Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


1. PENGERTIAN ETIKA PANCASILA

Pancasila berasa dari Bahasa sangsekerta yang merupakan


gabungan dari dua kata yaitu “panca” yang artinya lima dan “syila”
yang artinya dasar, sehingga “pancasyila” dapat diartika lima
aturan tikah laku yang penting, berdasarkan tentang catatan sejarah
budha apa bila dikaitkan dengan Pancasila “sila” memiliki fungsi
sebagai perlindungan diri.
Fungsi sila-sila sebagai berikut :
1. Menghindari membunuh
Melindungi mahluk lain dari penderitaan, menghindari terjadinya pembunuhan sesame
mahluk hidup, dan apabila sila terjadi pelanggaran terhadap sila ini akan terjadinya
pertumpahan darah.

2. Menghindari mencuri
Agar manusia terhindar dari penderitaan dan kedamaian fisik maupun mental, dan apabila
terjadi pelanggaran maka akan mengakibatkan kegelisahan karena perampokan maupun
pencurian akan menyebabkan kegelisahan dan kesengsaraan.

3. Menghindari berbuat asusila


Penghindaran diri dari perbuatan seksual yang tidak sah akan membawa kedamaian dan
ketenangan bagi semua mahluk hidup, dan apabila terjadi pelanggaran maka akan mengikuti
nafsu dan kesenangan sementara.
4. Menghindari berkata bohong
Menghindarkan kesesatan maupun malapetakan, apabila terjadi pelanggaran
maka orang akan enggan untuk percaya kepada orang tersebut.

5. Menghindari minuman yang memabukkan


Terhindar dari kerusuhan yang tidak terkendali dan terjauh dari kemaksiatan
dan hal-hal yang merugikan diri kita sendiri, dan apabila terjadi pelanggaran
maka orang tersebut akan mendapatkan malapetaka.
Kemudian istilah resmi Pancasila ini di usulkan oleh Ir. Soekarno pada sidang pertama
BPUPKI pada tanggal 1 juni, nilai objektif, nilai intersubjektif dan pemaknaannya
dalam tiap-tiap sila Pancasila, yaitu sebagai berikut:

1. Ketuhan yang maha esa


Dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang mengingkari adanya tuhan
dengan toleransi beribadah beribadah menurut kepercaan dan keyakinan masing-
masing.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap


Mereka harus dilakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sesuai fitrahnya sebagai
mahluk tuhan yang maha esa

3. Persatuan Indonesia
Indonesia mengajarkan menjunjung tinggi rasa nasionalisme agar mengatasi paham
golongan suku bangsa serta keturunan.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan.
Disini kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, perwakilan adalah
suatu sistim dalam arti prosedur mungusahan turut sertanya rakyat
mengambil bagia dalam kehidupan bernegara melalui Lembaga
perwakilan, dan dimana permusyawaratan adalah salah satu tata cara
untuk memutuskan suatu yang merupakan kehendak rakyat sehingga
tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan atau mufakat.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan
kehidupan bermasyarakat.
2. Nilai
Di dalam Dictionary of Sociology and Related Science disebutkan
bahwa nilai adalah kemampuan untuk dapat dipercayai yang
melekat pada sebuah benda sehingga dapat memuaskan manusia.
Sifat dari sebuah benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok.
Prof. Notonegoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian terbagi atas nilai kebenaran,nilai
keindahan,nilai moral, dan nilai religi.
3. MORAL
Moral berasal dari kata ‘mos/mores’ yang berati kesusilaan, tabiat, dan kelakuan. Moral yaitu ajaran
tentang hal yang baik dan buruk menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral juga dapat berupa
kesetiaan dan kepatuhan terhadap nilai – nilai dan norma. Sebagaimana nilai dan norma, maka moral pun
dapat dibedakan seperti:
• Moral Ketuhanan atau agama
• Moral Filsafat
• Moral Etika
• Moral Hukum
• Moral Ilmu
Nilai, moral dan norma secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
4. NORMA
Norma adalah kaidah atau pedoman untuk mewujudkan suatu nilai.Wujud kaidah
atau pedoman tersebut bisa berupa perintah atau larangan.
• Macam-macam Norma :
1.Norma Agama
2.Norma Kesopanan
3.Norma Kesusilaan
4.Norma Hukum
Berdasarkan Kekuatan mengikatnya,norma dibagi :
1.Cara (usage)
2.Kebiasaan (flokways)
3.Tata kelakuan (mores)
5. KESIMPULAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
PANCASILA
• Nilai adalah kemampuan yang melekat pada sebuah benda untuk dapat dipercaya dan dapat
memuaskan manusia. Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan, dambaan, dan
keharusan

• Moral berasal dari kata mos/mores yang artinya kesusilaan, tabiat dan kelakuan. Moral adalah
ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.

• Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, social, moral, dan religi.
Selain itu juga norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai
untuk dipatuhi.
6. NILAI DASAR

Nilai dasar adalah nilai yang dipilih untuk


diwujudkan sebagai kenyataan yang pada umumnya
adalah refleksi dan berhubungan dengan nilai-nilai yang
objektif, positif, intrinsik, dan transenden.
7. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman dari nilai
dasar. Nilai dasar belum bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar
itu belum memiliki parameter atau ukuran yang jelas dan kongkrit.
Apabila nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari hari, maka nilai tersebut akan
menjadi norma moral. Apabila nilai instrumental itu berkaitan
dengan negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan
kebijakan atau strategi yang bersumber sebagai nilai dasar.
8. NILAI PRAKSIS

Pengertian dari Nilai Praksis adalah nilai yang sesungguhnya


dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai
praksis juga dapat berubah/diubah atau bisa juga dikatakkan
nilai praksis merupakan penerapan dari nilai instrumental
dan nilai ideal pada kehidupan sehari hari.
9. HUBUNGAN NILAI, NORMA, DAN MORAL

• Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa etika terdiei atas nilai,
moral dan norma. Ketiga bagian ini saling berkaitan dan berhubunhan satu sama lain
dalam mengatur bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam kehidupannya
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketiga bagian ini memiliki ikatan yang
erat antara yang satu dengan yang lainnya untuk membangun sebuah sistem etika.
Dalam kaitannya dengan hubungan ketiga aspek tersebut, Pancasila pada prinsipnya
meripakan sebuah sistem etika yang dibangun dari satu kesatuan niali, moral dan
norma yang bersumber dari tugan dan keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia.
10. PENGERTIAN POLITIK
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk,
atau yang berkaitan dengan warga negara). politik adalah seni
dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Pengertian politik secara umum adalah
sebuah tahapan untuk membentuk atau membangun posisi-
posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai
pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi
masyarakat.
11. PENGERTIAN POLITIK PANCASILA

Nilai-nilai asas moral yang disepakati bersama


baik pemerintah maupun masyarakat untuk
dijalankan dalam proses pembagian kekuasaan
dan pelaksanaan keputusan yang mengikat demi
kebaikan bersama
12. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila
Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini disusun menurut
pengelompokan pancasila, karena pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan
tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern.

1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif, damai,
toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama,
kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan
kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2. Hak asasi manusia


Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusian yang adil dan beradab. Karena hak-hak
asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan.
Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian
sebagai berikut.
a) Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian negara, masyarakat, melainkan
karena pemberian sang pencipta .
b) Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh
negara modern.
3. Solidaritas bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang lain,
bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak
hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas
manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok agama,
kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi
seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.

4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau sekelompok
ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi
berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka
dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak
masyarakat ke dalam tindakan politik.

5. Keadilan sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara
ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak
sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan
sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar
ras, suku dan budaya.
13. PENERAPAN

• Ada dasar yang fundamental dalam memfungsikan sistem politik yang memadai.
Beberapa saran penerapan etika politik di Indonesia, adalah sebagai berikut.
• Pertama, membuat masyarakat menjadi kritis. Franklyn Haiman (1958)
mensyaratkan adanya peningkatan kapasitas rasional manusia. Upaya persuasi
seperti kampanye politik, komunikasi pemerintah, periklanan, dan lain-lain, adalah
suatu teknik untuk mempengaruhi penerima dengan menghilangkan proses berfikir
sadarnya dan menanamkan sugesti atau penekanan pada kesadaran, agar
menghasilkan perilaku otomatis yang tidak reflektif.
• Kedua, mengembangkan kebiasaan meneliti. Semua pihak: masyarakat (melalui
LSM), media massa, perguruan tinggi, politisi atau penguasa, sebaiknya
mengembangkan kebiasaan meneliti. Peningkatan rasionalitas pada masyarakat
selayaknya dibarengi dengan kemauan politisi dalam bersikap adil ketika memilih
dan menampilkan fakta dan data secara terbuka.
• Ketiga, kepentingan umum daripada pribadi atau golongan. Politisi hendaknya
mengembangkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan.
Motif pribadi atau golongan, atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan
kolektif oleh publik, sungguh suatu tindakan tercela.
• Keempat, menghormati perbedaan. Etika politik juga dapat dilaksanakan dengan
menghormati perbedaan pendapat dan argumen. Meski diperlukan adanya
kerjasama dan kompromi, nilai dasar hati nurani, perlu menjadi batasan pembuatan
kebijakan.
14. Contoh berpolitik yang tidak berlandaskan pancasila

Pada zaman soeharto terjadi penyimpangan karena tidak


berlandaskan pancasila
Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dan tertangkap
tangan kpk karena kepemimpinan yang melupakan nilai-nilai
pancasila.
Politik uang saat pemilu
Contoh salah berpolitik
dalam lingkup
perkuliahan, karena
hanya berfikir
berdasarkan opini
beberapa orang tampa
melihat fakta yang
terjadi.
15. ETIKA POLITIK DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA
• Etika politik lebih banyak bergerak dalam wilayah, dimana seseorang secara ikhlas
dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku tanpa adanya rasa takut kepada sanksi
daripada hukum yang berlaku. Dalam demokrasi liberal, sering ditemukan apabila
seseorang kepala pemerintahan gagal melaksanakan tugasnya sesuai dengan
janjinya saat kampanyepemilihan umum, atau dituduh terlibat korupsi yang belum
sampai dibuktikan dipengadilan, makan oemimpin itu mengundurkan diri. Ada suatu
pandangan dalam demokrasi liberal bahwa jabatan public ( perdana menteri,
anggota parlemen, hakim, pegwai birorasi, dan lain-lain) dianggap suci, muli dan
terhormat.
16. ETIKA POLITIK DALAM BERNEGARA

Dalam uraian etika politik dan pemerintahan dinyatakan,


bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
efesien serta efektif dan menumbuhkan suasan politik
demokratis yang bercirikan keterbukaan, maka rasa
tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
harus menjungjung tinggi hak asasi manusia, serta
keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
17. KESIMPULAN DARI PANCASILA SEBAGAI
ETIKA POLITIK

• Etika terdiri atas nilai, moral, dan norma. Ketiga hal ini saling
berkesinambungan.
• Permasalahan dari etika politik yaitu mengenai legitimasi
etis ( prinsip moral ) dan legalitas ( sesuai hukum ).
• Nilai dasar ( Pembukaan UUD 1945 ), instrumental ( Batang
tubuh UUD 1945 ), dan praktis ( Ketetapan MPR RI, UU, PP,
Perpu, Kepres, dan Perda).
• Nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam politik bangsa
dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai