika

C. Tujuan
1. Memahami sumber historis pancasila sebagai sistem etika.
2. Memahami sumber sosiologis pancasila sebagai sistem etika.
3. Memahami sumber politis pancasila sebagai sistem etika.
4. Mengetahui argument tentang dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika.
5. Mengetahui apa deskripsi dari esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika.
6. Rangkuman tentang pengertian dan pentingnya pancasila sebagai sistem etika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Historis Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Yang artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup
masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian
bangsa yang oleh Presiden Soekarno. Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem
etika disosialisasikan melalui penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7.

Berikut butir-butir Pancasila agar kita dapat memahami lebih mudah :


a. Ketuhanan yang Maha Esa : Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, menghormati dan
bekerja sama antar para pemeluk agama, Saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan kepercayaannya, dan tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap : Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban
asasi antar sesama manusia. Saling mencintai sesama manusia. mengembangkan sikap
tenggang rasa, tidak seenaknya terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, berani membela kebenaran dan
keadilan, bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
c. Persatuan Indonesia : Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan
bangsa dan bernegara. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah
air dan bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia, memajukan
pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawara-tan/
Perwakilan : mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan. Melaksanakan hasil putusan musyawarah, musyawarah
dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur, putusan yang
diambil harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Mengembangkan perbuatan yang luhur,
bersikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak
orang lain, suka memberi pertolongan kepada orang lain, menjauhi sikap pemerasan
terhadap orang lain, tidak bersifat boros, tidak bergaya hidup mewah,tidak melakukan
perbuatan yang merugikan kepentingan umum, suka bekerja keras, menghargai hasil
karya orang lain, bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam gemparnya
perebutan kekuasaan dengan menuju kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu bentuk
pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara negara di
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah
yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara negara.

B. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Etika


Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Seperti, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih
banyak lagi kata mutiara kebijakan nasional yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga
memerlukan penelitian yang mendalam.

C. Sumber Politis Pancasila Sebagai Sistem Etika


Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber proses dari berbagai peraturan perundangan-undangan di
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang berbentuk
piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih
tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin
rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut. Pancasila sebagai sistem etika
merupakan norma tertinggi yang sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan
norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus yang beruhubungan juga dengan praktik
institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik
memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri, dimana dimensi
tujuan merupakan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup damai. Pada dimensi
sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar
pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara. Dan dimensi aksi politik berkaitan dengan
pelaku pemegang peran sebagai pihak yang menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas
politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan
rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan

D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika


a. Argumen tentang dinamika pancasila sebagai system etika yang dapat diuraikan berikut :
1. Pada zaman orde lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang
diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu Partai
Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul
Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa
pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada
tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada zaman Orde Lama
dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi
terpimpin, yang cenderung otoriter.
2. Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde Baru,
artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati
bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi
yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan
emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk
sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut
hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo, 1993:
171).
Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas susunan
kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri;
sifat kodrat: makhluk sosial dan makhluk individual. Keenam unsur manusia tersebut
saling melengkapi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia
Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila.
(Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-18).
3. Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi
sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta
machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi,
Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan Simposium Nasional
Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai berikut: “Bahwa moral bangsa semakin hari
semakin merosot dan semakin hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme,
eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan
blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.

b. Argumen tentang tantangan pancasila sebagai sistem etika


1. Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa
sikap otoriter dalam pemerintahan, sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan
negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal itu tak sesuai atau tak relevan
dengan sistem etika Pancasila yang lebih menitikberatkan semangat musyawarah untuk
mufakat.
2. Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan
negara. Hal tersebut tidak cocok dengan keadilan sosial dikarenakan nepotisme, kolusi,
dan korupsi ini hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.
3. Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi yang berupa
euforia (kegembiraan) akan kebebasan dalam berpolitik sehingga mengabaikan norma-
norma moral, seperti munculnya tindakan anarkis atau anarkisme yang memaksakan
kehendak dengan mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika


Esensi adalah inti atau hakikat bisa juga disebut sebagai hal yang pokok dari sesuatu.
Urgensi adalah keharusan yang mendesak atau hal yang sangat penting.
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak atau kewajiban moral.

Pentingnya Pancasila sebagai sitem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernergara di
Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.

Adapun esensi pancasila sebagai system etika dalam hakikat sebagai berikut :
1. Hakikat Sila Ketuhanan; terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip moral.
2. Hakikat Sila Kemanusiaan; terletak pada tindakan manusia yang biasa.
3. Hakikat Sila Persatuan; terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
bangsa yang mementingkan negara diatas kepentingan individu.
4. Hakikat Sila Kerakyatan; terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
5. Hakikat Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia; perwujudan dari keutamaan
yang terkandung dalam sila ini.

Hal penting dalam urgensi pancasila sebagai system etika :


1. Meletakkan Sila Pancasila sebagai sitem etika.
2. Pancasila sebagai sistem etika memberi pimpinan bagi setiap warga negara.
3. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis dari berbagai dasar kebijakan.
4. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas yang
berkembang dari masyarakat.

F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku
manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai Philosofische Grondslag atau
Weltanschauung. Yang artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem
etika, tapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat
dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden
Soekarno. Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Sumber politis Pancasila sebagai
sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar (Grundnorm) sebagai sumber proses dari
berbagai peraturan perundangan-undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa
teori hukum itu suatu norma yang berbentuk piramida. Esensi adalah inti atau hakikat
bisa juga disebut sebagai hal yang pokok dari sesuatu. Urgensi adalah keharusan yang
mendesak atau hal yang sangat penting.
2. Saran
melalui makalah ini kami sebagai tim presenter bertujuan memberikan informasi atau
wawasan kepada pembaca bahkan ikut serta mengetahui sejauh mana kita mempelajari
Sumber Historis, sosiologis, politis tentang pancasila sebagai sistem etika.
DAFTAR PUSTAKA
Audri, R. E. G. I. N. A. (2021). Sumber historis pancasila sebagai kajian sumber
sosiologis pancasila. OSF Preprints.

Anda mungkin juga menyukai