Anda di halaman 1dari 16

Pancasila Sebagai

Sistem Filsafat Dan


Etika
Dosen pengampu : Dr. Dwi Septiwiharti, S.S.,M.Phil
Kelompok 1
1. Andi Fajel Fajril Hidayat - P21121092 1. Nur Azizah - P21121126
2. Aptarnito Albertoria Sudamara - P21121038 2. Nazwa Sabila - P21121124
3. Diana Yulianti - P21121118 3. Putri Anastasya Aluman - P21121112
4. Emalia Anaputri Dile - P21121098 4. Remalya Abigail Mondolu - P21121014
5. Eunike Deslita Djafar – P21121120 5. Rizky Amalia Putri - P21121046
6. Fitra Nur - P21121036 6. Shafira Fitriani Masyhur – P21121056
7. Izzah Amalina - P21121020 7. Sri Wanda – P21121004
8. Jihan Sabina - P21121076 8. Siti Hadiyati Meilani – P21121002
9. Nabilla Nur Andjani - P21121128 9. Ummul Nabilah – P21121030
10. Ni Made Widyani Destinawati - P21121028 10. Khusnul Khotima – P21121050
11. Nur Aiman Azizah - P21121032 11. Juliasty Asnir – P21121040
Table of contents

Pancasila Sebagai Pancasila Sebagai


01 Sistem Filsafat 02 Sistem Etika
01
PANCASILA
SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT
Apa itu filsafat?

Menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia
artinya Kebijaksanaan.

Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya
Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat
atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Ada dua pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk:
a. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup.
b. Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai


pandangan hidup, dan dalam arti praktis.

Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai


pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan
induktif.

1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta


menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif.
2. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang
hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung
dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan
Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-
nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda
dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme,
liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Ciri sistem Filsafat Pancasila:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat
dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau
satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu
dapat digambarkan sebagai berikut:

 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5


 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
 Sila 4, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1,2,3, dan
mendasari dan menjiwai sila 5
 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan 4

Inti sila-sila Pancasila meliputi:


1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
royong
5. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya
02
PANCASILA
SEBAGAI SISTEM
ETIKA
Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir.

Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi yang lain.

Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas
ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk.
Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

1. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang


mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai
agama yang dianutnya.
2. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lenih manusiawi,
yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.
3. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air.
4. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
5. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu
kesulitan orang lain.

Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Etika Pancasila
Pancasila sebagai sistem etika tidaklah muncul begitu saja. Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara. Apabila dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan
bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur.

Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelengga raan kehidupan bernegara diIndonesia, antara lain :
1. Dekadensi moral generasi muda.
2. Korupsi para penyelenggaran negara.
3. Kurangnya kontribusi pembayaran pajak.
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai
moral yang bersumber pada norma agama.
b. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan kemanusiaan yang
mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga
menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan
yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
c. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang
mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang
berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
d. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Artinya, menghargai
diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
e. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem
etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan
belaka (teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai
keadilan itu sendiri.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai