Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ketut Gede Krisna Jaya Permana

Nim : 2211021030
Prodi : Pendidikan Sastra Agama dan Bahasa Bali IB

Pokok Pembahasan :
1. Garuda Pancasila Sebagai Sistem Etika
2. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
3. 5 Contoh point 1 dan 2

Pembahasan :
1 Garuda Pancasila Sebagai Sistem Etika :

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap
warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika,
dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke
dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Pengertian Pancasila Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima,
sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau senonoh. Jadi,
Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Sistem nilai
dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai yang ada dalam pancasila yang saling berkaitan satu
sama lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :
Pertama, Nilai Ketuhanan: Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi
karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini (nilai
ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah, dan
hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang
melanggar nilai, kaidah, dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang antar
sesama, akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan nilai
spiritualitas, ketaatan, dan toleransi.
Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban
mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan
benda tak hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai kemanusiaan
menghasilkan nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan,
kerja sama, dan lain-lain.
Ketiga, Nilai Persatuan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan
dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik, demikian pula
sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakanakan mendasarkan
perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah
persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
Dari nilai persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain.
Keempat, Nilai Kerakyatan: Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang
sangat penting, yaitu nilai hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau
kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibandingkan dengan pandangan
mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila
pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun
memerhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis
bisa diterima, maka pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang banyak, namun
perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah atau
kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dan
lain-lain.
Kelima, Nilai Keadilan: Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut
dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih
diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan
masyarakat banyak. Menurut Kohlberg, keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan
orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan
juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan lainlain.
Pengertian Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Secara garis besar etika dikelompokkan
menjadi :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial)
Pancasila sebagai Sistem Etika merupakan Cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui
sila-sila Pancasila dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Etika Pancasila cenderung mendekati pada pengertian etika kebajikan dalam sistem
pemerintahan. Hal ini dikarenakan konsep deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.
Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga
negara.
Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara Idonesia.
Namun, Pancasila tetap bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya berorientasi pada
kewajiban dan tujuan. Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika yang mana senantiasa
terkait erat dengan bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Etika bersifat universal, berbeda
dengan etiket yang berlaku pada tempat tertentu. Etika mencakup norma moral yang bersumber dari
hati nurani demi kenyamanan bersama. Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir.
Secara etimologi, etika mengandung arti ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika
sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik pada diri sendiri serta orang
lain. Etika bertendensi dengan kata moral, berarti berasal dari hati nurani setiap orang. Pada intinya,
etika adalah struktur pemikiran yang disusun guna memberi tuntunan kepada manusia dalam
bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat
berbagai etnik di Indoensia.
Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma dasar (grundnorm) yang
digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan. Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika
mengatur masalah perilaku politikus yang berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum,
komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus
mencerminkan etika dari Pancasila.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
A. Pancasila Paradigma Pembangunan
1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar
dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata
tersebut, (2) model dalam teori ilmu pengetahuan, (3) kerangka berfikir. Dalam konteks ini
pengertian paradigma adalah pengertian kedua dan ketiga, khususnya ketiga, yakni kerangka berfikir.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis
menyebabkan semakin banyak hasil-hasil penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan
kelemahan-kelemahan pada teori-teori yang digunakan.
Dengan demikian para Ilmuwan mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu sendiri.
Bedasarkan kajian paradigma ilmu pengetahuan social tersebut kemudian dikembangkan metode
baru, yaitu metode kualitatf. Istilah ilmiah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan lainnya,
sehingga menjadi terminology dari suatu pengembangan dan pembangunan yang mengandung
konotasi pengertian: Kerangka berfikir Sumber nilai, dan Orientasi arah.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK Pembangunan nasional adalah upaya


bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945.
Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala
aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional adalah untuk
manusia Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai makhluk social.
Manusia tidak hanya mengejar kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan
masyarakat. Manusia tidak hanya mementingkan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga
kebahagian spiritual. Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan
dunia, tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Oleh karena itu, pembangunan nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut. Pancasila
memrupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berfikir serta
asas moralitas bagi pembangunan iptek. Kita melihat sila-sila demi sila sebagai berikut:
Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,
perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptak
menemukan, akan tetapi juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan
keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang
sistematika dari alam yang diolahnya.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia
dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya
manusia beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pembangunan iptek harus berdasarkan kepada
usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk
yang angkuh dan sombong dari penggunaan iptek.
Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia bahwa nasionalisme
bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud
dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak
lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan untuk memperkuat
rasa persatuan dan kesatuan menghadapi jiwa dan selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan
manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, prinsip
demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas untuk
mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus juga memiliki sikap menghormati
terhadap hasil pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya.
Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat dipersembahkan kepada kepentingan
rakyat banyak.
Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemausiaan, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan
antara manusia dengan Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungan dimana
mereka berada. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus
memperhatikan konsep berikut ini: a) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi
diri sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang objektif rasional
dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa. b) Pancasila sebagai landasan
pembangunan nasional, perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari
pembangunan harus semakin menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. c) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah
pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-
nilai Pancasila, sehingga pembangunan adalah pengamanan Pancasila. d) Pancasila merupakan etos
pembangunan nasional, mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan
Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsistensi
antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan tindakan, merupakan paradigm baru dalam
menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional. e) Pancasila sebagai moral
pembangunan, sebutan ini mengandung maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila (norma-norma
Pancasila yang tercantum dalam pembukan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan
pembangunan nasional, baik dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya. Dalam menghadapi era
globalisasi kita harus melihat dua karakteristik masyarakat untuk pembangunan bangsa. Pertama,
kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua, dinamika masyarakat dan
keterbukaan kebudayaan terhadap pembaharuan.
Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang amat pesat karena
dampak pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi, memerlukan pedoman bersama
(common frame of reference) dalam menganggapi tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu,
pembangunan nasional harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Hormat terhadap keyakinan religious setiap orang
2) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia seutuhnya)
3) Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sektarianisme. Ini berarti komitmen
kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan komitmen moral untuk mempertahankan
eksistensi dan perkembangan seluruh bangsa Indonesia.
4) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional (persamaan politis, hak-hak asasi, hak-
hak, dan kewajiban kewarganegaraan)
5) Keadilan social yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan (equity).

3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya,


Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksosbudhankam)
a) Pengembangan Ideologi Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus
memandang sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan
perubahan zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:
1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila
dirumuskan dalam UUD 1945 untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik,
ekonomi, social budaya, hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak berubah dengan gampang,
sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara kesepakatan
bersama di MPR yang disebut dengan amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak udah berubah
karena merupakan tolak ukur stabilitas dan dinamika, untuk Pasal 37 UUD 1945.
2) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme),Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia
dapat kita rangkum dari pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.
Negara adalah keadaan kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang :
1) Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
2) Didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk
3) Berkehidupan yang bebas, dalam arti
4) Merdeka, berdaulat, adil dan makmur
5) Bedasarkan Pancasila Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa
Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.
b) Pengembangan Politik Landasan: Kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat.
Oleh sebab itu, perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan bangsa,
dinamika dan tuntutan reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta
sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR, DPR dan
lembaga tinggi Negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif,
legislative dan yudikatif. Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsure yang
perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut.
1) Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka
2) Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
3) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang
demokratis
4) Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.

Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai berikut.


1) Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
2) Demokrasi sebagai kebudayaan politik
3) Demokrasi sebagai struktur organisasi

Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau didukung oleh demokrasi
sebagai budaya politik yang rasional objektif. Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan secara
kontekstual sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam kesetaraan dan keseimbanga
peranan lembaga-lembaga demokrasi.

c) Pengembangan Sosial-Budaya Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri


kalau Pancasila semakin credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara nyata realisasi dari
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-cara:
1) Dihormati martabatnya sebagai manusia
2) Diperlakukan secara manusiawi
3) Mengalami solideritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi dan
budaya.
4) Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan
5) Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

d) Pengembangan Ekonomi Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia


(SDM) terdiri atas beberapa criteria kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1) Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
2) Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam secara
efektif , efesien, lestari dan berkesinambungan.
3) Memiliki etos professional; tanggung jawab atas pengembangan keahliannya, kejujuran
dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap
waktu dan ketetapan waktu Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada sumber
ekonomi, dunia kerja, kesehatan dan informasi.
Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada permasalahan, bagaimana kita
memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan berkembang menjadi etos ekonomis dengan nilai-nilai
etis Pancasila.

e) Pengembangan Hankam Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas dari


ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang
terjabar sebagai berikut.
1) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga Negara, yaitu pengembangan
pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam matra horizontal dan vertical,
pertumbuhan social ekonomi, keanekaragaman, dan persamaan derajat.
2) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan masyarakat yaitu
pemerataan kesejahteraan, solideritas masyarakat, kemandirian, dan partisipasi seluruh
masyarakat.
3) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa pribadi-pribadi warga Negara dan
sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan social, keamanan/stabilitas dan
keseimbangan lingkungan.

3. 5 Contoh point 1 dan 2


Contoh Point 1 :
1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Tidak memandang rendah orang lain
3) Berprilaku sopan
4) Menghargai pendapat orang lain
5) Membantu orang yang membutuhan

Contoh Point 2 :
1) Penerapan keadilan sosial bidang politik
2) Kebijakan yang Pro rakyat
3) Pelaksanaan Demokrasi yang bertujuan mempertahankan persatuan
4) Menggunakan nilai kemanusian untuk menerapkan keadilan sosial
5) Mengakui nilai Ketuhanan sebagai sumber dari segala sumber

Sumber Referensi :

file:///C:/Users/Wisnu/Documents/KRISNA%20JAYA%20(SEMESTER%201)/Pancasila/PANCASI
LA%20SEBAGAI%20SISTEM%20ETIKA_1844390017.pdf

https://repository.unikom.ac.id/33404/1/%28Pertemuan%20X%29%20PANCASILA%20DALAM%
20PARADIGMA%20KEHIDUPAN%20BERMASYARAKAT%2C%20BERBANGSA%20DAN%
20BERNEGARA.pdf

Anda mungkin juga menyukai