Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA DAN ETIKA POLITIK

DOSEN PENGAMPU :

H. I MADE OKA MERTAJAYANO, S.E., M.A., CHE

PENYUSUN :

KELOMPOK 6
1. FIMANDA (202300296)
2. SAFIRA PERMATA A. (202300309)

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN KONVENSI DAN ACARA


POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG
JALAN SAPTA PESONA NO.10 KEC.SILABRANTI, KOMPLEK
JAKABARING SPORT CITY
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan dasar Negara dan sekaligus ideologi bangsa, oleh
sebab itu nilai-nilai yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan
landasan dan tujuan mengelola kehidupan Negara, bangsa maupun
masyarakat. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan norma
moral dalam menyelenggarakan Negara menuju cita-cita sebagaimana
dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk
mencapai cita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan, Pancasila yang
diakui sebagai dasar negara, sebagai pedoman dan tolak ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia, harus dipahami, dihayati dan
diamalkan dalam tata kehidupan berpolitik. Etika politik adalah keputusan
dan kebijakan pancasila sebagai nilai-nilai dasar negara yang harus dijabarkan
melalui perundang-undangan, peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh
penguasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Pancasila sebagai sumber Etika Politik?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai, norma, dan moral?
3. Bagaimana fungsi Pancasila sebagai sistem Etika Politik?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari Pancasila sebagai
sumber Etika Politik
2. Untuk mengetahui serta memahami apa itu nilai, norma, dan moral
3. Untuk mengetahui serta memahami apa fungsi Pancasila sebagai sistem
Etika Politik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik


Pancasila sebagai sistem etika merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan
atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut
membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
 Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas
yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya.
 Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan
manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.
 Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan
(mitsein), cinta tanah air.
 Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai
orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
 Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang
lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup.
Pancasila diperlukan sebagai sistem etika dalam kehidupan politik untuk
mengatur sistem penyelenggaraan negara.
1. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika Kehidupan
Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional
terhadap nilai moral yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang
bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena pejabat diberi hadiah oleh
seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima
hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan.
Sehingga tidak tahu kalau perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.
Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem
etika meliputi :
 Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap,
tindakan serta keputusan yang akan diambil setiap warga negara.
 Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar
memiliki orientasi yang jelas dalam pergaulan regional, nasional
dan internasional
 Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat
penyelenggara negara sehingga mencerminkan semangat
kenegaraan berjiwa Pancasila
 Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang
dalam berbagai bidang kehidupan

Pancasila Sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:

1.) Sila Ketuhanan, mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin


prinsip moral. Setiap perilaku warga negara didasarkan pada
prinsip moral yang bersumber pada norma agama. Ketika prinsip
moral berlandaskan pada norma agama, maka akan memberikan
kekuatan pada prinsip agar dilaksanakan oleh pengikutnya.
2.) Sila Kemanusiaan, memiliki prinsip tindakan kemanusiaan
diimplikasikan melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata
pergaulan antar manusia dan antar makhluk yang berdasar pada
nilai kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).
3.) Sila Persatuan, memiliki arti kesediaan hidup bersama di atas
kepentingan individu dan kelompok dalam kehidupan bernegara.
Landasannya adalah nilai solidaritas dan semangat kebersamaan
yang melahirkan kekuatan dalam menghadapi ancaman pemecah
belah bangsa.
4.) Sila Kerakyatan, sebagai sistem etika terletak pada konsep
musyawarah untuk mufakat.
5.) Sila Keadilan, sebagai perwujudan dari sistem etika tidak
menekankan pada kewajiban saja (deontologi) atau tujuan saja
(teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan
(virtue ethics).

2. Etika
Secara etimologi istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos”
yang berarti kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan atau mengajarkan tentang keluhuran budi baik dan
buruk. Etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pengertian etika secara
umum merupakan suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia
didalam pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan
tentang tingkah laku yang benar.
Gambar 1.1 Tidak mencontek merupakan salah satu etika dalam melaksanakan
ujian sekolah

Dalam etika terdapat 3 aliran etika, yaitu etika keutamaan, teleologis,


deontologis.
 Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang
mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang
perbuatan manusia itu baik atau buruk.
 Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari
tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan
dan dilawankan dengan kewajiban. Etika teleologis ini
menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan
pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya.
Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya
kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan
akhir yang diinginkan. Etika teleologis juga terbagi menjadi
beberapa aliran, yaitu eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.
 Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan
kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya
membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral mengandung
kemestian untuk melakukan tindakan. Pertimbangan tentang
kewajiban moral lebih diutamakan daripada pertimbangan tentang
nilai moral.
Aliran Etika dan Karakteristiknya

Aliran Orientasi Watak Nilai Keterangan


Etika Keutamaan Disiplin, Moralitas yang didasarkan pada
Keutamaan atau kebajikan kejujuran, belas agama kebanyakan menganut etika
kasih, murah keutamaan.
hati, dan
seterusnya
Teleologis Konsekuensi Kebenaran dan Aliran etika yang berorientasi pada
atau akibat kesalahan konsekuensi atau hasil seperti:
didasarkan pada Eudaemonisme, Hedonisme,
tujuan akhir Utilitarianisme.
Deontologi Kewajiban Kelayakan, Pandangan etika yang
atau kepatutan, mementingkan kewajiban seperti
keharusan kepantasan halnya pemikiran Immanuel Kant
yang terkenal dengan sikap
imperatif kategoris, perbuatan baik
dilakukan tanpa pamrih.

3. Politik
Secara etimologi, kata "politik" berasal dari bahasa Yunani kuno
"politikos," yang berarti "yang berkaitan dengan kota atau negara." Dalam
bahasa, "politik" merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan
pemerintahan, kebijakan, atau aktivitas yang terkait dengan pengaturan
masyarakat atau negara. Jadi, dalam bahasa, arti politik adalah segala hal
yang berhubungan dengan urusan pemerintahan dan pengambilan keputusan
dalam suatu negara atau komunitas.
4. Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
Sebagai sumber segala sumber Pancasila merupakan satu-satunya
sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut
diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan penguasa. Pancasila sebagai sumber dari segala
norma hukum, norma moral, dan norma kenegaraan. Pancasila sebagai
sumber etika politik memiliki makna bahwa dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, seluruh aspek yang menyangkut kekuasaan,
kebijaksanaan yang berkaitan dengan publik, dan pembagian kewenangan
harus berdasarkan legitimasi moral religius, legitimasi hukum, dan
legitimasi demokrasi. Etika politik juga memberikan sanksi moral bagi
pelanggaran-pelanggaran nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan politik.
Pancasila sebagai sistem etika berarti sila-sila pancasila saling berhubungan
untuk satu tujuan tertentu yang dimana secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai sistem etika bertujuan untuk
mewujudkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa ,dan bernegara.
Pancasila merupakan dasar etika politik bagi bangsa Indonesia. Hal ini
mengandung pengertian nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila. Nilai-
nilai pancasila bersifat universal (umum) yaitu berlaku bagi semua manusia
dan bangsa (negara) tanpa ada batasan tertentu dan akan bersifat khusus
apabila dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia (nasional). Nilai-nilai yang ditetapkan
menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai gagasan perilaku politik dan
sikap moral bangsa. Nilai-nilai khusus yang terdapat pada Pancasila dapat
ditemukan didalam sila-silanya.

5. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai
sistem etika meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi
penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga
negara.
b. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan
baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.
c. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga
tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa
Pancasila.
d. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga
negara.

6. Implementasi Pancasila Sebagai Etika Politik


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara,
membawa konsekuensi bahwa nilai-nilai pancasila harus diimplementasikan
dalam sikap dan perilaku manusia dalam bidang politik. Dalam teori politik,
tindakan pengambilan keputusan, sikap maupun perilaku politik yang etis
harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai fundamental etika yang telah
dikembangkan secara substansial maupun prosedural. Pancasila sebagai
suatu sistem nilai sesungguhnya di dalamnya terkandung nilai-nilai etika
yang sangat fundamental bagi sikap dan perilaku politik bangsa Indonesia
karena secara substansial, nilai-nilai yang dikandung di dalamnya digali
dari akar budaya bangsa Indonesia itu sendiri. Hal itu dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a) Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai dasar manusiawi yang
berhasil ditemukan dalam kehidupan bangsa Indonesia
b) Nilai-nilai dasar tersebut disusun sebagai satu kesatuan yang
sistematis dan ditetapkan sebagai Dasar Negara RI
c) Nilai-nilai dasar tersebut merupakan nilai-nilai moral yang secara
aktual dapat menjadi pedoman bangsa Indonesia
d) Rumusan Pancasila sebagai dasar negara yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 tampak masih begitu umum dan abstrak,
sehingga sulit untuk langsung dijadikan pedoman dalam kehidupan
kita
e) Nilai-nilai Pancasila masih harus dicari dan ditemukan dalam
rumusan Pancasila, bahkan nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan lebih
lanjut untuk dapat diwujudkan

7. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Perlunya pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara bertujuan untuk memberikan landasan etika moral
bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan
dalam berbagai aspek, menentukan pokok-pokok etika kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, serta menjadi kerangka acuan
dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-
pokok kaidah Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung
pula konsep-konsep sebagai sebagai berikut:
1) Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik
Negara (Negara Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan
Negara asas kerohanian Negara (Pancasila).
2) Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
undang-undang dasar Negara Indonesia…”. Hal ini menunjukkan
adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tidak dapat diganggu gugat.

Etika politik mengandung aspek individu dan sosial. Disatu pihak, etika
politik merupakan etika individu dan sosial. Etika individu membahas
kualitas moral pelaku politik dan etika social karena merefleksikan masalah
hukum, tatanan sosial, dan institusi yang adil. Di pihak lain, etika politik
sekaligus etika institusional dan etika keutamaan. Institusi dan keutamaan
merupakan dua dimensi etika yang saling mendukung. Etika politik
memiliki 3 dimensi, yaitu sebagai berikut :

1) Tujuan politik, dalam upaya mencapai kesejahteraan rakyat dan


hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan,
bagaimana menciptakan kearifan-kearifan dalam diri setiap manusia
terutama bagi pelaku politik.
2) Sarana politik,yang memungkinkan pencapaian sebuah tujuan.
Menurut Haryatmoko, dimensi ini meliputi sistem dan prinsip-
prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan
yang mendasari institusi-institusisosial.
3) Aksipolitik,memegang peranan sebagai instansi yang menentukan
“rasionalitaspolitik”.

B. Nilai, Norma, dan Moral


1. Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatubenda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Dalam kaitannya
dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan kepada tiga macam,
yaitu :
1) Nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang
dalam dari nilai-nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat universal
karena menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu.
Contohnya, hakikat Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya.
2) Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan
dari nilai dasar. Jika nilai instrumental ini berkaitan dengan tingkah
laku manusia, maka hal itu akan merupakan suatu norma moral.
Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan organisasi atau
negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan,
kebijaksanaan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar.
3) Nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai
penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis
dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.
Berikut nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik :
 Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan
sumber peraturan perundang-undangan merlainkan juga sumber
moralitas utama dalan hubungannya dengan legitiminasi
kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan.
 Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang
adil dan beradab, adalah merupakan sumber nilai - nilai moral
bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
 Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan
kekuasaan dan penyelenggaraan negara pada ligitiminasi religius.
 Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan pada legitiminasi
religius melainkan mendasarkan pada legitiminasi hukum dan
demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan
dengan legitiminasi moral.
 Inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan Yang Maha
Esa dengan teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak
mendasarkan pada legitiminasi religius, namun secara moralitas
kehidupan negara harus sesuai dengan nilainilai yang berasal dari
Tuhan, terutama hukum serta moral dalam kehidupan bernegara

2. Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma merupakan
suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan
sanksi, misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam
pergaulan masyarakat
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat Negara.

3. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada
aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan norma dan pengertian yang
menentukan baik atau buruknya sikap dan perbuatan manusia. Dengan
memahami norma-norma, manusia akan tahu apa yang harus atau wajib
dilakukan dan apa yang harus dihidari.

Hubungan antara nilai, norma dan moral. Moral adalah suatu ajaran
kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak agar manusia menjadi manusia yang baik. Etika
adalah suatu cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral tersebut. Nilai merupakan bagian cari
norma, norma merupakan ajaran dan moral adalan aplikasi dari moral.

C. Fungsi Pancasila Sebagai Sistem Etika Politik


Pancasila sebagai sistem etika politik memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
 Memberikan pedoman bagi penyelenggara negara untuk bertindak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan kekuasaan,
kebijakan, dan kewenangan.
 Memberikan arah bagi pembangunan nasional yang berlandaskan pada
nilai-nilai Pancasila dalam mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.
 Memberikan landasan bagi pengawasan masyarakat terhadap
penyelenggara negara agar tidak menyimpang dari nilai-nilai Pancasila
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
 Memberikan motivasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan politik yang demokratis, beradab, dan bertanggung jawab.

Pancasila memiliki hubungan yang erat dengan etika politik. Pancasila


merupakan sumber nilai, norma, dan moral yang dapat memberikan legitimasi
hukum, demokratis, dan moral dalam penyelenggaraan negara. Pancasila juga
dapat mengatasi berbagai masalah yang mengancam kehidupan bernegara,
seperti dekadensi moral, korupsi, kurangnya kontribusi, pelanggaran HAM,
dan kerusakan lingkungan. Pancasila sebagai sistem etika dapat membentuk
karakter bangsa yang beradab, berintegritas, dan berkeadilan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa etika politik
termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang kehidupan
politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam kegiatan,
dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman dan
mengacu pada butir-butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan tujuan
demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan
semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam hubungan
dengan etika politik bahwa pengertian politik harus dipahami secara lebih
luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur yang membentuk sesuatu
persekutuan hidup yang disebut Negara dan Masyarakat. Dalam kapasitas
berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam menentukan
tindakan harus bisa dipertanggungjawabkan, sesuai aturan yang telah
ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekelilingnya.

B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikansecara mendalam sehingga dalam
kehidupanberbangsa, bernegara dan bermasyarakat sertaberpolitik dalam
berbagai segi kegiatan dapat terwujud dengan baik dan lancar. Untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah selaku
pemegang amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati
peraturan yang telah ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara
ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut, pemerintah yang
didukung penuh oleh rakyat, karena kedaulatan tertinggi berada di tangan
dan rakyat merupakan bagian terpenting dari terbentuknya suatu Negara.
DAFTAR PUSTAKA

2_20221025055042_Makalah Kelompok 4_ Etika Politik Berdasarkan


Pancasila (1).pdf, diakses pada 20 September 2023
Haryatmoko.2014.EtikaPolitikdanKekuasaan.Jakarta:PT.KompasMediaNusan
tara
http://yumnaku.blogspot.com/2012/06/mencontek.html, diakses pada 20
September 2023
Imran,Ali.2016.PendidikanPancasiladiPerguruanTinggi.Jakarta:PTRajaGrafi
ndoPersada.
Makalah Pancasila sebagai Etika Politik - i MAKALAH PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK KATA - Studocu , diakses
pada 20 September 2023
Nilai-nilai Pancasila sebagai Etika Politik beserta Contoh Penerapannya |
kumparan.com, diakses pada 19 September 2023
Pancasila sebagai Sistem Etika Politik – Universitas Islam An Nur Lampung
(an-nur.ac.id), diakses pada 20 September 2023
(Pertemuan IV) Pancasila sebagai etika (moral) Politik.pdf , diakses pada 19
September 2023
Ristekdikti.2016.PendidikanPancasilaUntukPerguruanTinggi.Jakarta:Ristekd
ikti

Anda mungkin juga menyukai