Anda di halaman 1dari 23

Nama : Rizky Zaelani

Nim : 220203501028

Matkul : Belajar dan Pembelajaran

Tugas : Mereviw Tugas Per-Kelompok

Prodi : Pendidikan Teknik Otomotif S1

Mereviw

KELOMPOK I

PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJAN

A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu
untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi
yang telah dipelajari. Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas
psikis yang dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara
sebelum dan sesudah belajar. Arti belajar adalah suatu proses perubahan
kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan
kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir,
pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan yang
terjadi secara sadar, dimana tingkah laku seseorang menjadi lebih baik, dan sifatnya
menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Setidaknya ada delapan jenis
belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun beberapa jenis belajar adalah sebagai
berikut:
Menurut Sadirman (2011: 26-28), secara umum ada tiga tujuan belajar, yaitu:
Untuk Memperoleh Pengetahuan
Hasil dari kegiatan belajar dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan
berpikir seseorang. Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga
akan membuat kemampuan berpikir seseorang menjadi lebih baik.
Menanamkan Konsep dan Keterampilan
Keterampilan yang dimiliki setiap individu adalah melalui proses belajar.
Penanaman konsep membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani
maupun rohani.Dalam hal ini, keterampilan jasmani adalah kemampuan
individu dalam penampilan dan gerakan yang dapat diamati. Keterampilan ini
berhubungan dengan hal teknis atau pengulangan.
Membentuk Sikap
Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini,
pembentukan sikap mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan
penanaman nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya.
Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik,
seorang guru harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati.
1. Belajar rasional, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan berpikir
sesuai dengan akal sehat (logis dan rasional) untuk memecahkan masalah.
2. Belajar abstrak, yaitu proses belajar menggunakan berbagai cara berpikir
abstrak untuk memecahkan masalah yang tidak nyata.
3. Belajar keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan gerak
motorik dengan otot dan urat syaraf untuk menguasai keterampilan
jasmaniah tertentu.
4. Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai masalah dan cara
penyelesaian masalah tersebut. Misalnya masalah keluarga, persahabatan,
organisasi, dan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat.
5. Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan kebiasaan ke
arah yang lebih baik agar individu memiliki sikap dan kebiasaan yang lebih
positif sesuai dengan kebutuhan (kontekstual).
6. Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar berpikir sistematis, teratur, dan
teliti atau menggunakan berbagai metode ilmiah dalam menyelesaikan suatu
masalah.
B. Pengetian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Penting untuk dicatat bahwa pembelajaran bukan hanya tentang menghafal
fakta atau informasi, tetapi juga tentang pengembangan pemahaman yang
mendalam, keterampilan praktis, dan kemampuan untuk berpikir secara kritis
dan kreatif. Pembelajaran yang efektif menciptakan perubahan berkelanjutan
dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku peserta didik, membantu mereka untuk
menghadapi tantangan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
MEREVIW

KELOMPOK III

PENGERTIAN TEORI BELAJAR SOSIAL

A. Pengertian Belajar Sosial


1. Belajar
Hamalik berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkahlaku berkat pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses
dan bukansemata-mata hasil yang hendak dicapai. Menurut kamus umum
bahasa Indonesia ditulis bahwa “belajar.
2. Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan
ditetapkandalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan
pemerintahannya. Menurut Peter Herman Sosial adalah sesuatu yang
dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu
kesatuan. Jadi sosial arti sempitnya berarti kemasyarakatan, dimana sosial
adalah keadaandimana terdapat kehadiran orang lain.
3. Belajar Sosial
Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu
proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola
perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.

B. Teori Belajar Sosial


Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social
LearningTeory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang
menekankan pada komponenkognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.
Ia seorang psikologi yang terkenal denganteori belajar social atau kognitif
social serta efikasi diri. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Banduramenyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif serta factor pelaku memainkan peran pentingdalam pembelajaran.
Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk
meraihkeberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap
perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori
kognitif social. Meourut Bandura ketikasiswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman merekasecara kognitif.
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian
terhadapmodel yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model
tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang
berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain
anakmemperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak
melakukan prosesretensi atau mengingat dengan menyimpan memori
mengenai model yang dia lihatdalam bentuk simbol-simbol.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus
sudah bisamemperlihatkan kemampuan – kemampuan motorik. Kemampuan
motorik ini jugameliputi kekuatan fisik.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia
akanmengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam
tingkah laku yangnyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada.
Apabila motivasi kuat untukmemperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah
atau keuntungan, maka ia akanmelakukan hal itu, begitu juga sebaliknya.

C. Eksperimen Albert Bandura


Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan
bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan
menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek
perhatian pelajar terhadap apa yangdisampaikan atau dilakukan oleh guru dan
aspek peniruan oleh pelajar akan dapatmemberikan kesan yang optimum
kepada pemahaman pelajar.

D. Jenis-jenis Permodelan
Jenis–jenis permodelan:

a. Peniruan Langsung Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan


teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini
adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimanaseseorang memodelkan
atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimanasuatu
ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh
model melalui proses perhatian.
Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
b. Peniruan Tak Langsung Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi
atau perhatian secara tidaklangsung.
Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan
seorang gurumengajarkan rekannya.
c. Peniruan Gabungan Peniruan jenis ini adalah dengan cara
menggabungkan tingkah laku yang berlainanyaitu peniruan langsung dan
tidak langsung.

E. Karakteristik Model yang Efektif


Menurut Jeanne Ellis ormrod (2008) ada 4 karakteristik dari beberapa model yaitu:
1. Kompetensi:
Pembelajar biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatudengan
baik, bukan sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru keterampilan bermain
boladari seorang pemain bola professional yang sudah punya skill.
2. Prestise dan kekuasaan:
Anak-anak remaja sering meniru orang yang terkenal atauorang yang
berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin dunia, atlet terkenal,
bintangrock popular adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional
maupun internasional.
3. Perilaku “Sesuai-Jender”:
Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yangmereka anggap
sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda, tentu saja,
biasmendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda
4. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri:
Pembelajar paling mungkinmengadopsi perilaku yang mereka yakini
akan membantu mereka dalam situasi mereka.

F. Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan


Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh Albert
Bandura, pemerhatiakan meniru setiap tingkah laku 'model' sekiranya tingkah
laku model tersebut mempunyai ciri-ciri seperti bakat, kecerdasan, kuasa,
kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh pemerhati. Sudah tentu,
sebagai seorang guru, kita sewajarnya turut mempunyai sedikit/sebanyak
mengenai ciri-ciri yang disebutkan di atas. Ia secara tidak langsung amat berkait
rapat terhadap proses pengajaran dan pembelajaran. Antara implikasi yang
berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial terhadap pengajaran dan
pembelajaran yang pertama ialah sebagai seorang guru, amat penting bagikita
memberi setiap orang murid peluang untuk memerhati dan mencontohi berbagai
jenis model yang menunjukkan tingkah laku yang diingini.
MEREVIE
KELOMPOK IV

PENGERTIAN DAN CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motif
merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau
suatu tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak atau
melakukan sesuatu. Motivasi merupakan tenaga pendorong yang mendorong
manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi


ekstrinsik (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan itu pula, Suryabrata (1994:72) juga
membagi motivasi menjadi 2 yaitu:

a) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya


rangsangan dari luar; dan
b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat
rangsangan dari luar.
B. Fungsi Motivasi
➢ Sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu dari setiap aktifitas yang
dilakukan.
➢ Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
➢ Menyeleksi perbuatan.
➢ Pendorong usaha untuk mencapai prestasi.
➢ Motivasi adalah sesuatu yang paling mendasar yang harus ada dalam proses
belajar karena hasil belajar akan optimal bila ada motivasi.
➢ Motivasi selalu bertalian dengan suatu tujuan.
C. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Motivasi positif, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang berprestasi,
diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi dan
b. Motivasi negatif yaitu dengan memberi hukuman bagi yang bersalah,
tentunya, agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Pemberian hukuman,
memang efektif untuk mencegah/mengurangi kesalahan.
D. Teori Dorongan (Drive Teori)
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang
motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang
mendorong dalam diri seseorang. Secara umum, teori-teori drive
mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal
muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan
mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong.
E. Teori Insentif
Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau
penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan
penggerak, para psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus
eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008).
Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil
tindakan karena ada insentif yang akan di dapatkan. Misalnya, seseorang
mau bekerja dari pagi sampai sore karena tahu bahwa ia akan mendapatkan
intensif berupa gaji, jika seseorang tahu akan mendapatkan penghargaan,
maka ia pun akan bekerja lebih giat lagi dalam bekerja (Mustopa, 2011),
atau contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak
misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua,
maka anak akan belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru
tersebut.
F. Teori Disonan Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang
membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang
diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan
memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi
ketidaknyamanan tersebut. Wibowo (dalam Sarwono, S.W., 2009)
mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkah
laku.

G. Teori Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And
Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori
Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari
yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa
tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya
terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil
dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.
Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan
berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana,
teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

H. Strategi Memotivasi Siswa


Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno (2010) bahwa
motivasi dapat dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
timbul dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang
lain. Kedua motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar peserta didik.

ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta


didik, yaitu:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik


Permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa.
Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga
motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

b. Memberikan hadiah (reward)


Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di
samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk
bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
MEREVIW

KELOMPOK V

TEORI BELAJAR KOGNITIF

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada
aktivitas individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisiknya. Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan suatu proses
sosial. Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.
Teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang
bersifat relatif dan berbekas. Misalnya, seseorang mengamati sesuatu ketika
dalam perjalanan. Dalam pengamatan tersebut terjadi aktifitas mental.
Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut kepada temannya. Ketika dia
menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat
menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu,
dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau
kalimat.
B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
a. Menurut Jean Piaget Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). Individu
memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan 7 mendengar) dan
dengan tindakan-tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini
individu dalam memahami sesuatu yang berada di luar dirinya melalui
gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau dirasakan oleh alat
inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu mengembangkan
kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan bendabenda lain.
b. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Individu mulai melukiskan dunia
melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi belum mampu untuk melakukan
operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan atau
melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan sebelumnya
secara fisik.
c. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Individu mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret. Individu
sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
d. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Sementara Salvin
menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi pada usia 11 sampai
dewasa awal.
C. Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri yang menjadi titik
pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah individu mampu mengalami
kemajuan tingkat perkembangan kognitif atau pengetahuan ke tingkat yang
lebih tinggi. Maksudnya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu
dapat dibentuk dan dikembangkan oleh individu sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Individualisasi
dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada
perkembangan kognitifnya. Atau dengan kata lain, dalam proses pembelajaran
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan individu. Belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
MEREVIW
KELOMPOK VI
PENGERTIAN PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pendekatan
Pembelajaran Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang
salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan
sebagai a way of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu,
pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih
luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-
mengajar. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
C. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
➢ Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001).
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya,
dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk menggapinya.
➢ Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri
siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Dalam pendekatan
konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran.
➢ Pendekatan Deduktif – Induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan
meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya
mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka
pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit
memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Dalam pendekatan deduktif
menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas atau
menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini
guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian
menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
b. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula
dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Sedangkan menurut Yamin
(2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan
pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu
konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras
mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari
pelajaran tersebut.
➢ Pendekatan Konsep dan Proses
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh
dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu
pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.
Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan
benarbenar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya
pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor
peserta didik.
D. Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa
yang didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengertian lain Model Pembelajaran
adalah suatu contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran
terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun
secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis,
sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung.
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pengertian pembelajaran berdasarkan masalah pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya.
MEREVIW
KELOMPOK VII
MENDEKSPRESIKAN PENGERTIAN TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME

A. Pengertian teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak
daripada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang
mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap
berlaku apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya
dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori
pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana ide
utama pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili
melalui struktur mental dikenal sebagai skema yang akan menentukan
bagaimana data dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia.
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Menurut paham
konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dari guru kepada
murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu
pengetahuan mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah
hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid.
Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme
1. Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya
berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan
berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan
mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep
realitas dunia.
2. Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan
pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi
oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata
nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep
penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD)
dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara
perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial
dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan
orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta
didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung
jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
3. John Dewey
John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada
pengalaman dan minat siswa. Ia juga menyarankan penggunaan
media teknologi sebagai sarana belajar. Belajar harus bersifat aktif,
berpusat pada siswa.
4. Bruner
Bruner menanggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencairan pengetahuan secara aktif oleh manusia dan
dengansendirinya memberikan hasil yang lebih baik. Berusaha
sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan yang benar-
benar bermakna.
B. Ciri-ciri Teori Belajar Kontruktivisme
Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model
konstruktivisme, yaitu:
a. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat
siswa
b. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal
siswa
c. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
d. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
e. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran
sehari-hari
f. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus
belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan
baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan
lama yang mereka miliki.
C. Prinsip Teori Belajar Kontruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancer
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
D. Proses Terori Belajar Kontruktivisme
Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang
terlepas-lepas.
• Peran siswa (si-belajar)
Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep
dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru harusnya dapat
memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.

• Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru
dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengeklaim bahwa satusatunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai
dengan kemauannya.

• Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam
mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya.

• Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas
lain yang didasarkan pada pengelaman.
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kontruktivisme
1. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivistik
Teori Konstruktivistik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
• Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat
keputusan;
• Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalam semua situasi;
2. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
• Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;
• Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri,
hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan
penanganan yang berbeda-beda;
F. Hakikat Teori Belajar Kontruktivisme
Dalam belajar sesuatu peserta didik telah mempunyai prakonsep
berdasarkan pengalaman yang telah di perolehnya. Untuk itu, guru perlu
mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila
prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi atau
konsep yang salah. Apabila peserta didik mempunyai miskonsepsi yang tidak
dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didik untuk belajar
sesuatu secara benar.
Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan
model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:
1. Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah
dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat
menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan
kompetensi dasar.
3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi
telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-
jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan.
4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah
pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang
sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik
perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau
membangun pengetahuannya.

Anda mungkin juga menyukai