A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari 2 kosakata yakni Panca dan
Sila. Panca bermakna lima dan Sila bermakna dasar atau
aturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
baik. Jadi, Pancasila merupakan lima landasan yang
1
digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam bersikap
dan berperilaku.
B. Pengertian System
Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari
komponen-komponen atau elemen-elemen yang dirangkai
untuk memperlancar arus informasi, material atau energi
sehingga menghasilkan suatu tujuan. Sistem nilai dalam
pancasila merupakan kesatuan nilai-nilai yang ada dalam
pancasila yang satu sama lain saling terkait, tidak dapat
dipisahkan atau dipertukarkan karena saling terkait satu
sama lain. Nilai-nilai yang dimaksud adalah:
1. Nilai KeTuhanan: Secara hirarki, nilai ini bisa
dikatakan sebagai nilai tertinggi sebab menyangkut
nilai absolut. semua nilai yg baik asal berasal nilai ini
(nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik Jika
tidak bertentangan dengan nilai, aturan, dan hukum
yang kuasa. Pandangan demikian bisa dibuktikan
secara realitas bahwa setiap perbuatan yang
melanggar nilai-nilai, hukum-aturan, dan hukum-
hukum tuhan, baik yang berkaitan menggunakan
korelasi afeksi antar insan, akan mengakibatkan
perseteruan serta permusuhan. dari nilai-nilai
ketuhanan membentuk nilai-nilai spiritualitas,
2
ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015:
180).
2. Nilai kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik
Bila sesuai dengan nilai humanisme. Prinsip dasar
nilai humanisme Pancasila ialah keadilan dan
keadaban. Keadilan menuntut keseimbangan, antara
tubuh dan jiwa, tubuh dan roh, individu dan sosial,
makhluk tuhan yang berdikari dan mandiri yang
terikat oleh hukum-hukum ilahi. Peradaban
menunjukkan keunggulan insan dibandingkan
menggunakan makhluk lain mirip binatang, tanaman
serta benda mangkat . oleh sebab itu, suatu perbuatan
dikatakan baik Bila sinkron dengan nilai-nilai
kemanusiaan sesuai konsep keadilan dan keadaban.
Nilai kemanusiaan membentuk nilai-nilai moral mirip
gotong royong, menghargai, menghormati, kerjasama,
serta lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180).
3. Nilai Persatuan: Suatu perbuatan dikatakan baik Jika
dapat memperkokoh persatuan serta kesatuan. Egois
serta menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak
baik, sekaligus sikap yg memecah belah persatuan.
Sangat mungkin seseorang terkesan mendasarkan
tindakannya atas nama agama (sila 1), tetapi Jika
tindakan tadi dapat Mengganggu persatuan serta
3
kesatuan maka dalam pandangan etis pancasila
bukanlah perbuatan baik. dari nilai persatuan itu
menghasilkan nilai-nilai cinta tanah air, pengorbanan,
serta sebagainya. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:
180).
4. Nilai Kemasyarakatan pada kaitannya dengan
demokrasi, terdapat nilai lain yang sangat krusial
yaitu nilai kearifan atau kearifan dan musyawarah.
kata hikmat atau hikmah berorientasi pada perbuatan
yg mengandung kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan, pandangan minoritas tidak dan
merta kalah menggunakan pandangan mayoritas.
Pelajaran yang sangat baik, misalnya, artinya insiden
penghilangan tujuh istilah dalam sila pertama Piagam
Jakarta. Sebagian akbar anggota PPKI setuju dengan
ke 7 kata tersebut, namun menggunakan
memperhatikan beberapa grup (dari daerah Timur)
yang bisa diterima secara argumentatif serta realistis,
maka pandangan minoritas 'menang' atas pandangan
dominan. menggunakan demikian, suatu tindakan
belum tentu baik Jika disetujui atau berguna bagi
orang banyak, namun suatu tindakan itu baik Bila
berdasarkan di musyawarah berdasarkan konsep
hikmah atau pesan yang tersirat. asal nilai-nilai sosial
4
membuat nilai-nilai menghargai disparitas,
kesetaraan, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk,
2015: 181).
5. Nilai Keadilan: Jika pada sila kedua disebutkan istilah
adil, maka istilah tersebut dicermati dalam konteks
manusia menjadi individu. Nilai keadilan dalam sila
kelima lebih menunjuk pada konteks sosial. Suatu
perbuatan dikatakan baik Bila sinkron menggunakan
prinsip keadilan bagi banyak orang. berdasarkan
Kohlberg (1995: 37), keadilan adalah kebajikan
primer bagi setiap orang serta masyarakat. Keadilan
mengandaikan orang lain sebagai kawan yg bebas dan
memiliki derajat yang sama menggunakan orang lain.
dari nilai tersebut dikembangkan tindakan-tindakan
luhur yang mencerminkan perilaku serta suasana
kekeluargaan dan gotong royong. buat itu
dikembangkan perilaku adil terhadap orang lain,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak orang lain. dari nilai keadilan
itu juga melahirkan nilai kepedulian, pemerataan
ekonomi, kemajuan beserta, dan lain-lain. (Ibid,
Ngadino Surip, dkk, 2015: 181).
C. Pengertian Etika
5
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq),
kumpulan prinsip atau nilai yang berkaitan dengan
moralitas, nilai tentang benar dan salah yang dianut oleh
sekelompok orang. Secara garis besar etika
dikelompokkan menjadi:
a. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip
yang berlaku pada setiap tindakan manusia.
b. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut
di atas dalam kaitannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik sebagai individu
(individu ethics) maupun sebagai makhluk sosial
(social ethics).
6
dalam Pancasila. Teleologi mengatakan bahwa Pancasila
adalah apa yang ingin dicapai oleh negara Indonesia.
Pancasila masih dibangun di atas prinsip-prinsip moral.
Tidak hanya terfokus pada tugas dan tujuan. Konsep ini
berasal dari semacam etika yang terkait erat dengan
bagaimana perilaku manusia yang baik ditampilkan.
Etiket bersifat universal, berbeda dengan tata krama yang
dipraktikkan di lokasi tertentu (misalnya, mengunjungi
orang Jawa berbeda dengan mengunjungi orang Batak).
Standar moral yang berasal dari hati nurani untuk tujuan
saling kenyamanan termasuk dalam etika.
Etika mengacu pada prinsip, perilaku, dan keyakinan
moral. Definisi etimologis etika adalah "pengetahuan
tentang apa yang adat." Kebiasaan baik dan cara hidup
untuk diri sendiri dan orang lain terkait erat dengan etika.
Etika sering melibatkan kata moral, menunjukkan bahwa
itu berasal dari hati nurani setiap orang. Pada dasarnya,
etika adalah cara berpikir yang diatur untuk memberikan
instruksi kepada orang-orang tentang bagaimana
bertindak dan berperilaku.
Gaya hidup dari banyak suku bangsa di Indonesia
adalah tempat Pancasila sebagai kerangka etika dimulai.
Selain itu, norma dasar (grundnorm), yang berfungsi
sebagai rekomendasi saat menyusun peraturan perundang-
7
undangan, mengandung unsur Pancasila sebagai kerangka
etika. Perilaku politisi diatur oleh Pancasila sebagai kode
etik ketika menyangkut isu-isu yang melibatkan
penerapan lembaga sosial, hukum, dan masyarakat.
8
F. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam
Kehidupan
Pancasila sebagai sistem etik memerlukan kajian
kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup agar
tidak terjebak dalam pandangan mitis. Misalnya, korupsi
terjadi karena seorang pejabat diberi hadiah oleh orang
yang membutuhkan agar urusannya lancar. Dia menerima
hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut
membantu. Sehingga mereka tidak tahu jika tindakan
mereka dikategorikan sebagai suap.
Hal-hal yang sangat penting dalam mengembangkan
Pancasila sebagai sistem etika antara lain:
1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan
penentu sikap, tindakan dan keputusan yang harus
diambil oleh setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga
negara untuk memiliki orientasi yang jelas dalam
hubungan kedaerahan, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang
dibuat oleh penyelenggara negara sehingga
mencerminkan jiwa negara dengan jiwa Pancasila
4. Pancasila sebagai penyaring pluralitas nilai yang
berkembang di berbagai bidang kehidupan.
9
G. Hakikat Pancasila menjadi Sistem Etika dalam
Kehidupan
Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal
menjadi berikut:
1. Sila KeTuhanan mencerminkan bahwa tuhan artinya
penjamin prinsip-prinsip moral. perilaku setiap rakyat
negara berdasarkan pada prinsip-prinsip moral yang
bersumber berasal norma-norma agama. ketika
prinsip-prinsip moral berdasarkan pada adat-tata cara
kepercayaan , mereka akan memberi kekuatan di
prinsip-prinsip yang akan diterapkan sang
pengikutnya.
2. Sila kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus.
Perbuatan humanisme tersirat melalui perilaku adil
dan mudun guna mengklaim tatanan sosial antar
insan serta antar makhluk sesuai nilai-nilai
humanisme yang tertinggi (kebajikan serta
kebijaksanaan).
3. Asas Persatuan ialah kemauan untuk hayati bersama
pada atas kepentingan perseorangan dan golongan
pada kehidupan berbangsa. Landasannya adalah nilai
solidaritas dan semangat kebersamaan yg melahirkan
kekuatan dalam menghadapi ancaman yang memecah
belah bangsa.
10
4. Sila kerakyatan menjadi sistem etik terletak di konsep
musyawarah buat konsensus.
5. Sila keadilan menjadi perwujudan sistem etik tidak
hanya menekankan kewajiban (deontologi) atau
tujuan semata (teleologi). tetapi lebih menekankan
pada kebijaksanaan (etika kebajikan).
11
Masyarakat Indonesia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai
menggunakan agama serta kepercayaannya
masing-masing menurut asas humanisme yg
adil dan mudun.
Menghormati menghormati dan bekerja sama
antar pemeluk agama serta agama yang tidak
selaras sebagai akibatnya bisa menumbuhkan
keharmonisan dalam kehidupan.
Saling menghormati kebebasan beribadah
dari agama serta agama.
Tidak memaksakan suatu agama serta agama
kepada orang lain.
b. Sila kemanusiaan yang Adil dan beradab, cara
mengamalkannya:
Mengakui persamaan, persamaan hak dan
kewajiban yg sama pada antara manusia
sesuai dengan harkat serta martabatnya
menjadi makhluk yang kuasa yg Maha Esa.
Saling mengasihi.
Membuatkan perilaku toleransi.
Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Melakukan aktivitas kemanusiaan.
12
Berani membela kebenaran serta keadilan.
c. Sila Persatuan Indonesia, cara mengamalkannya:
Menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan, keselamatan bangsa serta negara
di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara.
Cinta tanah air dan bangsa Indoneisia.
Bangga menjadi bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia.
Menggalang pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang majemuk pada
keberagaman.
d. Sila Kerakyatan Dipimpin oleh Kebijaksanaan
Kebijaksanaan dalam Musyawarah/ Perwakilan,
cara mengamalkan:
Jangan memaksakan kehendak Anda di orang
lain.
Musyawarah buat mencapai mufakat diisi
menggunakan semangat kekeluargaan.
Dengan itikad baik serta rasa tanggung jawab
mendapatkan dan melaksanakan akibat
keputusan musyawarah.
13
Musyawarah dilakukan menggunakan logika
sehat serta sinkron dengan hati nurani yang
mulia.
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
cara mengamalkannya:
Bersikap adil.
Menjaga ekuilibrium antara hak serta
kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Senang membantu orang lain.
Berjuang Bersama-sama agar dapat mencapai
kemajuan yg adil dan berkeadilan social.
2. sumber Sosiologis
14
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika
dapat ditemukan pada kehidupan masyarakat banyak
sekali etnis pada Indonesia. misalnya masyarakat
Minangkabau dalam hal musyawarah menggunakan
prinsip “setuju air menggunakan bejana, kata sepakat
menggunakan musyawarah”. Masih poly mutiara
kearifan lokal yg tersebar pada Indonesia yg
membutuhkan penelitian mendalam.
3. Sumber Politis
15
Etika politik mengatur perilaku politisi, jua terkait
menggunakan praktik institusi sosial, aturan,
komunitas, struktur struktur sosial, politik, ekonomi.
Etika politik mempunyai 3 dimensi, yaitu:
16
a. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan
bangsa Indonesia bahwa tuhan ialah penjamin
prinsip-prinsip moral. ialah, setiap perilaku
masyarakat negara harus dilandasi sang nilai-nilai
moral yang bersumber asal tata cara-adat agama.
Setiap asas moral yg didasarkan di tata cara-
istiadat kepercayaan , maka asas ini mempunyai
kekuatan buat dilaksanakan sang pemeluknya.
b. Hakikat sila humanisme terletak pada actus
humanus, yaitu perbuatan manusia yg
mengandung akibat dan dampak moral yang
dibedakan menggunakan actus homini, yaitu
perbuatan manusia biasa. Tindakan kemanusiaan
yg mengandung akibat moral dinyatakan
menggunakan cara dan perilaku yg adil serta
mudun sehingga mengklaim tatanan sosial antar
manusia serta antar makhluk sesuai nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan
kebijaksanaan.
c. Inti dari sila persatuan terletak di kemauan buat
hidup beserta sebagai masyarakat negara yang
mengutamakan duduk perkara kebangsaan di atas
kepentingan individu atau golongan. Sistem etika
yg dilandasi semangat kebersamaan dan
17
kesetiakawanan sosial akan melahirkan kekuatan
buat menghadapi penetrasi nilai-nilai yang
memecah belah bangsa.
d. Esensi sila populis terletak di prinsip musyawarah
buat konsensus. adalah, menghargai diri sendiri
sama menggunakan menghargai orang lain.
e. Hakikat sila keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia artinya perwujudan sistem etika yang
tidak menekankan kewajiban belaka atau
menekankan tujuan belaka, melainkan lebih
menekankan di nilai-nilai kebajikan yg
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
2. Urgensi Pancasila menjadi Sistem Etika
Hal-hal penting yang sangat mendesak bagi
pengembangan Pancasila menjadi sistem etik meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Menempatkan sila-sila pancasila menjadi sistem
etik berarti menempatkan pancasila menjadi asal
serta ide moral buat memilih sikap, tindakan, dan
perilaku keputusan yang dirancang oleh setiap
rakyat negara.
b. Pancasila menjadi sistem etika menyampaikan
pedoman bagi setiap masyarakat negara agar
memiliki orientasi yg kentara pada korelasi sosial,
18
baik lokal, nasional, regional maupun
internasional.
c. Pancasila menjadi sistem etik dapat sebagai dasar
analisis banyak sekali kebijakan yg didesain sang
penyelenggara negara agar tidak keluar dari
semangat negara-bangsa yang berjiwa Pancasila.
d. Pancasila menjadi sistem etik dapat sebagai filter
untuk menyaring pluralitas nilai-nilai yg
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak asal globalisasi yg menghipnotis
pemikiran warga negara.
19
normatif dalam menjalankan tugasnya. Penyelenggara
negara tidak bisa membedakan mana yang boleh dan
tidak, pantas dan tidak pantas, baik dan jelek (good and
bad). Pancasila menjadi sistem etik terkait menggunakan
pemahaman kriteria baik (baik) dan buruk (jelek).
Archie Bahm pada Axiology of Science menjelaskan
bahwa baik dan jelek merupakan 2 hal yg terpisah. tetapi,
baik serta buruk terdapat dalam kehidupan manusia,
merupakan godaan buat melakukan hal jelek selalu
muncul. waktu seseorang sebagai pejabat serta
mempunyai kesempatan buat melakukan perbuatan jelek
(korupsi), maka hal ini bisa terjadi pada siapa saja. sang
karena itu, kesimpulan Archie Bahm, “Maksimalkan yg
baik, minimalkan yg buruk ” (Bahm, 1998: 58).
Kedua, dekadensi moral yg melanda kehidupan
rakyat, khususnya generasi muda, sudah membahayakan
kelangsungan hidup bangsa. Generasi muda yg tidak
menerima pendidikan karakter yang memadai dihadapkan
pada pluralitas nilai yg melanda Indonesia dampak
globalisasi sehingga kehilangan arah. kemerosotan moral
moral ini terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan
menggunakan nilai-nilai Pancasila, melainkan nilai-nilai
eksternal yg mendominasi. contoh kemerosotan moral
moral antara lain penyalahgunaan narkoba, kebebasan
20
tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua,
berkurangnya rasa kejujuran, serta tawuran antar pelajar.
seluruh itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral
dalam kehidupan bangsa Indonesia. oleh karena itu,
Pancasila menjadi sistem etik perlu kehadirannya
semenjak dini, terutama dalam bentuk pendidikan
karakter pada sekolah.
Ketiga, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam
kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan
melemahnya rasa hormat seorang terhadap hak pihak lain.
perkara-kasus pelanggaran HAM diberitakan di aneka
macam media, seperti penganiayaan terhadap Pembantu
tempat tinggal Tangga (PRT), penelantaran anak yatim
oleh pihak yg seharusnya melindunginya, kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), serta lain-lain. seluruh ini
memberikan bahwa kesadaran warga terhadap nilai-nilai
Pancasila menjadi sistem etika belum berjalan optimal.
oleh karena itu, selain sosialisasi sistem etik pancasila,
perlu jua diterjemahkan sistem etik tadi ke pada peraturan
perundang-undangan tentang hak asasi manusia.
Keempat, kerusakan lingkungan yg berdampak di
banyak sekali aspek kehidupan insan, mirip kesehatan,
kelancaran penerbangan, nasib generasi mendatang,
pemanasan global, perubahan iklim, dan sebagainya.
21
perkara-masalah tersebut menunjukkan bahwa pencerahan
akan nilai-nilai Pancasila menjadi sistem etika belum
menerima kawasan yg tepat pada hati masyarakat. warga
Indonesia ketika ini cenderung merogoh keputusan sesuai
sikap emosional, ingin menang sendiri, laba sesaat, tanpa
memikirkan akibat berasal tindakannya. contoh paling
jelas adalah pembakaran hutan pada Riau yg
menimbulkan kabut asap. sang sebab itu, Pancasila
menjadi sistem etik perlu diimplementasikan ke dalam
peraturan perundang-undangan yg menindak tegas pelaku
kebakaran hutan, baik perorangan juga perusahaan yang
terlibat.
22
politik yang menang, yaitu Partai Nasional Indonesia
(PNI), Partai Muslim Indonesia (PARMUSI), Partai
Nahdhatul Ulama. (PNU), serta Partai Komunis
Indonesia (PKS). PKI). tidak dapat dikatakan bahwa
pemerintahan di masa Orde usang mengikuti sistem
etik Pancasila, bahkan terdapat tudingan asal Orde
Baru bahwa pemilu di masa Orde lama dianggap
terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang
cenderung otoriter.
Kedua, di masa Orde Baru, sistem etika
Pancasila diwujudkan dalam bentuk menaikkan P-4.
pada masa Orde Baru, konsep insan Indonesia
seutuhnya ada menjadi cerminan insan yang
berperilaku dan berakhlak mulia sinkron
menggunakan nilai-nilai Pancasila. dalam pandangan
Orde Baru, manusia Indonesia itu utuh, artinya insan
artinya makhluk ciptaan yang kuasa yg Maha Esa yg
kodratinya monodualistik, yaitu makhluk rohani
sekaligus makhluk jasmani, serta makhluk individual
sekaligus makhluk sosial. insan menjadi makhluk
langsung memiliki emosi yg mempunyai pengertian,
afeksi, harga diri, pengakuan, dan tanggapan
emosional berasal insan lain pada hayati beserta.
23
insan sebagai makhluk sosial, memiliki tuntutan yg
semakin maju serta sejahtera. Tuntutan tersebut hanya
bisa dipenuhi melalui kerjasama dengan pihak lain,
baik secara pribadi maupun tidak langsung. buat itu
fitrah insan menjadi makhluk individu serta sosial
wajib dikembangkan secara harmonis, serasi, dan
seimbang (Martodihardjo 1993: 171). insan Indonesia
seutuhnya (artinya makhluk mono-jamak yang terdiri
atas susunan kodrati: jiwa dan raga; kedudukan
kodrati: makhluk ilahi serta makhluk yang berdiri
sendiri; kodrat kodrati: makhluk sosial dan makhluk
individu. Keenam unsur manusia itu saling
melengkapi dan adalah satu kesatuan. kesatuan utuh,
insan Indonesia merupakan sentra permasalahan,
subjek primer serta pelaku primer pada kebudayaan
Pancasila (Notonagoro pada Asdi, 2003:17-18).
Ketiga, sistem etika Pancasila di era
reformasi tenggelam pada euforia demokrasi. namun
seiring berjalannya ketika, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi sistem etika politik akan
mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan serta
machiavelism (menghalalkan segala cara buat
mencapai tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas
Gadjah Mada dalam sambutannya di pembukaan
24
Simposium Nasional Perkembangan Pancasila
menjadi kerangka berpikir Ilmu Pengetahuan serta
Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan
menjadi berikut. “Bahwa moral bangsa semakin hari
semakin merosot serta semakin hanyut pada arus
konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan
keserakahan sebab bangsa Indonesia belum menyusun
cetak biru yg berakar pada sila Ketuhanan yang Maha
Esa.”
2. Argumen ihwal Tantangan Pancasila menjadi Sistem
Etis
Poin-poin berikut bisa mendeskripsikan
beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
Pancasila.
Pertama, tantangan terhadap sistem etik
Pancasila di masa Orde lama berupa perilaku otoriter
dalam pemerintahan yg tercermin pada
penyelenggaraan negara yg menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Hal ini tidak sesuai dengan
sistem etika Pancasila yang mengutamakan semangat
musyawarah buat konsensus.
Kedua, tantangan terhadap sistem etik
Pancasila pada masa Orde Baru terkait menggunakan
duduk perkara NKK (Nepotisme, kongkalikong , dan
25
Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan negara.
Hal ini tidak sejalan dengan keadilan sosial karena
nepotisme, kongkalikong serta korupsi hanya
menguntungkan segelintir orang atau golongan
tertentu.
Ketiga, tantangan terhadap sistem etika
Pancasila pada era Reformasi berupa euforia
kebebasan politik sebagai akibatnya mengabaikan
norma-norma moral. misalnya munculnya anarkisme
yg memaksakan kehendaknya atas nama kebebasan
demokrasi.
26
BAB II
1. Pengertian Filsafat
Dalam berbagai karya sastra, para pakar dan guru besar kita
telah menguraikan dan memperdebatkan Pancasila sebagai
sistem filsafat secara mendalam. Spesialis dan akademisi kami
mengkaji aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis
Pancasila sebagai teori filosofis. Tema-tema lain menganalisis
teori filosofis landasan sejarah, sosial, dan politik Pancasila.
Subjek yang diangkat dalam percakapan ini tidak akan
dieksplorasi lebih lanjut. Diskusi akan dilakukan dengan benar-
benar mempraktikkan argumen yang dibuat oleh para dosen dan
profesional kami sebelumnya.
b. Dimensi Politik
c. Masalah Hukum
Indonesia adalah orang baik yang suka membantu satu sama lain
dalam menyelesaikan kesulitan.
3. Pengertian Pancasila
Awalnya, etimologis
Meskipun Prakerta adalah bahasa masyarakat umum, nama
"Pancasila" secara etimologis terkait dengan bahasa Sanskerta,
bahasa Brahmana yang digunakan di India. Menurut
Muhammad Yamin, kata “Pancasila” dalam bahasa Sansekerta
memiliki dua makna leksikal yang terpisah: “panca” berarti
“lima”
Vokal pendek i dalam "syila" adalah singkatan dari "alas",
"fondasi", atau "sendi batu".
Vokal panjang "i" dalam kata "sila" menunjukkan "aturan
perilaku yang baik, signifikan atau tidak senonoh".
a. Di masa lalu
4. Definisi Filsafat
A. Pengertian Nilai
Nilai melambangkan suatu set pandangan, norma,
keyakinan, dan prinsip yang dipegang oleh suatu komunitas.
Nilai-nilai ini menjadi dasar dalam menentukan tindakan dan
sikap individu dalam masyarakat. Dengan demikian, nilai-
nilai memberikan pedoman bagi perilaku individu. Banyaknya
anggota masyarakat yang mengadopsi dan menghargai nilai-
nilai tersebut menunjukkan apa yang dianggap benar, pantas,
terpuji, dan baik oleh masyarakat tersebut.
fungsi nilai:
1. Nilai membentuk pola pikir dan perilaku yang
diinginkan dalam suatu masyarakat.
2. Nilai-nilai memberikan motivasi kepada individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Nilai-nilai bisa digunakan sebagai penanda untuk
mengawasi tindakan individu dalam masyarakat.
51
4. Nilai memiliki potensi untuk memotivasi,
membimbing, dan mengendalikan individu agar
berperilaku positif.
5. Nilai berperan sebagai sarana untuk memperkuat
ikatan sosial antara anggota masyarakat.
52
makhluk yang memiliki nilai moral yang setara dengan
Tuhan. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia,
diharapkan memiliki keyakinan dan berpraktik agama
sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
2. Kemanusiaan (Moralitas)
Nilai-nilai religius adalah prinsip-prinsip kehidupan
yang berkaitan dengan hubungan individu dengan hal
yang dianggap memiliki akhlak yang menjadi panduan
perilaku. Memahami keberadaan Tuhan sebagai prinsip
etis berarti menciptakan warga negara yang mempercayai
kekuasaan-Nya, dengan tujuan membentuk individu yang
memiliki semangat dan komitmen untuk mencapai ridha
Tuhan melalui tindakan yang baik. Dalam perspektif etika
agama, negara yang mengakui Keesaan Tuhan Yang Maha
Esa menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dan setiap
masyarakatnya memiliki hubungan yang erat dengan
Tuhan yang dipercaya sebagai sumber kebaikan.
3. Persatuan Indonesia (Berkebangsaan)
Persatuan merupakan gabungan dari beberapa kata,
keberadaan Indonesia dan masyarakatnya di bumi ini
tidak dapat dipertentangkan Bangsa Indonesia hadir
dengan tujuan untuk mewujudkan rasa cinta terhadap
semua suku bangsa. Persatuan Indonesia tidak bersifat
dogmatis atau sempit dalam sikap dan pandangannya.
53
4. Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai individu yang hidup dalam masyarakat,
manusia selalu bergantung pada orang lain, dan dalam
hubungan tersebut terdapat norma-norma yang diikuti
serta saling menghormati berdasarkan tujuan dan
kepentingan yang umum. Prinsip utama dalam
pembangunan demokrasi yang menjadi landasan penting
bagi bangsa Indonesia memaksimalkan potensinya di
dunia baru, adalah warga negara yang dapat
mengendalikan dirinya, sabar dalam menguasai dirinya,
meskipun berada di tengah pergolakan besar untuk
melakukan perubahan dan perubahan. reformasi.
Kebijaksanaan adalah kebutuhan sosial yang
menampilkan pemikiran masyarakat pada tingkat yang
lebih baik untuk menjadikan suatu masyarakat, dan
melepaskan diri dari pemikiran menurut anggota dan
kalangan yang sedikit.
5. Keadilan Sosial
Nilai keadilan merupakan nilai yang mendukung
norma-norma yang adil, seimbang, dan merata dalam
penyelesaian suatu masalah. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan kesatuan sosial yang inklusif, di mana setiap
54
masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
kehidupan sesuai dengan potensi mereka yang
sebenarnya. Semua upaya dan perjuangan ditujukan untuk
mengembangkan potensi masyarakat, membentuk
karakter, dan meningkatkan kualitas kehidupan sehingga
kesejahteraan dapat tercapai secara merata. Ketika kita
menguraikan nilai-nilai dari kelima sila Pancasila, kita
dapat melihat keindahan dan kedalaman nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Sayangnya, nilai-nilai ini
seringkali hanya menjadi perbincangan belaka dan tidak
diwujudkan sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari
akibat kurangnya kesadaran dan keengganan untuk
menerapkan Pancasila secara tulus. Untuk nilai-nilai ini
dapat merasuk secara lebih dalam ke dalam hati dan jiwa
setiap individu Indonesia, penting untuk menanamkan
nilai-nilai ini sejak dini melalui keluarga, pendidikan, dan
interaksi dalam masyarakat.
55
Nilai-nilai yang ada dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
meliputi:
Keyakinan dalam keberadaan Tuhan Yang Maha Esa
adalah keyakinan bahwa ada entitas ilahi yang
menciptakan segala sesuatu Sebagai contoh:
Menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap
tumbuhan serta memberikan perawatan yang memadai;
secara konsisten memelihara kebersihan dan sejenisnya.
Ajaran agama Islam bahkan menyatakan bahwa Allah
tidak meridai individu yang menyebabkan kerusakan di
bumi, namun Allah menyukai mereka yang selalu berhati-
hati dalam menjalankan perintah-Nya dan terus
melakukan kebaikan. Keadaan lingkungan hidup di
Indonesia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia merupakan anugerah yang harus
dilestarikan dan ditingkatkan agar dapat terus menjadi
sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia dan negara ini.
Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan beradab mengandung
nilai-nilai kemanusiaan yang harus diperhatikan dalam
kehidupan sehari-hari.
56
Dengan tetap memperhatikan hak-hak setiap orang,
seperti hak atas lingkungan hidup yang aman dan sehat,
hak atas informasi tentang aspek-aspek biologi
lingkungan yang relevan dengan pekerjaannya dalam
pengelolaan lingkungan hidup, dan hak untuk berperan
serta secara aktif dalam upaya-upaya tersebut sesuai
dengan undang-undang, maka tindakan dapat dilakukan
(Koesnadi Hardjasoemantri, 2000: 558). Pada bagian
kedua, dijelaskan bahwa ketentuan yang tercantum pada
bagian pertama dapat dilaksanakan melalui penggunaan
a) Memperkuat kemandirian dan memberdayakan
masyarakat serta membangun hubungan kemitraan.
b) Mengembangkan kemampuan dan kepemimpinan
warga negara.
c) Mendorong responsifnya warga dalam melakukan
pengawasan sosial.
d) Memberikan ruang bagi warga untuk menyampaikan
saran dan pendapat mereka
2. Persatuan dalam Pancasila Indonesia memiliki makna
penting tentang solidaritas dalam menjalin kehidupan
berbangsa, yang mencakup elemen-elemen seperti:
a) kesatuan Indonesia adalah kesatuan bangsa yang
hidup di bagian wilayah Indonesia yang harus dijaga
dan dijunjung tinggi.
57
b) Mengakui perbedaan suku bangsa dalam negeri
(suku).
c) Kasih sayang dan rasa bangga terhadap tanah air
Indonesia (nasionalisme
Dalam rangka memperoleh keterampilan dan
mengupayakan pemerataan lingkungan di seluruh daerah,
serta mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan, penting untuk mengidentifikasi nilai-nilai
tradisi yang berperan dalam mempromosikan kesadaran
akan alam dan lingkungan. Di berbagai daerah, masih
banyak perilaku yang mengikuti larangan dan aturan adat
yang mengatur tindakan yang melanggar nilai-nilai
tradisional setempat. Misalnya, ada larangan menebang
pohon tanpa izin atau konsepsi daerah, serta larangan
mengonsumsi hewan tertentu yang dihormati dalam
kehidupan masyarakat setempat. Pada tingkat individu,
pengamalan ajaran nenek moyang ini sebenarnya
berkontribusi secara aktif terhadap pelestarian alam dan
lingkungan di daerah tersebut. Dengan demikian, hal ini
dapat dianggap sebagai penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang
bersangkutan.
3. Pada Sila Kerakyatan Dipimpin oleh Kebijaksanaan
Kebijaksanaan dalam Musyawarah Perwakilan
58
mengandung nilai kerakyatan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a. Melakukan dan memperluas pengetahuan, serta
meningkatkangkesadaran dan tanggunggjawab para
pengambil keputusanndalam mengurus lingkungan
alam.
b. Mengimplementasikan upaya membangun,
menyosialisasikan, dan meningkatkannkesadaran
mengenai hakkdan kewajiban warga negara dalam
menjaga kelestarian lingkungan alam.
c. Menciptakan, mengembangkan, dan meningkatkan
kerjasama dalam usaha pelestarian lingkungan alam.
d. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah
dalammmenjaga daya dukunggdan kapasitas
lingkungan alam.
4. Prinsip Keadilan SosiallBagi seluruhhmasyarakat
Indonesia mengandunggnilai keadilan sosial. Aspek
berikut wajib diperhatikan, diantaranya:
a. Mengoperasikan sumber daya alam dengan menjaga
kelangsungannya agar memberikan manfaat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari generasi
ke generasi berikutnya.
b. Melestarikan sumber dayaaalam dan lingkungan
hidup melalui upaya konservasi, rehabilitasi, dan
59
penggunaannteknologi yang ramah lingkungan untuk
menghemat penggunaan sumber daya.
c. Pada tahap transfer kewenangan dari pemerintah
pusat ke pemerintahhdaerah dalam pengelolaan
sumber dayaaalam dan pelestarian lingkungan,
dilakukan dengan selektif agar kualitassekosistem
tetap terjaga sesuai dengan peraturan undanggundang.
d. Pemanfaatan sumber daya alam yang mengutamakan
kesejahteraan manusia dengan memperhatikan
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup,
pembangunan berkelanjutan, kepentingan ekonomi
dan budaya masyarakat setempat, serta penataan
ruang yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.
60
kepada Tuhan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan melalui pendidikan karakter, sehingga setiap warga
Indonesia dapat menjadi individu yang beragama, manusiawi,
adil, dan berkontribusi positif bagi diri sendiri.
Tujuan dari pendidikan budayaadan karakter nasional adalah
untuk mempersiapkan siswa agar menjadiiwarga negaraayang
lebih baik. Fokusnya adalah mengembangkan kemampuan,
keinginan, dan penerapan nilai-nilai Pancasila
dalammkehidupan sehari-hari, dengan harapan mereka akan
menjadi warga negara yang taat terhadap ajaran agama
mereka sendiri, menghormati dan menerima praktik
keagamaan yang berbeda, serta menjalin kehidupan yang
harmonis dengan penganut keyakinan lain Selain itu,
pendidikan karakter juga menekankan pentingnya integritas
yang berakar pada pengendalian diri, sehingga individu
tersebut bisa diandalkan dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan yang mereka lakukan.
Toleransiimelibatkan sikap dan perilaku yang
menghormati perbedaanndalam keyakinan, budaya, ras,
pendapat, sikap, dan tindakan orangglain yang mungkin
berbeda dengan kita sendiri. Disiplin mencakup tindakan yang
menunjukkan ketaatan dan peraturanndalam mengikuti
berbagai aturan dan peraturan. Kerja keras adalah sikap yang
melibatkan usaha nyata dalam menghadapi tantangan
61
belajarrdan tugas, serta menyelesaikanntugas dengan dedikasi
penuh. Kreativitas melibatkan proses berpikir dan tindakan
untuk menciptakan pendekatan baru atau memberikan dampak
baru terhadap hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Kemandirian adalah pola pikir dan cara hidup yang tidak
mudah bergantung pada orang lain untuk melakukan hal-hal
yang harus dilakukan sendiri. Demokrasi, di sisi lain,
mengacu pada gaya berpikir, bertindak, dan berperilaku yang
mengakui dan menghormati hak dan kewajiban orang serta
orang lain.
Ramah melibatkan tindakan berbagi kebahagiaan
dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan bekerjaasama
dengan orangglain. Cinta diam merujuk pada perilaku,
ucapan, dan tindakan yang menciptakan kegembiraan dan
memberikan rasa aman bagi orang di sekitar mereka.
Semangat nasionalisme meliputi sikap, perbuatan, dan
paham yangymengutamakan kepentingannbangsaadan negara
di atasskepentingan pribadi dan kelompok lain.
Menghargaiiprestasi berarti mengakui dan menghargai
keberhasilan orang lain, serta terlibat dalam perilaku dan
kegiatan yang menginspirasi orang lain untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagiemasyarakat. Ketika datang
untuk mencegah kerusakan pada alam di sekitar kita serta
mencoba untuk membatalkan kerusakan yang telah dilakukan,
62
merawat lingkungan adalah sikap dan tindakan yang
berkelanjutan. Tanggung jawab adalah menjunjung tinggi
komitmen dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial, dan budaya), pemerintah, dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Untuk memastikan bahwa sikap dan perilaku sejalan dengan
moralitas yang mulia bagi bangsa dan nilai-nilaiiPancasila,
menjadi sangatt penting untuk menerapkan dan menanamkan
nilai-nilaih yang terkandung dalammsetiap silaaPancasila.
Dalam usaha mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada
individu, penting untuk menerapkan nilai-nilaiiberikut sesuai
dengan prinsip-prinsip Pancasilaa
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Selalu menjaga keteraturan dalammmelaksanakan
ibadahhmerupakan suatu sikap yang patut dijunjung
tinggi. Tidaklah pantas untuk berbohong kepada guru atau
teman-teman kita. Kami merasa berterima kasih kepada
Tuhan karena diberikan keluarga yang penuh dengan
kasih sayang. Sangat krusial untuk tidak mencontoh
perilaku teman ketika menghadapi ujian atau mengerjakan
tugas di sekolah. Lebih baik menghormati teman yang
memiliki keyakinan agama yang berbeda dalam
melaksanakan ibadah mereka. Ketika bercerita tentang
suatu kejadian, sebaiknya kita mengemukakan apa yang
63
kita ketahui tanpa menambah atau mengurangi cerita
tersebut. Adapula tidak benar jika kita meniru pekerjaan
teman dalam menyelesaikan tugas rumah. Dalam
menjalani kehidupan, penting untuk percaya pada
kemampuan diri sendiri, karena setiap individu diberkahi
dengan kekuatan dan kelemahan yang unik oleh Tuhan.
Ketuhanan yang maha esa adalah konsep yang mengacu pada
kepercayaan akan adanya satu Tuhan yang memiliki keesaan
dan keberadaan yang mutlak. Konsep ini umumnya ditemukan
dalam berbagai agama monoteistik, seperti agama Islam,
Kristen, dan Yahudi. Di bawah ini adalah beberapa tambahan
materi yang berkaitan dengan ketuhanan yang maha esa:
a. Atribut Tuhan: Ketuhanan yang maha esa sering kali
dikaitkan dengan atribut-atribut Tuhan yang dianggap
maha sempurna. Beberapa atribut ini meliputi
kekuasaan, kebijaksanaan, keadilan, kasih sayang, dan
keabadian. Konsep-konsep ini memberikan pandangan
mengenai sifat-sifat Tuhan yang diakui oleh penganut
berbagai agama monoteistik.
b. Hubungan manusia dengan Tuhan: Penganut ketuhanan
yang maha esa meyakini bahwa manusia memiliki
hubungan yang intim dengan Tuhan. Hubungan ini bisa
meliputi ibadah, doa, meditasi, atau tindakan-tindakan
spiritual lainnya. Manusia dianggap sebagai makhluk
64
ciptaan Tuhan yang bertujuan untuk mengenal-Nya,
mematuhi-Nya, dan mencapai kesempurnaan spiritual.
c. Tanggung jawab moral: Konsep ketuhanan yang maha
esa seringkali menyertakan aspek tanggung jawab
moral dalam kehidupan manusia. Penganutnya
meyakini bahwa Tuhan adalah sumber otoritas moral
dan memberikan petunjuk mengenai apa yang benar dan
salah. Oleh karena itu, manusia diharapkan untuk hidup
sesuai dengan ajaran-Nya dan bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatan mereka.
d. Keberagaman dalam persepsi Tuhan: Meskipun konsep
ketuhanan yang maha esa mengacu pada kepercayaan
akan adanya satu Tuhan, pengertian tentang Tuhan bisa
bervariasi di antara agama-agama yang berbeda. Setiap
agama dapat memiliki pemahaman yang unik tentang
sifat dan karakteristik Tuhan, serta cara berhubungan
dengan-Nya.
e. Kesatuan dalam keberagaman: Meskipun terdapat
perbedaan dalam pemahaman tentang Tuhan, konsep
ketuhanan yang maha esa juga mencerminkan
pemahaman bahwa di balik keberagaman tersebut, ada
kesatuan yang mendasar. Penganut berbagai agama
monoteistik meyakini bahwa meskipun nama, atribut,
dan cara beribadah mungkin berbeda, hakikatnya,
65
Tuhan yang disembah adalah satu dan sama. Penting
untuk diingat bahwa konsep ketuhanan yang maha esa
dapat bervariasi tergantung pada agama, kepercayaan,
dan tradisi yang berbeda. Materi di atas hanya
memberikan gambaran umum dan tidak mencakup
semua aspek yang mungkin ada dalam konsep tersebut.
2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
Membantu teman yang sedang menghadapi kesulitan
adalah perbuatan yang terpuji. Tidak sepatutnya kita
melakukan diskriminasi dalam memilih teman. Tidak
pantas menggunakan teman lain sebagai alat dalam hal
kegiatan makan di hadapan teman lainnya. Menginginkan
untuk mengajar teman yang mengalami kesulitan dalam
mata pelajaran tertentu. Memberikan kursi kepada lansia,
ibu hamil, atau mereka yang membutuhkan lebih banyak
waktu di transportasi umum sebagai bentuk
penghormatan. Tidaklah tepat untuk mengutuk teman
yang telah melakukan kesalahan terhadap kita.
Memintaamaafgatau izin saat kita melakukannkesalahan.
Menghormati dan patuh pada guru, tanpa melakukan
tindakan yang tidak pantas. Menghormati dan mematuhi
orang tua.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah konsep
yang menekankan pentingnya perlakuan yang adil dan
66
etika yang baik terhadap sesama manusia. Konsep ini
melibatkan aspek moral, sosial, dan budaya dalam
interaksi manusia dengan sesama manusia. Berikut adalah
beberapa tambahan materi yang berkaitan dengan
kemanusiaan yang adil dan beradab:
a) Keadilan sosial: Kemanusiaan yang adil dan beradab
mendorong keadilan sosial di dalam masyarakat. Ini
melibatkan memastikan bahwa setiap individu
memiliki kesempatan yang adil untuk hidup dan
berkembang, tanpa diskriminasi berdasarkan ras,
agama, gender, atau latar belakang sosial-ekonomi.
Prinsip ini melibatkan distribusi sumber daya yang
adil, perlindungan hak asasi manusia, dan
penanggulangan kesenjangan sosial.
b) Empati dan solidaritas: Kemanusiaan yang adil dan
beradab juga mendorong adanya empati dan
solidaritas terhadap sesama manusia. Ini melibatkan
kemampuan untuk memahami dan merasakan
pengalaman orang lain serta berempati terhadap
penderitaan dan kebutuhan mereka. Dengan memiliki
sikap empati dan solidaritas, kita dapat membantu
meringankan penderitaan orang lain dan bekerja
bersama untuk mencapai kebaikan bersama.
67
c) Etika dan moralitas: Kemanusiaan yang adil dan
beradab melibatkan perilaku yang mencerminkan
etika dan moralitas yang tinggi. Ini termasuk
integritas pribadi, tanggung jawab sosial, dan
penghormatan terhadap hak-hak individu. Dalam
interaksi dengan sesama manusia, penting untuk
mempraktikkan kejujuran, kesopanan, kerjasama, dan
menghindari perilaku yang merugikan atau menyakiti
orang lain.
d) Pendidikan dan kesadaran: Pendidikan dan kesadaran
memainkan peran penting dalam mencapai
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pendidikan yang
baik mempromosikan pemahaman yang lebih baik
tentang hak asasi manusia, keragaman budaya, nilai-
nilai universal, dan etika yang baik. Kesadaran akan
pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab dapat
mendorong tindakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi sosial dan mempromosikan
perdamaian.
e) Konflik dan perdamaian: Kemanusiaan yang adil dan
beradab juga mencakup penanganan konflik dan
promosi perdamaian. Ini melibatkan penyelesaian
konflik dengan cara yang adil dan damai, serta upaya
untuk membangun hubungan yang harmonis di antara
68
individu dan kelompok yang berbeda. Tujuan
akhirnya adalah menciptakan masyarakat yang damai,
inklusif, dan saling mendukung.
3. Persatuan Indonesia
upacara benderasdengannketeraturan yang baik.
Bersama-sama berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan
lingkungan sekolah. Hindari konflik dan jangan
memanfaatkan orang lain. Prioritaskan penggunaan
produk-produk yang diproduksi di dalam negeri. Hargai
setiap teman, terlepas dari perbedaan ras dan budaya.
Merasa bangga sebagai warga negara Indonesia. Jauhkan
sikap sombong dan kesombongan yang berlebihan
terhadap diri sendiri. Menghargai keindahan geografiss
dan kesuburanntanahhdi Indonesia.
4. Karakyatan Yang Di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Biasakanlah untuk melakukan diskusi bersama teman
dalam mencari solusi atas permasalahan. Melaksanakan
hak suara dalam pemilihan umum. Mengerti bahwa Anda
tidak dapat memaksa kehendak Anda kepada orangglain.
69
Menerimaakekalahan dengan sikap yang ikhlas. Jika tidak
dapat bersainggdengannteman lain dengan baikhdan
bertanggung jawab, serta menerima konsekuensi dari
keputusannyang dihasilkan melalui musyawarah. Berani
memberikan kritik kepada teman, pemimpin, dan guru
yang berperilaku sewenang-wenang. Berani
menyampaikan pendapat di hadapan publik.
Melaksanakan semua hukum dan keputusannbersama
dengannkesadaran dan tanggung jawabnyang tinggi.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Hormatilah setiap individu dengan penuh keadilan.
Bagikan makanan dengan adil kepada semua teman.
Sebagai koordinator, berikan tugas yang terbagi rata dan
sesuaindengan kemampuannanggota tim. Seorang guru
seharusnya memberikan pujian kepada siswa yang bekerja
keras dan memberikan nasihat kepada siswa yang kurang
bersemangat. Jangan ada selektivitas dalam bergaul
dengan orang lain. Jangan menyalahgunakan hak milik
untuk kepentingan pribadi yang merugikan kepentingan
umum. Merasa senang dalam melakukan kerja keras.
E. Pentingnya Penerapan Nilai Pancasila dalam Pendidikan
Karakter Bangsa
Untuk menghasilkan generasi yang memiliki
moralitas dan kualitas yang unggul, diperlukan beberapa
70
langkah dalam proses pembentukannya. Salah satunya adalah
memberikan pemahaman tentang nilai-nilai tinggi yang
terdapat dalam Pancasila, karena Pancasila adalah dasar
negara dan panduan hidup bangsa dalam menjalani kehidupan
mereka. Generasi ini harus memahami, menghayati, dan
mengamalkan semua nilai yang terkandung dalam Pancasila,
karena nilai-nilai tersebut menjadi dasar dan benteng bagi
mereka dari pengaruh negatif yang dapat merusak moralitas
mereka. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
pendidikan karakter, sikap dan perilaku yang menyimpang
dapat diperbaiki. Individu yang memiliki jiwa nasionalis dan
patriotik tidak akan mengalami distorsi dalam kepribadian
mereka. Berikut adalah pentingnya menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari: Menanamkan rasa
cinta kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Membangun rasa cinta terhadap anggota keluarga.
Mengembangkan rasa cinta dan hormat kepada orang tua dan
orang yang lebih tua. Mempromosikan perilaku yang adil
terhadap sesama. Membangun sikap toleransi. Membangun
semangat gotong royong dan kerja sama. Mengembangkan
sikap yang bijaksana dan toleran. Mempromosikan cinta tanpa
diskriminasi. Mempromosikan budaya musyawarah.
Mendorong keinginan untuk membantu mereka yang
membutuhkan. Membangun rasadpersaudaraan. Berorientasi
71
pada masa depanndan menghargai perubahanndan kemajuan.
Mendorong demokrasi dan mewujudkan masyarakat madani.
Melalui penerapan nilai-nilai Pancasila, kita dapat mencegah
segala bentuk kekerasan dan pemaksaan. Kita juga dapat
menghormati kualitas dan menghindari tindakan rasialidan
diskriminatif. Menghargai kerja keras, kreativitas,
danmproduktivitas. Menumbuhkan disiplin dan ketaatan yang
tinggi terhadap aturanndan hukum. Memupuk rasa
nasionalismendan patriotismehyang kuat. Mengembangkan
moralitas sosial dan budaya.
72
PANCASILA DAN SOSIAL PERSPEKTIF
FILSAFAT INDIVIDU DAN STRUKTUR DALAM
DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL
73
Pancasila merupakan paham yang berpendirian,
bahwa suatu bangsa adalah semua orang yang
berkeinginan membentuk masa depan bersama di
bawah lindungan suatu negara, tanpa membedakan
suku, ras, agama ataupun golongan. Pancasila bukan
semata-mata sebagai ideologi negara, melainkan
vision of state yang dimaksudkan untuk memberi
landasan filosofis bersama (common philosophycal
ground) sebuah masyarakat plural yang modern, yaitu
masyarakat Indonesia yang maju, berdaulat, adil dan
makmur. Tantangan utama dalam membangun bangsa
adalah bagaimana negara memberikan identitas yang
kuat agar dapat memberikan perasaan istimewa, lain
dari pada yang lain. Dengan prinsip-prinsip Pancasila,
bangsa Indonesia diharapkan dapat memiliki karakter
yang memiliki nilai tambah jika dibandingkan dengan
bangsa-bangsa lain.
74
ini akan mengalami kesulitan, jika persoalan ini
semata-mata ditempatkan sebagai persoalan analisis
moral Pancasila belaka. Dengan menempatkannya
sebagai dasar bagi perubahan sosial, melalui
perspektif interaksi sosial yang memandang sekaligus
relasi individu dan struktur sosial, diharapkan mampu
menganalisis secara cermat fenomena sosial yang
terjadi sejak masa reformasi. Menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan arah perubahan sosial akan
mendukung eksistensi masyarakat Indonesia yang
memiliki sustainibility yang mantap dan dinamis.
Implementasi Pancasila sebagai dasar bagi perubahan
sosial membutuhkan landasan sosiologis yang dapat
diterjemahkan dalam visi, misi, dan tujuan negara.
Harapan ini dapat terwujud, apabila masa depan
Indonesia dibangun dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: (1) menginventarisir nilai-nilai
unggul apa saja yang dapat kita kembangkan; (2)
menciptakan interaksi yang sehat dalam masyarakat
yang memungkinkan nilai-nilai unggul itu terwujud;
dan (3) menanggapi segala persoalan yang muncul
secara proaktif, bukan reaktif atau represif, sehingga
75
dapat menepis berbagai potensi kekerasan dimulai
dari diri kita sendiri demi terwujudnya kedamaian
antara sesama manusia.
76
mengarah kepada konsep-konsep demokrasi, HAM,
partisipatif, egaliter, lokalitas, kemandirian, dan
gender.
77
Masyarakat Indonesia
78
dan keturunan. Sifat askriptif ini, mengakibatkan
jatidiri suku bangsa atau kesukubangsaan tidak dapat
dibuang atau diganti dengan jati diri lainnya. Jati diri
suku bangsa atau asal yang askriptif ini tetap melekat
pada seseorang sejak kelahirannya.
79
Secara teoritik, untuk mewujudkan harmoni antaretnik
dalam interaksi sosial, dibutuhkan adanya faktor
sosial yang berfungsi positif untuk mengeliminasi
perbedaan etnis yang ada, agar tidak meruncing dan
menjadi gesekan sosial yang bersifat manifes. Salah
satu bentuk eliminasi tersebut, antara lain yaitu pola
hubungan yang bersifat “simbiosis mutualisme” antar-
etnis yang berbeda, dalam kegiatan produksi. Artinya,
meskipun tidak terjadi asimilasi kultural, namun akan
tetap terjalin hubungan sosial yang erat dan saling
membutuhkan, apabila terbangun pola hubungan
patront-client yang adil dalam hubungan produksi.
80
Menurut Wirutomo (2012:3), masyarakat yang
memiliki beragam etnik memiliki dua ciri, yaitu:
pertama, hot etnicity yang cenderung menonjolkan
identitas etniknya, memiliki kecenderungan untuk
selalu ingin merdeka; dan kedua, cold etnicity yang
sifatnya kurang fanatik, kurang emosional dan hanya
digunakan untuk mencari keuntungan sesaat.
Indonesia memiliki kedua ciri ini. Situasinya sangat
tergantung bagaimana negara mengelola integrasi
masyarakatnya, sehingga diperlukan satu identitas
bersama yang bersifat nasional yang dapat
merangkum semua kepentingan. Dalam kaitan ini,
Pancasila merupakan strategi integrasi yang relevan,
karena memberikan kebebasan kepada semua etnik
untuk tetap hidup, sekaligus mengembangkan sistem
budaya dan kesetiakawanan sosialnya, serta saling
menghargai secara setara, yang dikukuhkan dalam
prinsip Bhineka Tunggal Ika.
81
Pancasila sebagai Visi Bangsa
82
struktur sosial masyarakat Indonesia, yaitu sikap yang
konservatif dan sikap yang lebih progresif.
83
perencanaan rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
84
perubahan dan memanfaatkan peluang yang timbul,
akan tetap eksis dan memiliki keberlanjutan
kehidupan kebangsaan yang mantap; (3) adanya
fungsi integratif dari unsur-unsur masyarakat yang
beragam secara terus-menerus dan berkesinambungan,
sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian
menyatukan masyarakat itu; dan (4) masyarakat perlu
memiliki goal attainment atau tujuan bersama yaitu
kesamaan cita-cita, pandangan, harapan, dan tujuan
tentang masa depannya.
85
dengan anggapan bahwa masyarakat merupakan
sebuah sistem yang stabil. Sistem yang memiliki
tatanan sosial yang relatif stabil dan terintegrasi, yang
terus menerus dianggap sebagai kondisi yang normal.
Perubahan dalam pandangan ini dianggap sebagai
kondisi yang menyimpang, sehingga mengabaikan arti
penting perubahan sosial sebagai sarana menjaga
keutuhan sistem sosial. Perubahan sosial juga
dianggap sebagai sesuatu yang bersifat abnormal dan
traumatis, suatu perubahan yang dipandang sebagai
kondisi yang penuh krisis dan terdapat campur tangan
pihak diluar komunitas yang tidak dikehendaki.
86
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat, dan (g) fenomena sosial di berbagai
tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individu
sampai dengan tingkat dunia (Prayitno, 2014:21). Di
samping itu, perubahan sosial merupakan perubahan
yang terjadi dalam struktur sosial dalam kurun waktu
tertentu yang mengandung beberapa jenis, yaitu (a)
perubahan peran individu dalam sejarah kehidupan
yang menyangkut keberadaan struktur yang bersifat
gradual; (b) perubahan dalam cara bagaimana struktur
sosial saling berhubungan; (c) perubahan dalam fungsi
struktur yang berkaitan dengan apa yang dilakukan
masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut
melakukannya; dan (d) perubahan dalam bentuk
interaksi antarindividu.
87
memusatkan perhatiannya pada interaksi antara
individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa
individu-individu tersebut berinteraksi dengan
menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi
tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog
interaksionisme simbolik kontemporer lainnya adalah
Herbert Blumer (1962) dan Erving Goffman (1959).
Interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada
hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari
tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi
individu dalam masyarakat antara lain termanifestasi
dalam hubungan institusi-institusi sosial, yang muncul
dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial.
Interaksi ini dimediasi oleh penggunaan
simbolsimbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan
makna dari tindakan orang lain. Semua interaksi
antarindividu manusia melibatkan suatu pertukaran
simbol. Ketika antarindividu saling berinteraksi,
biasanya secara konstan mereka mencari “petunjuk”
mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam
konteks itu dan mengenai bagaimana
88
menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh
orang lain.
89
Woolcock (1998) hubungan kerjasama membantu
orang memperbaiki kehidupan mereka Jaringan yang
dimiliki seseorang perlu dipandang sebagai bagian
dari hubungan dan norma yang lebih luas yang
memungkinkan orang mencapai tujuan-tujuannya, dan
mengikat bersama. Seperti yang disampaikan Giddens
(1984:169) dalam teori strukturasinya, bahwa struktur
selalu mendorong sekaligus mengekang, ditinjau dari
hubungan inheren antara struktur dan agensi,
termasuk hubungan agensi dengan kekuasaan. Oleh
karena itu, terdapat anggapan bahwa disatu pihak
pilihan seseorang itu terikat atau terkekang oleh
sumber daya, sehingga koneksi menentukan
keberhasilan seseorang. Meskipun demikian, dipihak
lain, seseorang akan menggunakan jaringannya untuk
dapat membebaskan diri dari hambatan-hambatan, dan
menggunakan modal sosialnya untuk mengakses
sumber daya yang sama. Keyakinan atas kualitas
jaringan dan hubungannya dengan nilai bersama
mendominasi pemikiran sosiologi --terutama sosiologi
klasik karena sosiologi merupakan disiplin ilmu yang
lahir sebagai upaya untuk menjelaskan asal-usul dan
90
sifat tatanan sosial. Sosiologi berupaya untuk
memberikan pemahaman, bagaimana manusia
menciptakan struktur sosial dan pola perilaku stabil di
dunia tempat urbanisasi, industrialisasi, dan solidaritas
ilmiah menggerogoti basis tatanan tradisonal, seperti
perilaku, iman, dan kepatuhan buta.
91
adalah dasar dari tatanan sosial, komunitas itu
tergantung pada kepercayaan timbal balik dan tidak
akan muncul secara spontan tanpanya (Fukuyama,
1995:25). Arti kepercayaan dapat dilihat dari
keterpercayaan anggota masyarakat yang dapat
dipandang sebagai “pelumas” yang memperlancar
berbagai transaksi sosial dan ekonomi menjadi murah,
tidak birokratis, dan tidak memakan banyak waktu.
Kepercayaan memainkan peranan penting dalam
memeroleh akses manfaat jaringan sosial. Oleh karena
itu, jaringan dengan kepercayaan tinggi akan
berfungsi lebih baik dan lebih mudah, jika
dibandingkan dengan jaringan dengan kepercayaan
rendah.
92
Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah
pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas
dasar makna yang dimiliki manusia, yang berasal dari
interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Makna
tidak bersifat tetap namun dapat diubah. Perubahan
terhadap makna dapat terjadi melalui proses
penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai
sesuatu sebaagai interpretative process. Interaksi
sosial yang sehat dan bermakna bagi setiap individu
yang terlibat, membutuhkan nilai dan norma yang
diakui bersama yang dijadikan dasar bagi hubungan
antarindividu, individu dengan kelompok, ataupun
antar kelompok. Dalam terminologi sosiologi modern,
makna hubungan sosial tergantung pada ketersediaan
modal sosial yang ada dalam masyarakat.
93
keputusannya sendiri. Asumsinya adalah bahwa orang
berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya (apakah
berupa kesenangan, kebahagiaan, konsumsi, atau
sekedar pendapat formal tentang tujuan bersama),
orang mengejar sekurang-kurangnya dua “utilitas”
yang tidak dapat direduksi dan mempunyai dua
sumber penilaian, yaitu kesenangan dan moralitas
(Etzioni,1986). Sementara, strukturalisme
berargumentasi bahwa moralitas merupakan suatu
sistem kaidah dan nilai yang diberikan oleh
masyarakat, tertanam dalam budayanya, sebagai
bagian dari internalisasi budaya. Berkumpulnya
individu-individu di dalam komunitas yang
kompetitif, yang sama sekali tidak mengakibatkan
konflik yang menyeluruh, dikatakan menciptakan
efisiensi dan kesejahteraan maksimum.
94
terutama pada tahun 1980-an, sebagian besar dalam
sosiologi Amerika, menuju konsensus luas kearah
sintesis atau pertalian, teori agen-struktur dan atau
tingkat analisis sosial (Ritzer, 1996:474). Meskipun
demikian, terdapat dua arus utama dalam upaya
penyatuan ini, yaitu yang memusatkan perhatian pada
pengintegrasian teori mikro dan makro, dan yang lain
lebih memusatkan pada hubungan antara tingkat
mikro dan makro dari analisis sosial.
95
konsep kemelekatan sebagai landasan tengah antara
pandangan tentang tindakan ekonomi sebagai yang
ditetapkan oleh norma-norma budaya dan analisis
pilihan rasional perilaku ekonomi. Granovetter
memfokuskan diri pada saling penetrasi dari keduanya
dalam struktur hubungan sosial.
96
struktur mikro seperti yang terlibat dalam interaksi
individual. Oleh karena itu, baik agen maupun
struktur dapat mengacu kepada fenomena tingkat
mikro atau makro, atau pada keduanya.
97
dalam melanjutkan pembangunan karakter bangsa
diperlukan untuk mewujudkan bangsa yang
berkarakter, maju, berdaya saing, dan mewujudkan
bangsa Indonesia yang bangga terhadap identitas
nasional yang dimiliki, seperti nilai budaya dan
bahasa.
98
sebuah ‘masyarakat multikultural Indonesia’, yang
bercorak ‘masyarakat majemuk’ (plural society).
‘Bhineka Tunggal Ika’ bukan lagi keanekaragaman
Corak masyarakat Indonesia yang sukubangsa dan
kebudayaannya, melainkan keanekaragaman
kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Dalam upaya ini, harus dipikirkan adanya ruang-ruang
fisik dan budaya bagi keanekaragaman kebudayaan
yang ada setempat pada tingkat lokal, atau pada
tingkat nasional serta berbagai corak dinamikanya.
Upaya ini dapat dimulai dengan pembuatan pedoman
etika dan pembakuannya sebagai acuan bertindak.
Sesuai dengan adab dan moral dalam berbagai
interaksi yang terserap dalam hak dan kewajiban
pelakunya dalam berbagai struktur kegiatan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
99
mampu mengangkat dan menunjukkan akan
keanekaragaman bangsa kita. Bangsa yang
multikultural dan beragam, akan tetapi bersatu dalam
kesatuan yang kokoh. Selain itu, secara implisit
“Bhineka Tunggal Ika” juga mampu memberikan
semacam dorongan moral dan spiritual kepada bangsa
Indonesia. Terutama pada masamasa pasca
kemerdekaan, agar senantiasa bersatu melawan
ketidakadilan para penjajah, meskipun berasal dari
suku, agama dan bahasa yang berbeda.
Penutup
100
kelakuan yang akan direproduksi selanjutnya. Visi
Pancasila dalam perubahan sosial sesungguhnya
merepresentasikan proses interaksi pola formedand-
reformed of action secara bolak-balik yang “tak
berkesudahan” antara dua entitas yang saling tidak
terpisahkan yaitu ”tindakan manusia” dan “nilai moral
Pancasila.” Relasi dinamik inilah yang mendorong
perubahan sosial yang sangat dipengaruhi oleh
kualitas manusia yang membentuk dan
memeliharanya dan begitu pula sebaliknya, perubahan
sosial akan mempengaruhi kualitas tindakan
manusianya dan sebaliknya. pada pengakuan akan
kebebasan dan persamaan sebagai hak individual yang
menjamin perdamaian dan kesejahteraan kolektif. (2)
Nilai dan moral Pancasila yang mendasari perilaku
pada tataran kolektif, yang terwujud sebagai hak atas
pekerjaan, keadilan, beragama, dan kesejahteraan
yang tetap menjamin kebebasan dan persamaan hak
individu.
BAB 5
101
Pengenalan Pancasila sebagai Sistem
Filsafat Dan Etika Pancasila dalam
Interaksi Sosial
102
kebenaran dan keadilan. Pancasila
menawarkan pandangan tentang eksistensi
manusia, hubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, manusia sebagai makhluk sosial,
serta hubungan manusia dengan lingkungan
alam dan alam semesta. Dalam konteks
ini, Pancasila berfungsi
103
sebagai pijakan yang memberikan kerangka berpikir dan
orientasi moral dalam kehidupan bermasyarakat.
1. Menyatukan Keragaman
106
membentuk identitas nasional yang inklusif,
menghormati keragaman, dan mempromosikan
semangat persaudaraan.
107
menguatkan semangat untuk melindungi dan
mempertahankan kemerdekaan tersebut.
108
Menerapkan Pancasila sebagai sistem filsafat dan etika
dalam interaksi sosial tidaklah tanpa tantangan.
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi adalah:
110
dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang
sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
111
konsensus tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila
dapat diimplementasikan secara konkret.
112
Pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia yang memiliki peran sentral dalam
membentuk identitas, karakter, dan kehidupan
berbangsa. Selain sebagai panduan politik dan
konstitusional, Pancasila juga memiliki dimensi sebagai
sistem filsafat dan etika yang mengatur interaksi sosial
dalam masyarakat. Dalam konteks ini, pengenalan
Pancasila sebagai sistem filsafat dan etika sangat
penting untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini akan
menjelaskan konsep Pancasila sebagai sistem filsafat
dan etika serta pentingnya menerapkannya dalam
interaksi sosial.
114
moral yang kuat untuk mengatur hubungan
antarindividu dan antara individu dengan masyarakat.
Kedua, membentuk kesadaran kolektif akan identitas
dan nasionalisme sebagai landasan persatuan dan
kesatuan bangsa. Ketiga, mengarahkan arah kebijakan
politik dan pembangunan yang berorientasi pada
kesejahteraan sosial dan keadilan bagi semua lapisan
masyarakat.
115
mengajarkan nilai-nilai gotong royong, saling
menghormati, dan menolong sesama. Dalam lingkup
negara, etika Pancasila mendorong partisipasi aktif
dalam proses demokrasi, menjunjung tinggi keadilan
sosial, dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
116
integritas,
117
kejujuran, tanggung jawab sosial, dan semangat
kebersamaan yang terkandung dalam Pancasila
menjadi landasan untuk membangun karakter yang
baik dan berkualitas.
118
Pengenalan Pancasila sebagai sistem filsafat dan
etika Pancasila dalam interaksi sosial memiliki peran
yang sangat penting dalam membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan
berkeadilan. Melalui pemahaman dan penerapan nilai-
nilai Pancasila dalam interaksi sosial, masyarakat dapat
memperkuat persatuan, membentuk karakter yang kuat,
mengembangkan etika dalam berinteraksi, dan
membangun masyarakat yang beradab dan bermartabat.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan
masyarakat untuk mengenal, memahami, dan
mengamalkan Pancasila sebagai sistem filsafat dan etika
dalam kehidupan sehari-hari.
119
1. Agama
2. Humanisme
3. Nasionalisme
120
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri
dari beragam suku, budaya, dan agama.
Nasionalisme mengajarkan cinta tanah air,
kebanggaan akan identitas nasional, dan semangat
kerja sama untuk memajukan bangsa.
4. Demokrasi
5. Keadilan Sosial
121
adil untuk setiap individu dalam mencapai
kesejahteraan.
122
menjaga keutuhan negara dan menghormati
keberagaman dalam masyarakat. Implikasi ini
memperkuat kesadaran kolektif akan identitas
nasional dan membangun semangat kebersamaan
dalam membangun bangsa.
124
yang bertanggung jawab, adil, dan berorientasi pada
kepentingan masyarakat.
125
1. Ketuhanan Yang Maha Esa:
3. Persatuan Indonesia:
126
mendorong semangat nasionalisme, kecintaan
terhadap tanah air, dan kerjasama untuk membangun
bangsa.
127
Etika dalam Hubungan Antarindividu dalam
Masyarakat:
1. Keadilan:
128
Etika hubungan antarindividu dalam masyarakat juga
melibatkan kemampuan untuk memahami dan
menghormati perbedaan antarindividu. Kemampuan
untuk berempati dan bersikap toleran terhadap
keberagaman dalam masyarakat membantu
menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.
5. Gotong Royong:
129
Melalui penerapan etika dalam hubungan antarindividu
dalam masyarakat, diharapkan tercipta interaksi yang
saling menghormati, adil, dan harmonis, sehingga
masyarakat dapat berkembang secara positif dan
berkelanjutan.
130
BAB 6
Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan
Kebangsaan dan Negara Bagian
131
Persatuan Indonesia: Prinsip ini mengajarkan
pentingnya membangun persatuan, baik secara politik,
sosial dan budayaa.
Demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratann/perwakilann: Prinsip inii
menekankan pentingnya partisipasi aktif rakyat dalam
prosess pengambilan keputusann politik dan
pemerintahan, baikk secara langsung maupunn melalui
perwakilann yang dipilihh.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyatt Indonesiaa: Prinsip
inii menekankan pentingnyaa pemerataan dan keadilan
sosial dalam segala aspek kehidupann, termasuk dalam
bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan
lingkungan.
Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia yang
mengikat seluruh warga negaraa dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dann bernegaraa. Pancasila jugaa
menjadi pedoman dalamm pembentukan hukum,
kebijakan publik, dan pengambilan keputusan di
Indonesia.
b. fungsi Pancasilaa
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesiaa yang
tercantumm dalamm Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Fungsii-fungsi Pancasila adalah sebagaii berikut:
1. Dasar Negaraa: Pancasilaa berfungsi sebagai dasar
negara Indonesiaa. Artinya, semua kebijakan, hukum,
dan tindakan pemerintah harus sesuai dengan nilai-nilaii
Pancasilaa. Hal ini menjamin adanya kesatuan dan
kestabilan dalam kehidupan berbangsa dann bernegaraa.
132
2. Ideologii Nasional: Pancasilaa merupakan ideologi
nasional Indonesia. Ideologi ini membawa nilai-nilai
kebhinekaan, persatuan, dan kesatuan dalam
keberagaman. Pancasila memperkuat semangat
nasionalisme, mempersatukan seluruh elemen
masyarakat Indonesia, dan menjaga integritas wilayah
negara.
3. Pemersatu Bangsa: Pancasila berfungsi sebagai
perekat sosial yang mempersatukan berbagai suku,
agama, dan budaya yang ada dii Indonesiaa. Nilai-nilai
Pancasila, seperti persatuan, musyawarah, keadilan
sosial, dan gotong royong, menjadi pijakan bersama
bagi masyarakat Indonesia dalam menjaga persatuan
dan kesatuan.
4. Pedoman Etika: Pancasila menjadi pedoman etika
bagi seluruh warga negara Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila, seperti kejujuran, toleransi, kesopanan, dan
tanggung jawab sosial, membentuk dasar moral dan
etika dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Landasan Hukum: Pancasila menjadi landasan hukum
dalam pembentukan undang-undang dan peraturan di
Indonesia. Hukum yang dibentuk harus sejalan dengan
nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan, kemanusiaan,
persamaan, dan kebebasan.
6. Pendidikan Nasional: Pancasila menjadi salah satu
komponen dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk
menginternalisasi nilai-nilai Pancasilaa kepada generasi
muda sebagaii upaya pembentukan karakter bangsaa
yang berkualitas.
133
7. Identitas Nasional: Pancasila berfungsi sebagai
identitas nasional Indonesia di mata dunia. Melalui
Pancasila, Indonesia dikenal sebagai negara yang
menganutt prinsipp persatuan, demokrasii, keadilan
sosial, dann keberagaman.
Dengann demikian, Pancasilaa memiliki peran yangg
sangat penting dalamm kehidupan berbangsaa dan
bernegaraa dii Indonesiaa, baik sebagai landasan
ideologi negara, dasar moral, panduan sosial, landasan
hukum, maupun perekat persatuan bangsa.
C. sejarah pancasilaa
Pancasila adalah dasarr falsafah negara Indonesia yangg
dicanangkan oleh Soekarno, Presiden pertama
Indonesia. Kataa "Pancasila" berasall dari bahasa
Sanskerta yangg berartii "lima prinsip" atauu "lima
dasar". Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesiaa.
Sejarah Pancasila dimulai pada masa perumusan dasar
negara Indonesia setelah kemerdekaan dari penjajahan
Belanda. Pada tahun 1945, Badann Penyelidik Usaha-
usahaa Persiapann Kemerdekaann Indonesiaa
(BPUPKIi) dibentuk untukk menyusunn dasarr negara
yang akan menjadi dasar bagi negaraa merdeka
Indonesia. BPUPKI bekerja secara intensif dalam
menyusun naskah dasar negara, yangg akhirnya dikenal
sebagai Piagam Jakartaa.
Piagam Jakartaa berisi dasar-dasar negara dan prinsip-
prinsip yang akan menjadi landasan bagi negara
Indonesia yang baru. Soekarno menyampaikan pidato
yang dikenal sebagai "Pidato Pancasila" di hadapan
134
sidang BPUPKI. Dalam pidatonya, Soekarno
memaparkan lima prinsipp dasar yang menjadi dasar
negaraa Indonesiaa. Kelima sila tersebut kemudian
dikenal dengan nama Pancasilaa.
Pancasila terdiri dari limaa prinsip dasar, yaituu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esaa : ini menegaskan
ketuhanann yang Mahaa Esaa .
2. Kemanusiaan yangg Adil dann Beradabb: Prinsip ini
menekankan pentingnya penghormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusiaa serta hak
asasi manusiaa. Setiapp individu diakui sebagai manusia
yang setara dan memiliki hak yangg sama.
3. Persatuan Indonesia : Prinsip ini menekankan
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsaa Indonesia.
Negara Indonesiaa harus menjaga keutuhan wilayah dan
menghormati keberagaman suku, agama, ras dan
golongan dalam menjaga persatuan.
4. Demokrasi yangg Dipimpin oleh Kebijaksanaann
dalam Permusyawaratann/Perwakilann:
5. Keadilann Sosial Bagii Seluruh Rakyatt Indonesiaa:
Prinsipp inii menekankan pentingnya berbagi kekayaan
dann keadilan sosialll bagi seluruh Rakyatt Indonesiaa.
Prinsip ini mengusung semangat untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan memastikan kesejahteraan bagi
seluruh warga negara. Pancasila kemudian dijadikan
dasar negaraa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
19455 (UUD 19455), konstitusi Indonesiaa. Pancasilaa
menjadi ideologi negara yang mele
B. Sistem Etika Pancasilaa
135
Sistem Etika Pancasila merujuk pada pandangan etika
yang berakar dari falsafah Pancasila, yang merupakan
dasar negara Indonesia. Pancasila adalah ideologi dasarr
yang mengatur nilai-nilai morall, politik, dann sosial
Indonesia. Etika Pancasila bertujuan untuk memandu
perilaku individu dan masyarakat dalam menghadapi
berbagai situasi kehidupan.
Prinsip-prinsip utama dalam Etika Pancasila meliputi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dann
menghormati keberadaan Tuhann serta menjalankan
ibadahh sesuai dengan agama dan keyakinann masing-
masingg. Prinsip ini mengajarkan pentingnya integritas
moral dan spiritual.
2. Kemanusiaann yang Adil dan Beradabb: Menghargai
martabatt manusiaa, memperlakukan semua orang
secara adil tanpa membedakann suku, agama, ras, dann
status sosial. Prinsip ini mengedepankan persamaan hak,
keadilan, dan perlindungan terhadap hak asasi
manusiaa.
3. Persatuan Indonesia: Mempertahankan persatuann
dan kesatuan bangsa Indonesia, menghormati
kebhinekaan, dan menghindari segala bentuk tindakan
yang dapat memecah belah masyarakat. Prinsip ini
menekankan pentingnyaa persatuan dalam menjaga
stabilitas dan harmoni sosial.
4. Kerakyatann yang Dipimpin olehh Hikmatt
Kebijaksanaan dalamm
Permusyawaratann/Perwakilann: Menghormati
demokrasi, mengutamakan kepentingann rakyat, serta
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.
136
Prinsip ini menekankan pentingnya partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusann.
5. Keadilann Sosial bagi Seluruhh Rakyat Indonesiaa:
Mewujudkan kesejahteraan sosial dan mengurangi
kesenjangan dalam masyarakat. Prinsip ini mengajarkan
pentingnya distribusi yang adil dan pemerataan
kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Etika Pancasila menekankan pentingnya nilai-nilai
moral, seperti kejujuran, integritas, keadilan, solidaritas,
dan rasa tanggung jawab sosial. Selain itu, Etika
Pancasila juga menghormati keberagaman budaya,
agama, dan adat istiadat dalam masyarakat Indonesia.
Dalam penerapannya, Etika Pancasila menjadi landasan
dalam berbagai bidang, termasuk pemerintahan, hukum,
pendidikan, bisnis, dan kehidupan sehari-hari. Tujuan
dari Etika Pancasila adalah menciptakan masyarakat
yang beretika, adil, dan harmonis, serta
mempromosikan kesejahteraan bersama.
a. Sistem
Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa
latin dan susema dalam bahasa yunani yang berarti
beberapa unsur yang bersatu dan berhubungan untuk
memperlancar arus informasi atau energi (M. Putri,
2005). Sedangkan Murdik berpendapat bahwa sistem
adalah suatu kegiatan yang dibentuk oleh unsur-unsur
dengan melalui prosedur tertentu sehingga dapat
menghasilkan informasi, tenaga, atau barang (Kadir,
2003).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu
kesatuan dari beberapa elemen atau komponen yang
137
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam sistem, setiap elemen memiliki fungsi dan peran
masing-masing. Namun masing-masing elemen tersebut
tidak akan berbenturan karena semua elemen dalam
sistem tersebut saling membutuhkan dan saling
melengkapi. Karakteristik sistem meliputi (1) memiliki
komponen tertentu; (2) memiliki batasan; (3) ditemukan
di lingkungan tertentu; (4) memiliki hubungan dengan
komponen lain; (5) memiliki masukan, proses dan
keluaran; (6) memiliki maksud dan tujuan; dan (7) ada
umpan balik (Rachman, 2018).
b. Sistem Etika Pancasila
Sistem etika Pancasila mengacu pada prinsip-prinsip
moral yang mendasari ideologi negara Indonesia, yaitu
Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila atau prinsip, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dan
mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa. Prinsip ini
menekankan pentingnya hubungan individu dengan
Tuhan dan menghormati kebebasan beragama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Menghargai
martabat setiap individu dan mempromosikan
kesetaraan, keadilan, dan martabat manusia dalam
segala aspek kehidupan.
3. Persatuan Indonesia: Mempertahankan persatuan,
kesatuan, dan kebhinekaan Indonesia. Prinsip ini
menekankan pentingnya persatuan di tengah perbedaan
suku, agama, ras, dan golongan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan: Menjunjung tinggi
138
demokrasi dan mengutamakan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam pengambilan keputusan
politik.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
Menjamin pemerataan, keadilan sosial, dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip ini
menekankan pentingnya mengurangi kesenjangan sosial
dan ekonomi.
Sistem etika Pancasila menekankan nilai-nilai moral
yang tercermin dalam lima sila tersebut. Prinsip-prinsip
ini digunakan sebagai pedoman moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Sistem ini mendorong individu untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, seperti menjunjung tinggi
keadilan, kesetaraan, persatuan, dan menghormati
kebebasan beragama.
139
Adil dan Beradab menegaskan pentingnya menghormati
martabat manusia, mempromosikan keadilan, dan
bertindak dengan sikap yang baik. Prinsip Persatuan
Indonesia memandang pentingnya kerukunan,
persaudaraan, dan toleransi antarwarga negara.
2. Norma-Norma Moral: Pancasila juga mencakup
norma-norma moral yang membentuk sistem etika.
Misalnya, norma-norma seperti kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, gotong royong, kesederhanaan, dan
menghormati hak asasi manusia tercakup dalam nilai-
nilai Pancasila. Norma-norma ini memberikan pedoman
tentang perilaku yang baik dan dianggap etis dalam
masyarakat Indonesia.
3. Keselarasan dengan Budaya Lokal: Pancasila juga
mencerminkan nilai-nilai budaya lokal yang ada di
Indonesia. Meskipun Pancasila tidak mengacu pada satu
agama atau kepercayaan tertentu, nilai-nilai yang ada di
dalamnya terkait erat dengan budaya Indonesia, seperti
gotong royong, kebersamaan, keadilan, dan sikap
menghormati sesama. Ini membantu menciptakan
sistem etika yang sesuai dengan konteks budaya dan
nilai-nilai masyarakat Indonesia.
4. Keberlanjutan dan Fleksibilitas: Pancasila sebagai
sistem etika memiliki kelebihan dalam hal keberlanjutan
dan fleksibilitas. Dalam arti, nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang terkandung dalam Pancasila dapat
diinterpretasikan dan diterapkan sesuai dengan
perkembangan zaman dan tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini memungkinkan Pancasila
140
untuk tetap relevan dan efektif dalam mengatasi isu-isu
etika yang muncul seiring berjalannya waktu.
Meskipun Pancasila dapat dianggap sebagai sistem etika
yang penting dalam konteks Indonesia, penting untuk
diingat bahwa pemahaman dan penerapannya dapat
berbeda-beda antar individu dan kelompok. Beberapa
isu etika dapat menimbulkan perdebatan dan interpretasi
yang beragam. Oleh karena itu, diskusi terus-menerus
dan pengembangan pemahaman yang lebih mendalam
tentang nilai-nilai Pancasila penting untuk menjaga
integritas sistem etika ini.
d. Urgensi Sistem Etika Pancasila
Sistem etika Pancasila memiliki urgensi yang sangat
penting dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah
ideologi yang memandu nilai-nilai moral dan etika yang
harus diadopsi oleh warga negara Indonesia.
Berikut adalah beberapa urgensi sistem etika Pancasila:
1. Keharmonisan dan keutuhan bangsa: Pancasila
sebagai dasar negara mengedepankan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan. Sistem etika Pancasila
mendorong masyarakat untuk hidup dalam harmoni,
menghargai perbedaan, dan bekerja sama demi
kepentingan bersama. Dengan menerapkan sistem etika
Pancasila, kita dapat meminimalisir konflik dan
memperkuat persatuan bangsa.
2. Menghargai keberagaman: Indonesia adalah negara
yang kaya akan keberagaman budaya, agama, dan suku.
Sistem etika Pancasila menganjurkan penghormatan
terhadap keberagaman ini. Etika Pancasila
141
mempromosikan sikap inklusif, menghargai perbedaan,
dan menolak diskriminasi. Hal ini penting untuk
menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan.
3. Mengembangkan kualitas moral: Sistem etika
Pancasila memberikan landasan untuk mengembangkan
kualitas moral masyarakat. Nilai-nilai seperti kejujuran,
integritas, tanggung jawab, dan keadilan tercermin
dalam Pancasila. Dengan menerapkan sistem etika
Pancasila, kita dapat membentuk masyarakat yang
memiliki moralitas yang kuat dan menghormati prinsip-
prinsip yang baik.
4. Membangun keadilan sosial: Salah satu aspek utama
dari Pancasila adalah keadilan sosial. Sistem etika
Pancasila mendorong distribusi yang adil dan merata
dari sumber daya dan kesempatan. Ini berarti setiap
warga negara memiliki hak yang sama untuk mengakses
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan keadilan di
sistem hukum. Dengan menerapkan sistem etika
Pancasila, kita dapat menciptakan masyarakat yang
lebih adil dan mengurangi kesenjangan sosial.
5. Membentuk kepemimpinan yang berkualitas: Sistem
etika Pancasila juga menekankan pentingnya
kepemimpinan yang berkualitas dan berintegritas. Etika
Pancasila mendorong para pemimpin untuk
mengutamakan kepentingan rakyat dan bertindak
dengan keadilan. Dengan menerapkan sistem etika
Pancasila, kita dapat membentuk pemimpin yang
bertanggung jawab, adil, dan mengedepankan
kepentingan bangsa.
142
Secara keseluruhan, urgensi sistem etika Pancasila
terletak pada perannya sebagai pedoman moral dan
etika yang mengarahkan masyarakat Indonesia menuju
kehidupan yang harmonis, adil, dan bermartabat.
Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, kita dapat membangun
masyarakat yang lebih baik dan menjaga keutuhan
bangsa Indonesia.
e. Alasan Membutuhkan Pancasila sebagai Sistem
Etika
Pancasila adalah dasar filsafat dan ideologi negara
Indonesia. Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga
memiliki peran yang penting sebagai sistem etika.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Pancasila
dibutuhkan sebagai sistem etika:
1. Nilai-nilai universal: Pancasila mengandung nilai-
nilai universal yang relevan untuk kehidupan sosial dan
etika. Nilai-nilai seperti keadilan sosial, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan gotong royong merupakan
nilai-nilai yang sangat penting dalam membentuk sistem
etika yang baik. Pancasila menyediakan kerangka kerja
untuk menghargai dan menerapkan nilai-nilai ini dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Mengakomodasi keberagaman: Indonesia adalah
negara yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan
suku. Pancasila sebagai sistem etika mengakomodasi
keberagaman ini dengan menempatkan kesetaraan dan
persatuan sebagai nilai inti. Hal ini membantu
mewujudkan masyarakat yang inklusif dan adil, di mana
143
setiap individu dan kelompok dihormati dan diakui
sebagai bagian integral dari negara.
3. Kerangka moral yang kuat: Pancasila memberikan
kerangka moral yang kuat untuk mengorientasikan
perilaku dan tindakan individu dalam masyarakat.
Dalam Pancasila, terdapat nilai-nilai moral seperti
kejujuran, integritas, tanggung jawab, dan toleransi.
Dengan mengadopsi dan menginternalisasi nilai-nilai
ini, masyarakat dapat hidup dengan integritas dan
bertanggung jawab, serta membangun hubungan yang
saling menghormati antara individu dan kelompok.
4. Menghindari relativisme moral yang berlebihan:
Pancasila memberikan landasan objektif bagi sistem
etika yang dapat diterima oleh semua warga negara.
Dalam era globalisasi dan pluralisme nilai, penting
untuk memiliki kerangka etika yang dapat dijadikan
acuan bersama untuk menghindari relativisme moral
yang berlebihan. Pancasila menyediakan prinsip-prinsip
dasar yang tetap relevan dan bermanfaat dalam
menghadapi perubahan zaman.
5. Kepatuhan terhadap hukum dan aturan: Pancasila
sebagai sistem etika juga mempromosikan kepatuhan
terhadap hukum dan aturan. Nilai-nilai Pancasila
mengajarkan pentingnya ketaatan terhadap norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan adanya
kesadaran dan penghargaan terhadap hukum, individu
dan masyarakat dapat hidup secara tertib, menghormati
hak-hak orang lain, dan mendorong keadilan sosial.
Pancasila sebagai sistem etika memberikan pedoman
moral yang kuat, mengakomodasi keberagaman, dan
144
mengarahkan perilaku yang baik dalam masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, Pancasila memiliki peran
penting dalam membangun persatuan, menghormati
keberagaman, dan mewujudkan keadilan sosial.
C. Menggalii Sumber Historiss, Sosiologiss, Politik
pada Pancasilaa sebagaii Sistem Etikaa
Pancasila, sebagaii dasar filsafat negara Indonesia,
merupakan sistem nilai etika yang menggabungkan
unsur-unsur historis, sosiologis, dan politik. Dalam
memahami sumber historis, sosiologis, dann politik
pada Pancasila sebagai sistem etikaa, kita perlu melihat
beberapa faktor yang membentuknya.
Sumber Historis:
1. Sejarah Indonesia: Pancasila memiliki akar historis
yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pembentukannya dipengaruhi oleh nilai-nilai dan
idealisme para tokoh pergerakan nasional seperti
Soekarno dan Hatta, serta gerakan-gerakan keagamaan
dan kebudayaan pada masa itu.
2. Pembentukan Pancasila: Pancasila resmi diadopsi
sebagai dasar negaraa Indonesia dalam sidang Badann
Penyelidik Usaha-Usahaa Persiapan Kemerdekaann
Indonesia (BPUPKIi) pada tahun 1945i. Sidang tersebut
merupakan hasil dari proses perundingan dan diskusi di
kalangan tokoh-tokoh nasional pada masa itu.
Sumber Sosiologis:
1. Keanekaragaman Budaya: Pancasila mencerminkan
keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Prinsip
145
Bhinnekaa Tunggal Ika, yangg berarti "berbeda-beda
tetapi tetap satu," menggarisbawahi pentingnya
menghormati perbedaan dan mempertahankan
kerukunan sosial dalam masyarakat yang beragam.
2. Persatuan dan Kesatuan: Pancasila mengedepankan
prinsip persatuan dan kesatuan sebagai fondasi dari
kehidupan sosial Indonesia. Nilai-nilai persaudaraan,
gotong royong, dan semangat kebersamaan menjadi
aspek penting dalam mewujudkan sistem etika
Pancasila.
Sumber Politik:
1. Konsensus Nasional: Pancasila diadopsi sebagai
konsensus nasional, yang berarti mencerminkan
kesepakatan politik antara berbagai kepentingan dan
pandangan di masyarakat Indonesia. Hal ini mencakup
prinsip-prinsip demokrasi, keadilan sosial, dan
supremasi hukum.
2. Konstitusi dan Hukum: Pancasila sebagai sistem etika
juga tercermin dalam konstitusi dan hukum negara
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar
pembentukan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik yang mencerminkan nilai-nilai
keadilan, persamaan, dan kebebasan.
Dalam keseluruhan, Pancasila sebagai sistem etika
mengintegrasikan sumber historis, sosiologis, dan
politik untuk mencapai tujuan pembangunan sosial,
ekonomi, dan politik yang adil dan berkelanjutan di
Indonesia. Dalam praktiknya, Pancasila
diimplementasikan melalui institusi-institusi negara,
146
kebijakan publik, pendidikan, dan kesadaran masyarakat
untuk mewujudkann nilai-nilai yang terkandungg dalam
sistem etikaa ini.
D. Membangunn Argumen tentang Dinamikaa dan
Tantangann Pancasila sebagai Sistemm Etis
Pancasila adalahh dasar negara Republikk Indonesia
yangg mencakup lima prinsip yaituu Ketuhanan Yang
Maha Esaa, Kemanusiaan yangg Adil dan Beradabb,
Persatuan Indonesia, Kerakyatann yang Dipimpinn oleh
Hikmatt Kebijaksanaann dalam
Permusyawaratann/Perwakilan, serta Keadilann Sosial
bagi Seluruhh Rakyat Indonesiaa. Sebagai sistem etis,
Pancasila memiliki dinamika dan tantangan yang perlu
diperhatikan dan dihadapi.
Salah satu dinamika Pancasila sebagai sistem etis adalah
perubahan sosial dan nilai-nilai yang terjadi seiring
waktu. Sebagai konsep yang lahir pada tahun 1945,
Pancasila dihadapkan pada tantangan dalam
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan
perubahan nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai etis yang
dianut oleh Pancasila perlu diinterpretasikan dan
diaplikasikan secara kontekstual agar tetap relevan
dengan kondisi sosial, budaya, dan politik yang ada saat
ini. Hal ini dapat menjadi tantangan karena persepsi dan
pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut dapat berbeda
di antara individu dan kelompok.
Selain itu, tantangan lainnya adalah dalam
menerjemahkan prinsip-prinsip Pancasila ke dalam
kebijakan dan tindakan konkret yang menghargai dan
mewujudkan nilai-nilai etis yang terkandung di
147
dalamnya. Implementasi Pancasila sebagai sistem etis
memerlukan komitmen yang kuat dari semua pihak,
termasuk pemerintah, lembaga negara, dan masyarakat
secara keseluruhan. Namun, dalam praktiknya, terdapat
risiko adanya perbedaan antara retorika dan realitas
dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
Korupsi, ketidakadilan sosial, intoleransi, dan
pelanggaran hak asasi manusia adalah beberapa contoh
tantangan yang perlu diatasi agar Pancasila dapat
berfungsi secara efektif sebagai sistem etis.
Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etis
juga terkait dengan pluralitas dan keragaman dalam
masyarakat Indonesia. Negara Indonesia adalah negara
yang majemuk, terdiri dari beragam suku, agama, dan
budaya. Membangun kesepahaman dan harmoni antara
kelompok-kelompok yang berbeda adalah tugas yang
kompleks dan menantang. Pancasila harus mampu
mengakomodasi dan menghormati perbedaan-perbedaan
ini sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip etis
yang menjadi landasan negara. Mencapai keseimbangan
ini memerlukan dialog, toleransi, dan kompromi yang
sering kali sulit dicapai dalam praktiknya.
Dalam era globalisasi dan modernisasi, Pancasila juga
dihadapkan pada tantangan dari arus-arus pemikiran dan
nilai-nilai yang berasal dari luar. Pengaruh budaya asing
dan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila dapat mempengaruhi pemahaman dan
penghargaan terhadap sistem etis ini.
E. Argumen tentang dinamika Pancasila sebagai
sistem etika
148
Berikut adalah beberapa argumen yang dapat diangkat
dalam konteks ini:
1. Relevansi Kontekstual: Pancasila sebagai sistem etika
dinamis harus tetap relevan dengan perkembangan
sosial, budaya, dan politik. Argumen ini berpendapat
bahwa Pancasila harus mampu beradaptasi dengan
dinamika masyarakat untuk tetap efektif sebagai
pedoman moral. Misalnya, dalam menghadapi isu-isu
baru seperti teknologi, lingkungan, atau hak asasi
manusia, Pancasila harus menggali dan menerapkan
nilai-nilai yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Fleksibilitas Nilai: Pancasila sebagai sistem etika
harus mampu mengakomodasi perbedaan dan
keanekaragaman nilai-nilai dalam masyarakat. Argumen
ini berpendapat bahwa Pancasila harus memungkinkan
dialog dan penyelesaian konflik antara nilai-nilai yang
berbeda, dengan tetap mempertahankan esensi prinsip-
prinsipnya. Misalnya, dalam masyarakat yang
pluralistik, Pancasila harus mampu menghormati dan
melindungi kebebasan beragama atau keyakinan.
3. Kesepadanan dan Keberlanjutan: Pancasila sebagai
sistem etika harus konsisten dan koheren dalam
penerapannya. Argumen ini berpendapat bahwa
Pancasila harus digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan kebijakan dan praktik-praktik sosial yang
berhubungan dengan etika. Misalnya, prinsip-prinsip
Pancasila harus tercermin dalam undang-undang,
kebijakan pendidikan, atau praktik-praktik bisnis.
149
4. Kesetaraan dan Keadilan: Pancasila sebagai sistem
etika harus mempromosikan kesetaraan dan keadilan
bagi seluruh warga negara. Argumen ini berpendapat
bahwa Pancasila harus menjamin perlindungan hak-hak
individu dan kelompok, serta mengatasi ketidakadilan
sosial. Misalnya, prinsip keadilan sosial dalam Pancasila
harus tercermin dalam upaya mengurangi kesenjangan
ekonomi, mengatasi diskriminasi, dan memperjuangkan
keadilan bagi semua lapisan masyarakat.
5. Tanggung Jawab Individu dan Masyarakat: Pancasila
sebagai sistem etika harus mendorong individu dan
masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap tindakan
dan keputusan mereka. Argumen ini berpendapat bahwa
Pancasila harus mempromosikan integritas,
kepemimpinan yang baik, dan partisipasi aktif dalam
membangun masyarakat yang lebih baik. Misalnya,
prinsip kepemimpinan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Pancasila harus mendorong
pembentukan pemimpin yang jujur
F. Konsep-konsep dalam Pancasila sebagai Sistem
Etika
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia
mengandung beberapa konsep yang merupakan sistem
etika dalam hubungan antarindividu, antarindividu
dengan masyarakat, dan antara masyarakat dengan
negara. Berikut adalah beberapa konsep dalam
Pancasila sebagai sistem etika:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa:
Konsep ini menyatakan bahwa manusia harus
memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
150
Maha Esa. Hal ini mendorong setiap individu untuk
menjalankan kehidupan dengan penuh rasa takut akan
Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam
segala tindakan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab:
Konsep ini menekankan pentingnya menghargai dan
menghormati martabat serta hak asasi setiap individu.
Manusia harus diperlakukan secara adil, tanpa
diskriminasi berdasarkan ras, agama, suku, jenis
kelamin, atau faktor lainnya. Konsep ini juga
mengajarkan pentingnya berperilaku sopan, santun, dan
beradab dalam interaksi sosial.
3. Persatuan Indonesia:
Konsep ini menegaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia harus membangun persatuan dan kesatuan
dalam keragaman. Toleransi, gotong royong, dan
semangat saling membantu dianggap penting dalam
menciptakan masyarakat yang harmonis. Konsep ini
mendorong individu untuk memahami perbedaan dan
menghargai diversitas dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan:
Konsep ini menekankan pentingnya partisipasi aktif
warga negara dalam pengambilan keputusan politik dan
pemerintahan. Masyarakat harus dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan melalui musyawarah
untuk mencapai mufakat. Konsep ini juga
menggarisbawahi perlunya kepemimpinan yang
bijaksana, adil dan bertanggung jawab dalam memimpin
rakyat.
151
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
Konsep ini menekankan perlunya distribusi sumber
daya dan kesempatan yang adil kepada semua warga
negara. Masyarakat harus menciptakan kesetaraan
dalam hak dan kewajiban, serta mengurangi
kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok
masyarakat. Konsep ini mendorong pemerintah dan
masyarakat untuk memperhatikan kebutuhan dan
kesejahteraan bersama.
Konsep-konsep dalam Pancasila sebagai sistem etika
tersebut bertujuan untuk membangun moralitas yang
kuat dalam masyarakat Indonesia, serta menciptakan
landasan yang kokoh bagi pembangunan sosial, politik,
dan ekonomi yang berkelanjutan.
152