Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu gaya dan belajar. Belajar

merupakan hal yang tidak asing lagi kita, namun tatkala akan mendefinisikan

pengertian belajar, maka banyak mengalami perbedaan satu dengan lainnya, hal

ini disebabkan oleh sudut pandang dan penekanan dari masing-masing ahli yang

berbeda pula. Oleh karena itu akan kita kaji berbagai definisi belajar dari

beberapa ahli untuk dapat kita tarik garis persamaannya.

Definisi belajar mempunyai makna yang berbeda-beda menurut para ahli.

Misalnya menurut Bell-Gredler, ia menjelaskan bahwa belajar adalah berusaha

untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu ketrampilan. Berbeda Lester

D.Crow dan Alice Crow, ia mendefinisikan belajar adalah sebuah proses

memperoleh berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap.'

Belajar adalah sebuah proses perolehan kebiasaan, pengetahuan dan

sikap, termasuk cara baru untuk melakukan sesuatu dan upaya-upaya seseorang

dalam mengatasi kendala atau menyesesuaikan situasi yang baru. Belajar

mengambarkan perubahan progresif prilaku seseorang ketika bereaksi terhadap

tuntutan yang dihadapi pada dirinya. Gagne dan Briggs, belajar adalah

Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Palembang : IAIN Raden Fatah Press

Palembang, 2003), hal. 23

19

20

serangkaian proses kognitif yang mentranformasi stimulus dari lingkungan

kedalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk


memperoleh kapabilitas yang baru.

Cronback mengatakan bahwa belajar adalah ditujukan adanya perubahan

perilaku sebagai hasil pengalaman. Sementara itu Hilyard dan Bower mengartikan

belajar adalah suatu proses dimana sebuah aktifitas dibentuk atau diubah melalui

reaksi terhadap situasi yang dihadapi yang mana karateristik perubahan tersebut

bukan disebabkan oleh kecendrungan respon alami, kematangan atau perubahan

sementara karena sesuatu hal.?

Spears mendefinisikan belajar adalah mengamati, membaca, mengimitasi,

mencoba sesuatu sendiri, mendengar dan mengikuti petunjuk. Sedangkan Sumardi

Suryabrata menjelaskan belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri yaitu (1)

Proses tersebut membawa perubahan baik actual maupun potensial, (2) Perubahan itu

pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, (3) Perubahan itu terjadi

karena usaha dengan sengaja.

Menurut Eggen dan Kanchak belajar adalah perubahan stuktur mental

indivindu yang memberikan kepastian untuk menunjukkan perubahan perilaku.

Fosnot, dkk belajar adalah suatu proses pengaturan dalam diri seseorang yang

berjuang dengan konflik antara model pribadi yang telah aa dan hasil pemahaman

2 Ibid, hal. 30

21

yang baru tentang dunia ini sebagai hasil kontruksinya, manusia adalah makhluk

yang membuat makna melalui aktifitas social, dialog dan debat.

Khodijah, dalam bukunya psikologi belajar, berpendapat belajar adalah suatu

proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk potens

ketrampilan dan sikap yang baru dengan melibatkan proses mental internal yang

terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social yang ditunjukkan oleh
terjadinya perubahan (kognisi,afeksi,psikomotorik) yang dihasilkan dari kegiatan

belajar dan bersifat relative permanent.

Dari beberapa definisi belajar tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa belajar adalah merupakan sebuah proses secara sadar yang terjadi secara terus

menerus sehingga terjadi perubahan yang bersufat permanent pada diri sescorang

baik pada segi kognitif, afekuif maupun psikomotorik.

Ahmadi dan Supriyono menyatakan bahwa perubahan itu baru dapat

dikatakap merupakan hasil belajar bila mana memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Terjadinya secara sadar

Maksudnya adalah bahwa seseorang yang mengalami perubahan itu menyadari

akan perubahah yang terjadi pada dirinya.

2. Bersifat funsional

Maksudnya bersifat fungsional adalah bahwa perubahan tersebut memberikan

manfaat yang luas.

3. Bersifat aktif dan positif

Perubahan yang merupakan hasil dari proses belajar tidak terjadi dengan

sendirinya tetapi melalui suatu usaha dan aktifitas dari individu untuk mencapai

perubahan tersebut.

4. Bukan bersifat sementara

Perubahan yang dihasilkan dari proses belajar bukan bersifat sementara

melainkan permanent atau tahan lama.

5. Bertujuan dan terarah

22

Perubahan yang dimaksudkan adalah merupakan unsure kesengajaan daH

individu yang bersangkutan untuk merubah prilaku


6. Mencakup seluruh aspek perilaku

Perubahan yang dihasilkan dari proses belajar biasanya mencakup seluruh aspek

perilaku baik kognitif, afektif maupun psikomotorik

Menurut Muhibin Syah bahwa perubahan itu berbagai bentuk strak antara

lain :

1. Belajar Abstrak

Belajar Abstrak adalah belajar mengunakan cara-cara berpikir abstrak

dengan tujuan memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata.

Dalam hal ini memerlukan peranan akal yang kuat. Misalnya pada pelajaran

Matematika, kimia, Astronomi dll.

2. Belajar Ketrampilan

Belajar ketrampilan adalah belajar dengan mengunakan gerakan-gerakan

motorik yang berhubungan dengan urat syaraf dengan tujuan memperoleh dan

menguasai ketrampilan jasmaniah tertentu. Yang ternasuk dalam belajar

ketrampilan ini adalah Olah Raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-

benda elektrinik dan lain-lain.

3. Belajar sosial

Belajar memahami masalah-masalah social dan teknik-teknik pemecahan

masalah dengan tujuan untukl menguasai pemahaman dan kecakapan dalam

memecahkan masalah-masalah sosial seperti keluarga, masyarakat. Yang

23

termasuk kelompok belajar social ini adalah agama dan Pendidikan

Kewarganegaraan.

4. Belajar pemecahan masalah

Yaitu belajr dengan mengunakan metode ilmiah atau berpikir secara


sistematis, logis, teratur, dan teliti dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan

dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan

tuntas.

5. Belajar kebiasaan

Adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan

kebiasaan yang telah ada dengan mengunakan perintah, keteladanan dan

pengalaman khusus, dan kadang perlu juga hukuman yang bersifat edukatif.

6. Belajar Rasional

Belajar Rasional menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan

sistematis dengan tujuan memperoleh berbagai kecakapan dengan menggunakan

prinsip-prinsip dan konsep dengan mengunakan materi eksakta dan non eksakta.

7. Belajar apresiasi

Yaitu belajar memperimbangkan dan menilai arti penting sebuah obyek

yang tujuannya adalah siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah

afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat nilai suatu objek

tertentu. Belajar apresiasi ini menggunakan mata pelajaran bahasa, sastra,

kerajinan tangan, kesenian, mengambar, seni baca Al-qur'an dll.

24

8. Belajar Pengetahuan

Yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap

obyek pengetahuan tertentu dengan tujuan agar siswa memperoleh dan menambah

informasi serta pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih

rumit dan menmerlukan kiat khusus.

Sebagai suatu proses perubahan maka tentu tidak akan begitu cepat atau

mudah dalam mendapatkan sesuatu perubahan tetapi melalui berbagai tahapan


tertentu yang berlangsung secara berurutan yang satu dengan yang lainnya tidak

dapat dipisahkan. Khodijah, mengutip dari pemikiran Albert Bondan menyatakan

bahwa proses belajar tersebut melalui empat tahapan, yaitu :

a. Tahap Perhatian (attentional phase)

b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)

c. Tahap reproduksi (reproduction phase)

d. Tahap motivasi (motivation phase)

Pada tahap pertama siswa memusatkan perhatian kepada stimulus atau

rangsangan yang menarik siswa, selanjutnya rangsangan tersebut disimpan dalam

ingatan, hal ini dilakukan pada tahap kedua. Pada tahap ketiga stimulus yang

diterima diusahakan untuk dimunculkan kembali, yang dikenal dengan dengan

tahap reproduksi. Namun kondisi tertentu siswą mengalami kesulitan dalam

mengungkapkannya oleh karena itu memerlukan motivasi dan ini dilakukan pada

tahap keempat.

25

Sedangkan gaya adalah sikap. gerakan, ragam(cara rupa, bentuk) cara

melakukan gerakan di olah raga, dan tingkah laku. Dalam uraian ini pengertian

gaya lebih memfokuskan pada cara belajar. Gaya belajar ialah cara menerima,

menanggapi serta mengamalkan bahan-bahan pelajaran yang pada akhirnya terjadi

perubahan tingkah laku, baik yang bias dilihat maupun tidak, seperti pengetahuan,

sikap, dan keterampilan tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat realatif

dan permanen.

B. Macam-macam Gaya Belajar

Proses belajar dapat terjadi kapan saja, dimana saja dari ada atau tidaknya

orang yang mengajar. Memang harus diakui, bahwa proses belajar mengajar
terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, namun

lingkungan ini tidak selamanya harus terdiri dari guru atau pembimbing lainnya.

Dengan membaca sendiri buku-buku literature, maka seseorang dapat dikatakan

belajar.

Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar sisiwa ke dalam delapan

tipe, dimana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi

hirearkinya. Delapan tipe tersebut adalah sebagai berikut :

a. Belajar melalui tanda, yaitu proses belajar yang diperoleh melalui tanda-tanda

atau suatu respons, karena ada suatu tanda.

b. Belajar secara S-R (stimulus dan respons), yaitu belajar merespons karena ada

rangsangan tertentu peserta didik tampak belajar meniru suatu perilaku.

c. Rangkaian S-R, yaitu belajar dalam arti rangkaian antara berbagai S-R yang

telah dipelajari sebelumnya,

d. Belajar melalui kata-kata atau bahasa.

26

. Membedakan secara berganda, yaitu belajar dengan menggunakan berega

rangkaian pengalaman secara meluas.

f. Belajar konsepsi, yaitu belajar mengemukakan suatu konsep alau pemikaras

setelah memepelajari berbagai perangsang yang menimbulkan seapons yang

berbeda-beda.

Belajar prinsip, yaitu belajar dengan menggunakan beberape rangsangan

peristiwa atau konsep terdahulu untuk sampai kepada suatu prinsip yang

mungkin berlaku untuk beberapa hal, atau peristiwa atas dasar suatu ketentuan

atau anggapan.

h. Pemecahan masalah (problem solving), yskni belajar memecahkan persoalan


berdasarkan beberapa prinsip, atau gejala atau peristiwa yang laiu dengan

beberapa kemungkinan.

Sedangkan menurut Slameto, jenis-jenis belajar adalah bagain. Belajar

dengan wawasan, belajar deskriminatif, belajar keseluruhan, belajar insindenatal,

belajar instrumental, belajar intensional, belajar mental, belajar produktif, dan

belajar verbal." Dalam belajar menurut Slameto, di antara metode belajar adalah

dengan membuat jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan,

mengulang bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.

Sementara itu menurut B. Diedrich sebagaimana dikutip oleh Sudiman A.

bahwa gaya belajar adalah:

1. Visual activities, yaitu termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan

gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan wawancara, bertanya,

member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan

terupsi.

Hasron Usman, dan M. Misdar, Strategi Belajar Mengajar. (Palembang : Fakultas

Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang, 2000), hal. 34-35

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Renika Cipta,

19950, hal. 5-8

* Ibid, hal. 82-87

27

3. Listening activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket dan

menyalin.

4. Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

5. Motor activities, yang termasuk di dalamnya; melakukan percobaan, membual


konstruksi, model meresparasi, bermain, berkebun, dan bertermak.

6. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

7. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembirs,

bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup."

Dengan demikian gaya belajar itu bervariasi, karena itu untuk mencapai

prestasi dalam belajar, maka peserta didik harus menggunakan gaya belajar yang

lengkap, dan sejalan dengan tingkah laku kemampuan dan keadaan, seperti

dengan membaca, menulis, bertanya, membuat resume dan mengerjakan tugas.

C. Pengetian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari yang dilakukan atau

dikerjakan. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru.

Dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari

suatu kegiatan dan usaha yang menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-

bahan pelajaran yang pada akhinya terjadi perubahan tingkah laku (perilaku),

baik yang bisa dilihat maupun yang tidak, seperti pengetahuan, sikap dan

Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT, Rajairafindo,

2001), hal. 99

* Ibid, hal. 100

28

keterampilan tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif dan

permanen.

Menurut Nana Sudjana, jenis prestasi atau keberhasilan proses belajar siswa
ada tiga, yaitu:

1. Jenis keberhasilan belajar bidang kognitif, yang meliputi pengetahuan hafalan,

pemahaman, penerapan, analisis, sitesis, dan evaluasi.

2. Jenis keberhasilan belajar bidang afektif, yang terdiri dari receiving, yakni

semacam kepekaan terhadap rangsangan dari luar, responding atau jawaban,

yakni reaksi yang diberikan atas rangsangan yang datang, valuing (penilaian),

organisasi dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Jenis keberhasilan belajar bidang psikomotorik, yang meliputi gerakan reflex,

keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemamuan bidang fisik, gerakan-

gerakan, skills, kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive komunikasi,

seperti gerakan ekspresif, dan interpretatif."

Siswa yang berhasil dalam belajar secara kognitif, maka ia akan dapat

menghafal dan mengingat tentang pengertian Islam, shalat, rukun iman dan rukun

Islam, syarat dan rukun shalat, dan jenis-jenis shalat. Selain itu, ia akan dapat pula

memahami makna yang terkandung, seperti dalam shalat, puasa, dan iman yang

kuat bahkan siswa dapat menerapkan tentang ajaran Islam itu sendiri,

menguraikan dan menyimpulkan serta melaksanakan ajaran Islam dengan baik.

Dalam keberhasilan belajar bidang afektif, siswa memiliki kepekaan

terhadap informasi dan rangsangan dari luar, dan aku memberikan tanggapan

secara baik seperti ada orang yang meminta tolong, maka siswa akan cepat

' Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,

2000), hal. 52-54

30

yang sama untuk menyimpan, dan mereproduksi kembali apa yang diterimanya.

Karena hasil dalam prosesnya belajar dipengaruhi oleh banyak factor. Ryan
(1970) membagi tiga factor yang mempengaruhi belajar yaitu :

1. Aktivitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungannya

2. Faktor fisiologis

3. Faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang disekitar individu

tersebut.

Mansyur dan Martinah (1978) mengemukakan pendapat lain bahwa belajar

tersebut dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu :

1. Kemampuan bawaan.

2. Kondisi fisik dan psikis.

3. Kemauan belajar anak.

4. Sikap, minat terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka

mengenai kemajuan sendiri.

5. Bimbingan.

Suryabrata (1989) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar secara lebih sederhana, yaitu :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut dengan faktor intern,

yang meliputi fisiologis dan psikologis

2. Faktor yang berasal dari luar atau ekster, yang meliputi factor social dan non

social.

Faktor fisiologis meliputi dua komponen, yaitu:

31

1 Keadaan jasmani pada umumnya

Pada saat jasmani dalam kurang schat maka kosentrusi pada belajar akan

tergangu begitu juga sebaliknya dalam keadaan schat maka kosentrasi akan lebih

fokus.
2. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis

Keadaan fisiologis adalah keadaan panca indera khususnya pada penglihatan dan

pendengaran. Karena dua hal penting inilah yang lebih banyak perannya pada

proses belajar. Pendengaran dan penglihatan yang berkurang jelas akan

mengangu proses belajar,

Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi belajar tersebut adalah :

1. Minat

Minat siswa terhadap pelajaran akan mendorng lebih serius dalam belajar tetapi

sebaliknya kurangnya minat akan melemahkan semangat dalam belajar

2. Motivasi

Motivasi belajar seseorang akan mempengaruhi hasil proses belajar, bagi yang

memiliki motivasi kuat terhadap pelajaran maka makin mendapat hasil yang

maksimal tetapi bagi yang kurang memiliki motivasi maka ia akan mendapatkan

hasil yang kurang memuaskan juga. Yang merupakan motif-motif dalam belajar

adanya kebutuhan fisik, rasa aman, kecintaan dan

tersebut antara lain

peneřimaan dari orang lain, mendapat kehormatan dan kebutuhan untuk

28

keterampilan tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif dan

permanen.

Menurut Nana Sudjana, jenis prestasi atau keberhasilan proses belajar siswa

ada tiga, yaitu:

1. Jenis keberhasilan belajar bidang kognitif, yang meliputi pengetahuan hafalan,

pemahaman, penerapan, analisis, sitesis, dan evaluasi.

2. Jenis keberhasilan belajar bidang afektif, yang terdiri dari receiving, yakni
semacam kepekaan terhadap rangsangan dari luar, responding atau jawaban,

yakni reaksi yang diberikan atas rangsangan yang datang, valuing (penilaian),

organisasi dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Jenis keberhasilan belajar bidang psikomotorik, yang meliputi gerakan reflex,

keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemamuan bidang fisik, gerakan-

gerakan, skills, kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive komunikasi,

seperti gerakan ekspresif, dan interpretatif."

Siswa yang berhasil dalam belajar secara kognitif, maka ia akan dapat

menghafal dan mengingat tentang pengertian Islam, shalat, rukun iman dan rukun

Islam, syarat dan rukun shalat, dan jenis-jenis shalat. Selain itu, ia akan dapat pula

memahami makna yang terkandung, seperti dalam shalat, puasa, dan iman yang

kuat bahkan siswa dapat menerapkan tentang ajaran Islam itu sendiri,

menguraikan dan menyimpulkan serta melaksanakan ajaran Islam dengan baik.

Dalam keberhasilan belajar bidang afektif, siswa memiliki kepekaan

terhadap informasi dan rangsangan dari luar, dan aku memberikan tanggapan

secara baik seperti ada orang yang meminta tolong, maka siswa akan cepat

' Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,

2000), hal. 52-54

30

yang sama untuk menyimpan, dan mereproduksi kembali apa yang diterimanya.

Karena hasil dalam prosesnya belajar dipengaruhi oleh banyak factor. Ryan

(1970) membagi tiga factor yang mempengaruhi belajar yaitu :

1. Aktivitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungannya

2. Faktor fisiologis

3. Faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang disekitar individu
tersebut.

Mansyur dan Martinah (1978) mengemukakan pendapat lain bahwa belajar

tersebut dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu :

1. Kemampuan bawaan.

2. Kondisi fisik dan psikis.

3. Kemauan belajar anak.

4. Sikap, minat terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka

mengenai kemajuan sendiri.

5. Bimbingan.

Suryabrata (1989) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar secara lebih sederhana, yaitu :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut dengan faktor intern,

yang meliputi fisiologis dan psikologis

2. Faktor yang berasal dari luar atau ekster, yang meliputi factor social dan non

social.

Faktor fisiologis meliputi dua komponen, yaitu:

31

1 Keadaan jasmani pada umumnya

Pada saat jasmani dalam kurang schat maka kosentrusi pada belajar akan

tergangu begitu juga sebaliknya dalam keadaan schat maka kosentrasi akan lebih

fokus.

2. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis

Keadaan fisiologis adalah keadaan panca indera khususnya pada penglihatan dan

pendengaran. Karena dua hal penting inilah yang lebih banyak perannya pada

proses belajar. Pendengaran dan penglihatan yang berkurang jelas akan


mengangu proses belajar,

Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi belajar tersebut adalah :

1. Minat

Minat siswa terhadap pelajaran akan mendorng lebih serius dalam belajar tetapi

sebaliknya kurangnya minat akan melemahkan semangat dalam belajar

2. Motivasi

Motivasi belajar seseorang akan mempengaruhi hasil proses belajar, bagi yang

memiliki motivasi kuat terhadap pelajaran maka makin mendapat hasil yang

maksimal tetapi bagi yang kurang memiliki motivasi maka ia akan mendapatkan

hasil yang kurang memuaskan juga. Yang merupakan motif-motif dalam belajar

adanya kebutuhan fisik, rasa aman, kecintaan dan

tersebut antara lain

peneřimaan dari orang lain, mendapat kehormatan dan kebutuhan untuk

32

mengaktualisasikan diri. Hal ini semua mendorong siswa untuk belajar lebih

baik.

3. Intelegensi

Inteligensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup

yang dicirikan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berfikir abstrak dan

kemampuan memecahkan masalah. Intelegensi merupakan modal utama, namun

karena itu merupakan kondisi bawaan yang tentu masing-masing orang memiliki

intelegensi berbeda-beda, maka bagi yang berintelegensi maka hasil yang

diperoleh akan tinggi begitu juga sebaliknya.

4. Memori

Menurut Katono (1990) memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan


mereproduksi kembali hal-hal yang pernah diketahui

Kemampuan untuk menyimpan stimulus dan mengungkapkannya kembali

merupakan factor psikologis yang tak kalah penting dalam mempengaruhi proses

belajar.

5. Emosi

Dr. Nyayu Khodijah,M.Si. (2006) menyatakan bahwa emosi adalah suatu reaksi

komplek yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta

dibarengi dengan perasaan yang kuat.

ISTAKA

UNT

33

Emosi yang baik akan sangat berpengaruh daļan proses belajar, oleh karena itu

upaya menstabilkan emosi dengan niengarahkan pada segi yang positif akan

sangat membantu terhadap keberhasilan proses belajar.

Faktor ketiga yang mempengaruhi proses belajar adulah faktor sosial, yang

meliputi :

1. Kondisi orang tua

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar Siswa,

karenanya perhatian, motivasi, dukungan dari orang tua sangat diharapkan guna

membangkitkan semangat an gairah anak untuk belajar. Termasuk juga

didalamnya adalah interaksi orang tua baik kuantitasnya maupun kualitas

hubungannya.

2. Guru

Bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana sebuah lembaga pendidikan

tanpa guru maka tidaklah mendapatkan hasil yang memuaskan, karena guru
tidaklah sekedar mentransfer ilmu, tetapi guru memberikan dorongan motivasi,

bimbingan dan lain-lain sehingga keberadaannya tidak dapat digantikan oleh alat

atau sarana. Alat hanyalah faktor pembantu dari guru dalam melakukan proses

pembelajaran. Oleh karena itukeberadaan guru mutlak.

3. Teman-teman

Lingkungan teman sebagai partner interaksi juga mempengaruhi hasil dari

belajar, bagi siswa dengan pergaulan teman-teman yang rajin dan giat belajar

34

maka diapun akan terpengaruh untuk rajin dap giat belajar tetapi sebaliknya bagi

teman pergaulannya pemalas, suka tmewmbolos, kurang rajin maka diapun akan

terpengaruh untuk hal yang sama. Olch karena itu mengarahkan agar memiin

teman pergaulan adalah sangat tepat schingga masa depan siswa tidak

terkontaminasi oleh hal-hal yang negatif.

Disamping faktor sosial tersebut ada satu lagi faktor yang tidak kalan

pentingnya yaitu faktor non-sosial, yang termasuk faktor non sosial adalah :

1. Keadaan suhu udara dan cuaca tempat belajar

2. Keadaan waktu seperti pagi, siang, sore, ataupun malam

3. Tempat (kotor, bersih, tenang, berisik)

4. Sarana dan prasarana penunjang

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar tersebut

hendaknya diperhatikan oleh setiap penyelenggara pendidikan sehingga akan

menjadikan proses belajar berlangsung dengan baik.

E. Kreteria Berprestasi

Kreteria Berprestasi Belajar adalah hasil yang dicapai dari yang dilakukan

atau dikerjakan. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau


keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru."

9 Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. RajaGrafindo,

2001), hal. 99

35

Dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dan

cutu kegiatan dan usaha yang menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-

bahan pelajaran yang pada akhirnya terjadi perubahan tingkah laku (perilaku), baik

vang bisa dilihat maupun yang tidak, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan

tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif dan permanen.

Menurut Nana Sudjana, jenis prestasi atau keberhasilan proses belajar siswa

ada tiga, yaitu :

1. Jenis keberhasilan belajar bidang kognitif, yang meliputi pengetahuan hafalan,

pemahaman, penerapan, analisis, sitesis, dan evaluasi.

2. Jenis keberhasilan belajar bidang afektif, yang terdiri dari receiving, yakni

semacam kepekaan terhadap rangsangan dari luar, responding atau jawaban,

yakni reaksi yang diberikan atas rangsangan yang datang, valuing (penilaian),

organisasi dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Jenis keberhasilan belajar bidang psikomotorik, yang meliputi gerakan reflex,

keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemamuan bidang fisik, gerakan-

gerakan, skills, kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive komunikasi4-

R=3-0, seperti gerakan ekspresif, dan interpretatif."o

Siswa yang berhasil dalam belajar secara kognitif, maka ia akan dapat

menghafal dan mengingat tentang pengertian Islam, shalat, rukun iman dan rukun

Islam, syarat dan rukun shalat, dan jenis-jenis shalat. Selain itu, ia akan dapat pula
memahami makna yang terkandung, seperti dalam shalat, puasa, dan iman yang kuat

bahkan siswa dapat menerapkan tentang ajaran Islam itu sendiri, menguraikan dan

menyimpulkan serta melaksanakan ajaran Islam dengan baik.

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,

2000), hal. 52-54

36

Dalam keberhasilan belajar bidang afektif, siswa memiliki kepekaan

terhadap informasi dan rangsangan dari luar, dan aku memberikan tanggapan

secara baik seperti ada orang yang meminta tolong, maka siswa akan cepat

menanggapinya dan langsung menuju tempat tersebut untuk memberikan

bantuan secara ikhlas semata-mata karena Allah SWT.

Keberhasilan belajar psikomotorik akan tercermin dari perilaku siswa

dalam kehidupannya, seperti kemampuannya dalam melaksanakan ibadah shalat,

puasa, membaca al-Qur'an, adzan, iqomat, cara memperlakukan orang tua ketika

bertemu sesama muslim, apabila berbuat kesalahan dengan sesama manusia, dan

perbuatan baik lainnya. Siswa yang berhasil dalam belajar, seperti tentang

pelajaran agama Islam, secara umum, maka akalnya akan berkembang dengan

dimilikinya ilmu pengetahuan, baik secara aqliyah maupun naqliyah, sehingga ia

mampu mengingat, memahami, menguraikan, dan mengambil kesimpulan

tentang ajaran Islam.

Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa prestasi (keberhasilan) siswa

dalam proses belajar bervariasi, seperti ada yang hanya berhasil secara kognitif

yang diwujudkan dengan dimilikinya ilmu pengetahuan tertentu, misalnya

pengetahuan tentang agama Islam. Prestasi (keberhasilan) belajar siswa yang

dimaksud untuk diteliti adalah prestasi belajar dalam hal psikomotorik, dan
afektifnya.

37

E. Pengertian Pendidikan Agama Islanm

Menurut Jalaluddin, pendidikan Islam, vaitu usaha untuk membimbing

dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi

pengabdi Allah yang setia, berdasarkan dengan pertimbangan latar belakang

perbedaan individu, tingkat usaha, jenis kelamin, dan lingkungan masing-masing

Berdasarkan pengertian tersebut akan terlihat jelas bahwa Islam

menekankan pendidikan pada tujuan utamanya, yaitu pengabdian kepada Allah

secara optimal. Dengan berbekalkan ketaatan itu, diharapkan manusia itu dapat

menempatkan garis kehidupannya sejalan dengan pedoman yang telah ditentukan

sang pencipta. Kehidupan yang demikian itu akan memberikan pengaruh kepada

manusia, baik selaku pribadi maupun sebagai makhluk sosial, yaitu berupa

damai,

dorongan untuk menciptakan

kondisi

kehidupan yang aman,

sejahtera, dan berkualitas di lingkungannya."

%3D

Menurut Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kemudian

Burlian Somad mengatakan bahwa suatu pendidikan dinamakan pendidikan

Islam, jika pendidikan itu bertujuan membentuk individu menjadi bercorak diri

berderajat tertinggi menurut ukuran Allah, dan isi pendidikannya itu adalah
ajaran Allah.

" Jalaluddin dalam Akmal Hawi, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN

Raden Fatah Press, 2005), hal. 49

38

Adapun menurut Usman Said, ja mengatakan bahwa pendidikan agama

Islam ialah segala usaha untuk terbentuknya atau membimbing atau menuntun

rohani jasmani sescorang menurut ajaran Islam. Adapun menurut Rahman Saleh,

bahwa pendidikan agama Islam adalah segala usaha yang diarahkan kepada

pembentukan kepribadian anak yang merupakan dan sesuai dengan ajaran Islam.

Sedangkan menurut H. Zahairini, pendidikan agama berartí usaha secara

sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup

sesuai dengan ajaran Islam.

Dari defenisi-defenisi di atas, Abu Ahmadi mengatakan bahwa setelah

memperhatikan faktor-faktor pendidikan, maka dapat disimpulkan defenisi

pendidikan Islam adalah sebagai berikut, bahwa pendidikan Islam ialah suatu

aktivitas atau usaha pendidikan terhadap anak didik menuju kea rah terbentuknya

kepribadian muslim yang muttaqien. Kepribadian merupakan bersatunya ajaran

dengan dirinya atau corak diri (personality). Kepribadian muslim adalah

kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan

serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan

nilai-nilai Islam.

Muttaqien adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Pencipta, yaitu Allah SWT., sedangkan taqwa artinya menaati atau melaksanakan

39

segala perintah Allah SWT., dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, beranial
ma'ruf dan nahi mungkar, 12

Yang dimaksud dengan pendidikan Islam menurut Oemar Muhammad al-

Taumy al-Syaebani adalah sebagai proses mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan alam sekitarnya

melalui interaksi yang dilakukan oleh individu tersebut.

G. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pengajaran pendidikan agama Islam mencakup usaha

mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.

Bahan pengajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok,

yaitu :

1. Keimanan.

2. Ibadah.

3. Al-Qur'an.

4. Muamalah.

5. Akhlak.

12 H. Abu Ahmadi, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2003), hal. 110-111

39

segala perintah Allah SWT., dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, beranial

ma'ruf dan nahi mungkar, 12

Yang dimaksud dengan pendidikan Islam menurut Oemar Muhammad al-


Taumy al-Syaebani adalah sebagai proses mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan alam sekitarnya

melalui interaksi yang dilakukan oleh individu tersebut.

G. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pengajaran pendidikan agama Islam mencakup usaha

mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.

Bahan pengajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok,

yaitu :

1. Keimanan.

2. Ibadah.

3. Al-Qur'an.

4. Muamalah.

5. Akhlak.

12 H. Abu Ahmadi, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2003), hal. 110-111

40

6. Syari'ah.

7. Tarikh,

Pada tingkat sekolah dasar tekanan diberikan pada empat unsur pokok,

yaitu keimanan, akhlak, ibadah, dan al-Qur'an, sedangkan pada SMP dan SMA

SMK disamping keempat unsur pokok terscbut di atas, maka unsur pokok
muamalah dan syari'ah semakin dikembangkan, unsur pokok tarikh diberikan

secara seimbang pada setiap satuan pendidikan."

H. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode adalah usaha satu komponen yang tidak kalah peranannya dari

komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apapun macam dan jenisnya, semua

metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Tetapi perlu diingat bahwa

tidak semua metode harus digunakan bila hanya untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode yang dipilih itu pun harus berdasarkan pertimbangan dan pemilihan yang

tepat. Sebab salah pilih akan menjadi penghambat dalam mencapai tujuan.

Dalam pemilihan dan penggunaan metode itu tidak bisa sembarangan, karena ada

faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Winarno Surakhman, mengemukakan

lima macam faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan metode,

sebagai berikut :

a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.

b. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.

13 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah

Press, 2005), hal. 29

41

c. Situasi yang berbagai keadaannya.

d. Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitanys.

e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalitasnya yang berbeda-beda.

Walaupun metode yang dapat digunakan dalam mendidik anak banyak

sekali, tetapi tidak semua metode dapat digunakan untuk lembaga pendidikan

tertentu. Metode yang dapat digunakan di sekolah, misalnya tidak semuanya

dapat digunakan dalam keluarga.


Diantara sekian banyak metode pendidikan, ada dua macam metode yang

memiliki dampak pengiring yang sangat penting dálam pembentukan kepribadian

anak, yaitu metode keteladanan dan metode 'pembiasaan. Dalam sejarah

permulaan Isla telah dibuktikan bagaimana keteladanan dan kebiasaan kehidupan

Rasulullah sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah dalam penyebaran Islam

di Mekkah dan di Madinah. Beberapa sifat hakiki, yaitu shiddiq, tabligh, fatonah,

dan amanah, telah melambari jiwa Rasulullah dan sangat fungsional dalam

kehidupan beliau sehari-hari. Karena memiliki keempat sifat itulah Rasulullah

dijadikan sebagai teladan utama bagi umatnya. Keberhasilan pendidikan di

pesantren dalam pembinaan akhlak para santri, juga karena kebiasaan dan

keteladanan para kiayi yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari di

pesantren. Jadi, metode keteladanan dan metode pembiasaan sebaiknya dijadikan

42

sebagai metode utama dalam mendidik anak di semua sektor lembaga

pendidikan, sedangkan metode lainnya hanya sebagai pendukung."

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ciak Geografis SMP Negeri 7 Babat Toman

Sekolah Mecnengah Pertama Negeri 7 Babat Toman terletak di Jalan

Provinsi Sumatera Selatan Dusun II Desa Talang Piase Kecamatan Babat

Toman Kabupaten Musi Banyuasin, yung berdekatan dengan dua sekolah

vaitu Sekolah Dasar Negeri Talang Piase dan Sekolah Dasar GPI-1 Rantau

Panjang Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Adapun

sekolah ini cukup strategis dapat dijangkau dengan kendaran umum, baik

angkol, bus dan lain-lain. Letak Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat
Toman tidak jauh dari Pos Pusat Kesehatan Masyarakat Talang Priase

Kecamatan Babat Toman, kurang lebih 2000 meter dari Puskesmas tersebut.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman ini berlokasi di

pinggir jalan sehingga bisa dikatakan bahwa Sekolah Menengah Pertama

Negeri 7 Babat Toman ini sangat strategis diselenggarakannya pendidikan,

karena tempatnya mudah untuk dicapai para pelajar baik dengan cara berjalan

kaki ataupun menggunakan kendaraan pribadi, namun karena letaknya dalam

suatu desa dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman ini

berstatus sekolah negeri dengan luas tanah yang berstatus hak milik ini

dibangun gedung sekolah yang luasnya 9.707 meter persegi. Sekolah

Dokumen Kantor Kepala Desa Rantau Panjang dan SMA Negeri 3 Babat Toman

Kabupaten Musi Banyuasin, tahun 2010

43

Menengah Pertama Negeri7 Babat Toman juga berdekatan dengan Masjid

44

Darul Muttaqien Talang Piase yang berdampingan dengan Madrasah

Ihtidaiyah Raudhotul Muttaqien Rantau Panjang Kecamatan Babat Toman

Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

R. Historis SMP Negeri 7 Babat Tomau

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat didirikan pada tahun 2006,

namun pada waktu itu tempat belajar masih memakai gedung sekolah Sekolah

Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman selama tiga tahun. Adapun waktu

belajarnya siang, karena menunngu siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri

7 Babat Toman pulang dari sekolah.

Pertama kali berdirinya memiliki siswa sebanyak 60 (enam puluh)


orang dengan sebagai kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri 7

Babat Toman pada waktu itu adalah Drs. Suadi Akbar. Bapak Drs. Suadi

Akbar sebagai kepala sekolah pelaksana tugas di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 7 Babat Toman dengan Wakil Kepala Sekolah Menengah Pertama

Negeri 7 Babat Toman adalah Bapak Heriwansyah, S.Pd.I sekaligus sebagai

salah seorang tokoh utama pendiri SMP Negeri 7 Babat Toman Kabupaten

Musi Banyuasin. Kemudian SMP Negeri 7 Babat Toman Kabupaten Musi

Banyuasin dengan tenaga pengajar sebanyak tiga belas orang, yaitu Sahroni,

Yusman, Nursahit, Karsi, Asri Daroni, Riati Elipita, Rohmat, Rozullah,

Abrosa, Armada, Panata M., Mismirah.

Kemudian pada tahun 2007 sampai dengan sekarang SMP Negeri 7

Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin dipimpin oleh Bapak Riswan, S.Pd,

45

dengan sembilan orang tenaga pendidik / pengajar yaitu ; Heriwansyah.

S.Pd.I, Musheni, S.Pd.I, Murdianah, SE., Halimah, S.Si, Aang Kunaefi,

S Sos.l, R.A. Nurrahmah, S.Pd., Sri Sumarlin, S.Pd., Sekolah Menengah

Pertama Negeri 7 Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan telah memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101 110 101

091 dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 10.60.15.10

C. Kepengurusan SMP Negeri 7 Babat Toman

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman memeliki

organisasi yang terstruktur, yang dipimpin olch seorang kepala sekolah

dibantu oleh kepala bagian tata usaha, wakil kepala sekolah, urusan

kurikulum, urusan kesiswaan, urusan sarana prasarana, urusan hubungan

masyarakat dan dewan guru.


Kepala bagian tata usaha dibantu oleh staf yang mengenai urusan

keuangan dan staf yang mengurusi urusan administrasi atau sekretariat.

Kemudian di SMP Negeri 7 Babat Toman ini dibantu wali kelas dan

perpustakaan. Urusan keuangan di SMPN 7 Babat Toman sepenuhnya

tergantung kepada kebijakan kepala sekolah dan kepengurusan serta sesuai

dengan petunjuk penggunaan dana sekolah. Keuangan sekolah diatur secara

cermat dengan pengesahan dari kepala sekolah dan komite sekolah

Adapun Struktur SMP Negeri 7 Babat Toman dapat dilihat pada

berikut ini :

Data kuesioner Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman Tahun 2010/2011,

tanggal 12 Agustus 2010

45

dengan sembilan orang tenaga pendidik / pengajar yaitu ; Heriwansyah.

S.Pd.I, Musheni, S.Pd.I, Murdianah, SE., Halimah, S.Si, Aang Kunaefi,

S Sos.l, R.A. Nurrahmah, S.Pd., Sri Sumarlin, S.Pd., Sekolah Menengah

Pertama Negeri 7 Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan telah memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101 110 101

091 dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 10.60.15.10

C. Kepengurusan SMP Negeri 7 Babat Toman

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman memeliki

organisasi yang terstruktur, yang dipimpin olch seorang kepala sekolah

dibantu oleh kepala bagian tata usaha, wakil kepala sekolah, urusan

kurikulum, urusan kesiswaan, urusan sarana prasarana, urusan hubungan

masyarakat dan dewan guru.

Kepala bagian tata usaha dibantu oleh staf yang mengenai urusan
keuangan dan staf yang mengurusi urusan administrasi atau sekretariat.

Kemudian di SMP Negeri 7 Babat Toman ini dibantu wali kelas dan

perpustakaan. Urusan keuangan di SMPN 7 Babat Toman sepenuhnya

tergantung kepada kebijakan kepala sekolah dan kepengurusan serta sesuai

dengan petunjuk penggunaan dana sekolah. Keuangan sekolah diatur secara

cermat dengan pengesahan dari kepala sekolah dan komite sekolah

Adapun Struktur SMP Negeri 7 Babat Toman dapat dilihat pada

berikut ini :

Data kuesioner Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Babat Toman Tahun 2010/2011,

tanggal 12 Agustus 2010

D Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 7 Babat Toman

47

Sarana prasarana merupakan sumber daya pendidikan yang sangat

menunjang pelaksanaan pendidikan. Dalam undang-undang No. 2 tahun1989

tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa:

Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penujang pelaksanaan

pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana prasarana yang

tersedia atau yang diadakan dan didayagunakan oleh keluarga,

masyarakat, peserta didikdan pemerintah baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama'

Dari undang-undang diatas, dapat dipahami bahwa sarana prasarana

merupakan sumber daya pendidikan yang artinya sangat mendukung dalam

mencapai tujuan dari pendidikan. Selanjutnya dalam surat keputusan bersama

tiga menteri No. 36 tahun1975 pada Bab V butir 1 dan 2 menjelaskan tentang:

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah.


pemerintah memberikan bantuan : a gedung pengajaran umum, yakni

mengadakan buku-bukumata pelajaran pokok dan alat pendidikan

lainnya, b. Bidang pengajarn, pengajar dan bantuan pengajar, c.

Dibidang sarana prasaraana fisik, berupa pembangunan sekolah

Dari kedua permyataan diatas menyatakan bahwa sarana prasarana

merupakan sumber daya yang penting dalam pendidikan, juga merupakan

prioritas pemerintah, khususnya lembaga pendidikan yang dikelolah oleh

pemerintah. Dengan demikian besar kemungkinan tujuan pembelajaran akan

tercapai dengan sarana yang memadai.

Undang-undang, No 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Intan

Pariwara 1989), hal 7

* HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan

Keluarga, (Jakarta : Bulun Bintang, 1977), hal 125

Untuk kegiatan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 7 Babat

Toman ini menggunakan seluruh ruang kelas dari kelas satu sampai dengan

kelas enam. Untuk kursi dan meja siswa menggunakan prasarana kelas

masing-masing sebagai tempat pelaksanaan pendidikan tersebut, maka secara

otomatis siswa menggunakan kursi dan meja vang telah ada di dalam kelas.

Papan tulis kelas digunakan untuk menulis serta menjelaskan dan memberikan

tugas menulis kepada siswa,

Sedangkan untuk mengambil air wudhu' siswa menggunakan air

bersih dan sumur SMP Negeri 7 Babat Toman sendiri, selanjutnya untuk

sumber belajar digunakan buku paket PAI dari Dinas Pendidikan Nasional

Kabupaten Musi Banyuasin, al-Qur'an dan lqro', serta huku Aqidah-Akhlak

yang dibawa siswa sendiri oleh siswa dan untuk guru disediakan olch pihak
SMP Negeri7 Babat Toman Kahupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan.

E. Keadaan Tenaga Pendidik dan Pegawai SMP Negeri 7 Babat Toman

Guru merupakan tenaga edukatif dari suatu sekolah dan sangat

berperan dalam mencapai tujuan dari suatu proses belajar menganjar untuk itu

diperlukan guru yang mempunyai kualitas dan sesuai dengan potensinya.

Menghimpun suatu kelompok belajar dalam hal ini para siswa didik

diperlukan guru-guru yang menguasai bidang studi masing-masing, maka dari

itu suatu sekolah memerlukan banyak guru.

Guru-guru yang ada di Sekolah SMP Negeri 7 Babat Toman berjumlah

20 orang. Yang masing-masing guru memegang bidang studi yang mereka

52

adalah 402 orang, selanjutnya untuk sampei penelitian ini diambil 60 orang

deri kelas VII, VIII, dan IX untuk diwawancarai dan diberikan angket karena

nada kelas inilah baru dapat diberi angket dan wawancara. Berdasarkan

informasi yang peneliti dapatkan ketika melakukan observasi ke lapangan

depat diketahui bahwa siswa SMP Negeri 7 Babat Toman ini semuanya

beragama Islam, dan mereka berasal dari desa Rantau Panjang, Karang Anyar,

Karang Waru, Bumi Ayu, Ulak Paceh, Ulak Paceh Jaya, Napal, Rantau Kasih,

Karang Ringin 1, Karang Ringin l1, Ulak Terberau, Kasmaran. Untuk

mengetahui siswa secara keseluruhan dapat dilihat dalam lampiran-lampiran

hasil penelitian ini.

SMP Negeri 7 Babat Toman memilik siswa yang berjumlah 402 orang.

Dengan perincian masing-masing kelas sebagai berikut kelas VII berjumlah

152 orang, kelas VIII berjumlah 150 orang dan kelas EX berjumlah 100 orang.
Dan masing-masing kelas terbagi lagi dengan beberapa kelas.

E. Sistem Pembelajaran dan Ekstra Kurikuler SMPN 7 Babat Toman

Waktu pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan proses belajar

mengajar SMP Negeri 7 Babat Toman adalah pada pagi hari. Pada pagi hari

dimulai dari pukul 07.30 WIB berakhir pada pukul 12.40 WIB. Lama setiap

Jam pelajaran dalam proses belajar mengajar adalah empat puluh lima menit

setiap hari. Rata-rata kegiatan belajar mengajar yang disajikan dalam satu hari

dengan jumlah jam pelajaran sebanyak tujuh jam pelajaran. Guru yang

mengajar bertatap muka dalam proses belajar mengajar maksimal dua jam

Pelajaran. Penyelenggaraan pendidikan SMP Negeri 7 Babat Toman

53

Kabupaten Musi Banyuasin di pagi hari, dan guru vang mengajar disesuaikan

dengan kebutuhan mata pelajaran.

Kegiatan ekstra kurikuler ada tiga macam, yaitu Pramuka setiap hari

Sabtu sore dai pukul 15.30 sampai dengan pukul 17.00. Kemudian IQRO

setiap jam istirahat oleh tenaga khusus. Dikhususkan bagi siswa yang belum

dapat membaca al-Qur'an dan Iqro' dengan baik. Ketiga, kegiatan olah raga

setiap hari Minggu sore meliputi Atletik dan Volly Ball. Tapak Suci yang

diadakan pada hari Selasa pada pukul 17.00 sampai dengan selesai dengan

tenaga pelatihnya adalah tenaga ahli dari luar sekolah yang dianggap

mempunyai kompetensi di bidang tersebut, yaitu bapak Maliki. Sementara itu

untuk pelatih Pramuka adalah bapak Senen, S.Pd.

F. Kurikulum SMP Negeri 7 Babat Toman

Kurikulum SMP Negeri 7 Babat Toman merupakan susunan bahan

kajian dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada tingkat
menengah atas. Adapun isi kurikulum pada SMP Negeri 7 Babat Toman

senantiasa berpatokan kepada kurikulum yang disusun oleh Pemerintah.

Khususnya kurikulum dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Adapun kurikulum SMP Negeri 7 Babat Toman pada tingkat !I untuk

semester genap adalah sebagai berikut, ruang lingkup pendidikan agama Islam

meliputi :

1. Hukum Islam tentang mu'amalah

2. Pengurusan Jenazah

3. Jinayah dan Hudud

4. Khutbah Jum'at dan ceramah

54

5. perkembangan islam pada abad pertengahan

6. perkembangan islam pada masa pembaruan

Tingkat II, 32 jam pelajaran

1. Jual beli

2. Riba'

3. Kerja sama ekonomi

4. Pengurusan jenazah

5. Jinayah

6. Hudud

7. Khutbah

8. Ceramah dan Dakwah

9. Kerajaan Usmani

10. Kerajaan Safawi

11. Kerajaan Mongol


12. Sejarah perkembangan Islam abad pertengahan

13. Pengaruh umat Islam di Indonesia

14. Perkembangan ajaran Islam dan Kebudayaan

15. Perkembagan ilmu pengetahuan

Kurikulum SMP Negeri 7 Babat Toman, hanya mempelajari pada mata

pelajaran PAI. Sedangkan kurikulum tentang agama lain tidak dipergunakan

diau tidak dipelajari. Hal ini karena seluruh siswa yang ada pada sekolah

tersebut 100 % beragama Islam.

Anda mungkin juga menyukai