Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN TEORI

2.2.1 TINGKAH LAKU


Albert Bandura,seorang psikolog pada Universitas Stanfotd Amarika
Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini
yang moderat. Tidak seperti rekan-rekan sesama penganut aliran behavioristne,
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis
atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skerna kognitif rnanusia itu sendiri.
Prinsip dasar belaiar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial
moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia
terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh prilaku (modeling).
Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilaku sendiri melalui cara
orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu.
Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara
pengamatan terhadap prilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang
tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial
dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespons) dan irnitation (peniruan).
Condisioning adalah prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku
sosial dan moral. Dasar pemikirannya prosedur belajar dalam mengembangkan
perilaku-perilaku lainnya yakni dengan
1. Reward (ganjaran/memberi hadiah)
2. Punishment (hukumar/memberi hukuman).
Dasar pemikirannya ialah sekali seorang siswa mempelajari perbedaan
antar perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku
yang mengakibatkan hukurnan (punishment), ia senantiasa berpikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dibuat.
Imitation adalah merupakan salah satu cara yang paling penting dalam
teori belajar sosial. Menurut teori sosial learning imitation adalah proses
peniruan yang dimainkan oleh seorang model atau tokoh yang akan dijadikan
contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa, biasanya yang dijadikan model
adalah orang tua atau guru.

Menurut Bandura ada 4 cara dalam melakukan peniruan,yaitu:


1. Perhatian (Attention)
Maksudnya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat di
pelajari. Proses ini menyatakan dianggap berpengaruh dikarenakan sebelum
sesuatu dapat dipelajari dan model, model itu harus di perhatikan. Bandura
menganggap belajar adalah proses yang berlangsung, tetapi dia menunjukkan
bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Berikut adalah
contohnya :
Misalkan anda menggendong anak usia 4 tahun sedangkan dua anak usia
4 tahun lainnya bermain di ruang lain. Saat anak A sedang memukul-mukul
anjing peliharaan dengan pelan-pelan, anak B memasukkan pisau mentega ke
stop kontak listrik. Semua orang akan belajar sesuatu dari insiden ini.
Dikarenakan diasosiasikan langsung dengan rasa sakit yang tak terduga dan
diirinngi dengan kekagetan, anak B akan belajar menghidari pisau mentega,
dan bahkan mungkin menghindari stop kontak. Anak A mungkin akan belajar,
atau setidaknya mulai belajar, untuk mennghindari anjing. Ketika anak B tiba‐
tiba menjerit dan menangis, suara itu mengagetkan anak A, dan karena kejadian
stimulus baru yang kuat dan tak terduga ini menimbulkan gerakan otonomik,
anjing menjadi diisolasikan dengan respon tidak terkondisikan terhadap
stimulus yang menegangkan. Lewat proses memerhatikan, anak di pangkuan
anda mungkin nanti akan menghindari stop kontak (jika dia memerhatikan B)
atau menghindari anjing (jika memerhatikan anak A), atau mungkin
menghindari anda. Secara incidental, karena banyak prinsip belajar berlaku
untuk anak manusia dan hewan, adalah mungkin pula bahwa si anjing itu nanti
akan menghindari anak‐anak.

2. Mengingat(Retention)
Maksudnya melakukan pengamatan kemudian menyimpannya dalam
memory dalam bentuk ingatan. Bandura beqpendapat bahwa proses retensional
disimpan melalui dua cara, yaitu secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal.
Simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang hal-
hal yang dialami model. Sedangkan secara verbal dapat dilakukan dengan
kode-kode misalnya detail rute perjalanan seorang model. Setelah informasi
disimpan secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulang dan di perkuat
beberapa waklu sesudah belajar observasional terjadi.

3. Reproduksi gerak (Reproduction)


Maksudnya melakukan suatu pengamatan kemudian mempraktekannya
dengan cara modivikasi tindakan. Contohnya seseorang mungkin sudah belajar,
lewat pengamatan atas monyet, cara rnelompat, cara melompat bergelantungan
dari satu pohon ke pohon lainnya dengan menggunakan ekor, namun ia jelas
tidak akan meniru perilaku si monyet itu karena orang tidak mempunyai ekor.
Dengan kata lain, seseorang rnungkin mempelajari sesuatu secara kognitif
namun dia tak mimpu menerjemahkan informasi itu ke dalam prilaku karena
ada keterbatasannya.

4. Motivasi
Maksudnya unsur yang paling penting dari ketiga unsur, karena ia
adalah penggerak unsur untuk melakukan sesuatu. Dalarn proses motivasi ini,
Informasi tentang penguatan atau konsekuensi yang didapatkan model dalam
proses modeling juga dapat menjadi alasan bagi pengamat dalam proses
observasi untuk memberikan respon terhadap hasil pengamatan.

2.1.1 PRESTASI BELAJAR

1. pengertian Prestasi Belajar


Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, “Prestasi” dan “Belajar” kata
prestasi berasal bahasa belanda yaitu “Perstatie”, Kemudian dalam bahasa
indonesia menjadi prestasi yang berarti “Hasil Usaha” dalam kamus Bahasa
Indoensia dikemukakan bahwa kata “Prestasi” berarti hasil yang telah dicapai.
Untuk lebih jelaskan ada beberapa penertian prestasi belajar yaitu:
1. Prestasi adalah hasil yang di capai yang sebenar-benamya di capai.
2. Prestasi adalah nilai yang di capai oleh siswa dalam berbagai tingkat
3. Prestasi adalah nilai (skor) individual merupakan indicator prestasi atau
hasil pencapaiaan yang nyata sebagai pengaruh dari hasil belajar mengajar
yang bersangkutan.
Sedangkan pengertian belajar ada bermacam-macam, pendapat-
pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Belajar
menurud Alisuf Sabri adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku yang di maksud di sini yaitu
sebagai hasil belajar itu yang terjadi melalui usaha dengan mendengar,
membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru,
melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di
mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan pengalaman.
Sedangkan menurut Cronbach, belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Rahman Abror yang dikutip Nashar berpendapat, bahwa belajar itu
menimbulkan perubahan yang relatif tetap yang membedahkan antara keadaan
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah diperlakukan
belajar.
Dari definisi-definisi diatas ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan
dalam tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
prestasi belajar dapat disimpukan sebagai hasil yang yang telah dicapai dari
aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, baik aktual maupun
potensial.
2.2.2 Jenis-Jenis Prestasi belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap rana
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta
dan rasa maupun karsa.
Menurut W.S Winkel dalam buku psikologi pendidikan yang membahas
tentang teori taksonomi. Menurut B.S Bloom, dikemukakan mengenai teori B.S
Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai tiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga
ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil
pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam menerima pembelajaran.
Dalam kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa
dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka untuk lebih spesifiknya, penulis
akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif, psikomotorik sebagai yang
terdapat dalam teori B.S Bloom berikut.

l. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Yang berisi perilaku-perilaku


yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. B.S Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6
tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian : Bagian pertama adalah berupa
pengetahuan (kategori 1) dan bagran kedua berupa kemampuan dan
keterampilan Intelektual (kateg ori 2-6).

a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan metodologi, prinsip dasar dan
sebagiannya. Pengetahuan Juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan
hal‐ hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b.Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna
dan arti yang dari bahan yang di pelajari. Pemahaman juga dikenali dari
kemampuan untuk membaca dan memahami gambar, laporan, tabel, diagram,
arahan, peraturan, dan sebagainnya.

2.Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem
yang kongkret dan baru, Di tingkat ini, seseorang memilki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainnya di dalam
kondisi kerja.

3.Analisis (Analysis)
Analisis di deflnisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
kedalam bagian‐ bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisa informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedahkan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

4. Sintesis (Synthesis)
Sintesi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
atau pola baru. Sintesi satu tingkat di atas analisis. Seorang di tingkat sintesa
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaat.

1. Affective Domain (Rana Afektif)


Berisi perilaku‐ perilaku yang menekankan aspek perasaan dan Emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan
ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan
sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
a. Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediam untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau
pejelasan yang diberikan oleh guru.
b. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, Kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c. Penghargaan (Voluing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap suatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai
dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu
dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap
batin.
d. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik
diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan
diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
1. Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex)
Memiliki sistern nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik
pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.
1. Psychomotor Domain (Rana Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam
buku Psikologi pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut
motorik karena ketrampilan ini melibatkan sesara langsung otot, urat dan
persendian, sehingga ketrampilan benar-benar berakar pada kejasmanian.
Orang yang memiliki ketrarnpilan motorik, mampu melakukan
serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan
koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari
keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan, Automatisme yaitu
gerakan-gerakan yang tejadi berlangsung secara teratur dan bejalan
dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa
yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama
ialah keterampilan membaca ayat Alkitab.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu sendiri. Prestasi
dipengaruhi dua faktor :
a. Faktor Intern
1. Faktor fifiologis, mempunyai kontribusi yang besar terhadap prestasi
belajar siswa, sekurang-kurangnya ada dua faktor yang tergolong dalam faktor
fifiologis :
a. Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik seluruh anggota badan beserta bagian-
bagiannya bebas dari penyakit. Dalam keadaan belajar anak akan terganggu
jika kesehatannya terganggu, seperti mudah pusing, badannya lemah, kurang
darah atau ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indranya
serta tubuhnya berpenyakit, oleh karena itu agar prestasi belajar sesuai dengan
yang diharapkan harus diusahakan badannya sehat dan terhindar penyakit.
b. Cacat tubuh
Adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh atau badan, misalnya buta, tuli, patah kaki, dan lain
sebagainya. Cacat tubuh ini sangat mempengaruhi terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Faktor psikologis, sangat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa,
Menurut Slameto : “Sekurang kurangnya ada 7 (intelegensi perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kelelahan) faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis itu adalah :
a. Intelegensi
Intelegensi menurut M. Dalyono “intelegensi artinya kecerdasan”
intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, seseorang yang
memiliki Intelegensi baik umumnya mdah belajar dan hasilnya pun cenderung
baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami
kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun
rendah.
b. Perhatian
merupakan keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itu semata-mata tertujuh
pada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk menjamin hasil belajar yang
baik, siswa harus mempunyai perhatian terdapat bahan yang dipelajarinya,
timbullah kebosanan, sehingga tidak suka lagi belajar.
c. Minat
minat besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar, belajar dengan
minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila
individu tertarik pada suatu yang akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi
dirinya, namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar
sulit untuk berhasil.
d. Bakat
Bakat dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar seseorang, sebab bila
seseorang mempelajari sesuatu tidak sesuai dengan bakatnya, maka
kemungkinan besar akan kurang berhasil, oleh karena itu seseorang akan lebih
berhasil kalau dia belajar sesuai dalam lapangan dan sesuai dengan bakatnya.
e. Motif
Motif dapat dikatan sebagai gaya gerak dari dalam dan didalam subjek
untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mancapai suatu tujuan.
Dalam belajar akan lebih berhasil kalau pada diri seseorang ada keinginan
untuk belajar, motif ini dapat ditanamkan kepada siswa dengan ara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan.
f. Kematangan
Kemataan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,
alat-alat tumbuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan belum berarti dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus untuk
itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran, dengan kata lain anak yang sudah
siap (matang) belum tentu dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar,
akan tetapi belajar akan lebih berhasil, jika anak sudah siap (matang).
g. Kesiapan
Kesiapan adanya kesediaan untuk memberi respon, kesediaan itu timbul
dalam diri seseorang sehubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan mempengaruhi
terhadap pretasi belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.
2. Faktor Ekstern
Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
yaitu :
a. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta family yang menjadi
penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya tehadap
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar
kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua,
rukun atau tidak kedua orang tua, akrap atau tidaknya hubungan orang tua
dengan anak-anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu
turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
b. Sekolah
keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. KualitAS GURU, metode mengajarnya kesesuaian kurikulum
dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah,
keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tatatertip sekolah, dan
sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
c. Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, jga sangat penting dalam mempengaruhi
prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,suasana sekitar
keadaan lalulintas, iklim dan sebagainya.
Misalnya, bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu
belajar. Keadaan lalulintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang
sekitar, suara pabrik, polusi, uadara, iklim yang terlalu panas, semua ini akan
mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan
iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.
Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
datang dari dalam diri siswa (ekstern), kedua faktor tesebut selalu berinteraksi,
sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2.1.4 Indikator Prestasi belajar


Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh dari
aspek kognitif, efektif dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport
siswa dalam bidang studi PAK.

2.1.5 Pendidikan Agama Kristen (PAK)


1. Pengertian pendidikan Agama Kristen
E.G Homrighausen mengatakan “Pendidikan Agama Kristen
berpengkal pada Persekutuan Umat Tuhan. Didalam perjanjian lama pada
hakekatnya dasar-dasar terdapat pada secara suci purbakala, bahwa
pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham Menjadi
nenek moyang umat Pilihan Tuhan, Bahkan bertumbuh pada Allah sendiri
karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya.
Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah : Proses pengajaran dan
pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan
bertanggung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada
semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan
dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap
aspek Kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang
berpusat pada Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan
pada murid.
Pengertian pendidikan agama kristen adalah kegiatan politis bersama
pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi
perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas Iman
kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita.
Pengertian PAK menurut parah ahli yang dirangkum oleh Paulus
Lilik Kristianto & Praktek Pendidikan Agama Kristen :

a. Hieronimus (345-420)
Pak adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi
bait Tuhan (Mat 5:48)
b. Agustinus (345-430)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar oranfg supaya “Melihat
Allah” dan “Hidup bahagia”
c. Martin Luther (1483-1548)
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar
teratur dan tertip agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita
dengan Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Disamping itu PAK
memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan
dengan pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa
kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesama termasuk masyarakat
dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam
persekutuan Kristen.
d. Jhon Calvin (1509-1664)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri
gereja agar mereka :
1. Tertip dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan
bimbingan Roh Kudus.
2. Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan Gereja.
3. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantakan pengabdian
diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta
hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah dan KemulianNya
sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

1.1.6 Tujuan Pendidikan Agama Kristen


Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan disekolah memiliki tujuanYang
jelas. Tujuan PAK bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam sejarah
keKristenan. Dimana ada komunitas Kristen di sana berlangsung proses
pegumulan itu. Itulah sebabnya maka kita menemukan banyak rumusan tujuan
tentak PAK.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa mengalami
perkembangan, khusus dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen yang
dikemukakan pendidik Kristen ( ahli pratika maupun dokmatika/teolog).
Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh. Disini
hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan pendidikan Kristen.
Marthen Luter memang tidak memakai istilah tujuan pendidikan kristen
karena istilah ini dipakai secara teratus setelah pokok pendidikan dijadikan
sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi dari karya dan perhatian Luther tehadap
pendidikan maka dapat dirumuskan tujuan pendidikan Kristen menurut
Marthen Luther yaitu menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang
keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap
warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata
lain, tujuan pendidikan agama Kristen menurut Marthen Luther yaitu
melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar
teratur dan terlibat agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira
dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka disamping
memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa,
Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka Mampu
melayani sesama termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
secara bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen yaitu Gereja (Robert R
Boehlke, 2002:340)
Menurut Calvin, pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal
orang-orang percaya dalam Firman Allah didalam bimbingan Roh Kudus
melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan Gereja sehingga
didalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan
yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus
Kristus, berupa tindakan-tindakan Kasih terhadap sesamanya.
Berdasarkan pemahaman Calvin, tentang pendidikan Kristus maka
menurut Jhon Calvin, Tujuan pendidikan Kristen adalah mendidik semua
warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas
sebagaimana bimbingan oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam
kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu
pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari-
hari, serta hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan
namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus
Kristus.
Menurut E.G Homrighausen dan I.M Enklaar, Tujuan Pendidikan
Kristen Yaitu :
1. Memimpin siswa pada pengenalan akan peristiwa-peristiwa ilahi dalam
alkitab dan pengajaran-pengajaran yang ada dalam Alkitab.
2. Membimbing siswa dengan kebenaran firman Allah yaitu Alkitab.
3. Mendorong siswa melakukan mempraktekkan ajaran-ajaran Alkitab.
4. Meyakinkan siswa tentang kebenaran-kebenaran Alkitab untuk pemecahan
masalah dalam kehidupan.

Tujuan Utama pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk


mengalami perjumpaan dengan Kristus, Mengasihi Allah dengan sungguh-
sungguh, hidup dalam ketaatan serta mampu mempraktekkan imamnya dalam
kehidupan sehari-hari.
1.7.7.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut; Allah
Titunggal (Allah Bapa, Anak, dan Roh KUDUS) dan karya-Nya Nilai-nilai
kristiani. Pada jenjang SD peserta didik diperkenalkan pada hakikat Allah dan
perspektif hubungan-Nya dengan manusia. Allah tidak berkarya di dalam ruang
kosong, tetapi berkomunikasi dengan manusia. Allah membina relasi dengan
manusia melalui kerya-Nya.
1.1.6.1 Kerangka Berpikir
Tingkah laku merupakan dasar yang paling penting dalam keberhasilan
proses pembelajaran. Jika siswa merasa senang dalam belajar, maka ia akan
dengan cepat mengerti dan memahami materi yang diberikan guru. Karena
Tingkah laku adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
memegang beberapa kegiatan. Jika kegiatan diminati seseorang itu akan
diperhatikan terus menerus yang disertai perasaan senang, maka ia dapat
mengembangkan minat pada sesuatu yang pada dasarnya membantu Siswa
melihat bagaimana hubungan materi yang diharapkan dapat dipelajarinya
dengan dirinya sendiri (individu). Proses ini mengajukan kepada siswaaa
bagaimana pengetahuan atas percakapan tentu mempengaruhi dirinya, melayani
tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Tingkah laku besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka mereka
tidak belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, bahan pelajaran yang menarik
perhatian siswa, akan lebih mudah dipahami dan diingat karena minat
menambah keinginan belajar.
Oleh karena itu, Tingkah laku belajar turut menentukan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik dan kondusif. Dengan terciptanya suasana
belajar mengajar dan kondusif, maka siswa akan termotivasi untuk mengikuti
pelajaran.
Tingkah laku tidak dibawah sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Begitu pula halnya dengan tingkah laku siswa dalam mengikuti pelajaran : Ia
tidak akan timbul tanpa ada pengaruh dari luar dirinya.

1.1.6.2 Hipotesis
Didalam penelitian ini perl sekali adanya hipotesis, karena hipotesis
sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau
generalisasi yang akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya. Dalam
penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan yang nyata antara tingkah laku belajar dengan
prestasi belajar PAK
Ho : Tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkah laku belajar
dengan pretasi belajar PAK

Anda mungkin juga menyukai