Anda di halaman 1dari 6

Wardah Wuri Aisyati

S1-Psikologi / 111911133053

Kelas B-4.1

Mata Kuliah Pancasila, Dosen Pengampu : Reizza Al- Ariyah

Pancasila Sebagai Sistem Etika

Setelah membaca beberapa referensi mengenai Pancasila sebagai sistem etika,


berikut saya mencoba untuk mengulas mengenai materi tersebut. Sebagai manusia
kita diciptakan oleh Allah SWT. memiliki akal. Salah satu fungsi menjadi manusia
yang berakal ialah dapat mempertimbangkan hal yang baik maupun buruk sebelum
bertindak. Selain itu, secara hakiki Allah SWT menjelaskan di dalam beberapa
firman-Nya bahwa Dia menciptakan manusia untuk diberi tugas sebagai salah satu
makhluk Allah yang beriman dan mempunyai aqidah serta berakhlakul karimah. Hal
tersebut menjadi salah satu latar belakang Pancasila mengandung nilai-nilai yang
luhur sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkelanjutan.

Nilai-nilai yang luhur tersebut telah dipercayai oleh seluruh bangsa Indonesia
sebagai pedoman yang mengatur segala bidang kehidupan. Sebab Pancasila sudah
disepakati menjadi sebuah ideologi bangsa yang dapat membentuk cara pandang
bangsa Indonesia demi mewujudkan tujuan nasional sekaligus cita-cita bangsa.
Dalam mengatur segala kehidupan bangsa, khususnya warga negara, Pancasila berarti
dapat mengatur tindakan serta perilaku yang sesuai jati diri bangsa. Dengan kata lain,
Pancasila dapat menjadi dasar pedoman tata kelakuan atau etika.

Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi yang lain. Pada umumnya, etika sebagai pemikiran filosofis
mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia.
Seperti halnya moralitas sebagai keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan
prinsip-prinsip yang mengaturnya memiliki kesamaan makna dengan etika
(Sastrapratedja, 2002: 81).

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori
yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan
manusia itu baik atau buruk. Selanjutnya, Etika teleologis adalah teori yang
menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau
kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin
berniat sangat baik atau mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil
tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral
sebagai tindakan yang tidak etis. Selain itu, Etika deontologis adalah teori etis yang
bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya
membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang
seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan.

Nilai-nilai dasar Pancasila juga dapat dikaji melalui sudut pandang filosofis.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
yang pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Pengertian
Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat antar nilai yang terkandung dalam
masing-masing sila. Pernyataan tersebut memperjelas kembali bahwa kelima sila
memiliki esensi makna yang utuh yang berpengaruh pada kehidupan bangsa ini.
Bahkan nilai-nilai Pancasila juga merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai
atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai Pancasila dan etika,


keduanya memiliki kesamaan pandangan filosofis, yakni mengenai tindakan yang
memiliki kesesuaian nilai dengan kehidupan masyarakat. Selain itu, keduanya juga
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik dan terutama
sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Hal tersebut telah dijelaskan pada
pembukaan undang-undang dasar tahun 1945.

Dalam hal ini Pancasila dan etika dapat disebut sebagai etika Pancasila.
Pengertian dari etika Pancasila adalah etika yang didasarkan pada nilai baik dan
buruk selaras dengan nilai-nilai Pancasila yaitu, Nilai ketuhanan mengandung
dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang
Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya; Nilai kemanusiaan
mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu
upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama; Nilai
persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta
tanah air; Nilai kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai
orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain; Serta nilai keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib
orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain. Suatu perbuatan dikatakan baik
bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, tetapi
bagaimana memposisikan nilai-nilai yang ada menjadi suatu hal yang lebih
memberikan manfaat kepada yang lain.

Untuk itu, Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life
bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam
bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dan mewujudkan situasi yang harmonis
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga nanti akan
terjadi kehidupan yang seimbang antara individu satu dengan yang lain.
Seiring berjalannya waktu, membawa kita berada di era globalisasi yang
semakin pesat ditandai dengan munculnya kecanggihan alat-alat teknologi. Hal ini
tentunya menimbulkan beberapa dampak bagi kehidupan manusia, khususnya
generasi muda. Tak hanya dampak positif yang dirasakan oleh kita, dampak negatif
turut mengiringinya juga. Salah satunya terjadi degradasi moral pada generasi muda.
Tak jarang mereka mulai tidak menghiarukan nilai-nilai Pancasila yang terpatri dalam
diri bangsa Indonesia. Seringkali saya melihat mereka bertindak seenaknya sendiri
dan memiliki rasa kecongkaan yang sungguh menyayat hati

Degradasi moral atau mulai melunturnya moralitas ini melanda generasi muda
dapat membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak
mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang
melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah.
Degradasi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-
nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh
dekadensi moral, antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas,
rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di
kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral
dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Menurut saya, adanya Pancasila sebagai sistem etika ini perlu dipahami oleh
seluruh masyarakat Indonesia, terutama para generasi muda. Mereka termasuk ke
dalam generasi penerus bangsa. Negara ini perlu nahkoda yang memiliki moralitas
sesuai nilai-nilai Pancasila agar cita-cita bangsa tetap terwujud dari generasi ke
generasi. Pendidikan karakter tentunya perlu ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini,
keluarga merupakan media belajar pertama bagi anak seharusnya tidak menganggap
hal ini menjadi remeh. Setiap orang yang berada di rumah saling berbagi peran dalam
menanamkan Pendidikan karakter pada anak, termasuk ayah, ibu, ataupun keluarga
lain. Agar tidak terjadi kesesatan dalam berpikir yang dialami oleh anak terhadap
Pancasila sebagai sistem etika ini. Sehingga nantinya anak ini menjadi generasi emas
yang tetap setia terhadap ideologi kita. Sedangkan saran saya sebagai mahasiswa,
sebelum kita mengajak orang lain, hendaknya kita mengevaluasi diri sendiri terlebih
dahulu. Apakah kita sudah menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari? Atau apakah kita sudah menjadi seorang manusia yang bermoral?

Setelah itu, barulah kita dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-


hari dengan memberikan contoh pada orang lain untuk berperilaku sesuai nilai-nilai
Pancasila sambal terus mengajak dan mensosialisasikan mengenai pentingnya
Pancasila sebagai sistem etika melalui berbagai forum. Hendaknya kita juga memiliki
kepekaan sosial yang tinggi terhadap segala sesuatu yang terjadi pada lingkungan
sekitar. Bukan hanya berorientasi melalui teori, tetapi juga kita harus
mengimplementasikannya. Sehingga kita dapat mewujudkan keinginan setiap insan
dapat menjadi manusia baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan
demikian, kita dapat ikut serta berperan menjadi agent of change atau agen perubahan
untuk Indonesia maju dan terus mewujudkan tujuan nasional serta cita-cita bangsa.
References
Amri, S. R. (2018). PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA . JURNAL VOICE OF MIDWIFERY , 760 -
768 .

Asmaroini, A. P. (2017). MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA DAN PENERAPANNYA BAGI


MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 50-64.

Haryatmoko. (2011). Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Nurwardani, P. d. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Pujiningsih, S. (2017). Hubungan Antara Hukum dan Etika dalam Politik Hukum di Indonesia
(Membaca Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Sumber Etik). Pena Justisia: Media
Komunikasi dan Kajian Hukum , 28-36.

Putra, Z. (2018). Implementasi pendidikan Pancasila sebagai character building mahasiswa di


Universitas Sembilanbelas November Kolaka. Jurnal Citizenship: Media Publikasi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan , 9-13.

Anda mungkin juga menyukai