Anda di halaman 1dari 6

Wardah wuri Aisyati

S1 Psikologi/ 111911133053

Kelas B-4.1

Tugas Review Mata Kuliah Pancasila

Pancasila Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak beberapa abad yang lalu
berawal dari munculnya para nabi dan utusan Allah yang membawa peradaban
manusia meninggalkan zaman jahiliyah hingga munculnya zaman rennaisance.
Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan juga ditandai dengan adanya Revolusi
Industri pertama kali yang terjadi sekitar tahun 1750 – 1850. Saat itu, terjadi
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi. Perubahan tersebut ikut berdampak pada kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya di dunia.

Di Indonesia sendiri perkembangan ilmu pengetahuan sudah terjadi sejak


zaman penjajahan. Para bangsawan yang memiliki kesempatan untuk bersekolah
tentu sangat memanfaatkan kesempatan itu. Banyak sekali pejuang-pejuang di bidang
Pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara yang diberi penghargaan sebagai Bapak
Pendidikan Indonesia. Selain itu, sebagai bukti bahwa Indonesia sangat memandang
bahwa pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan ialah tertera pada tujuan
nasional dan cita-cita bangsa di pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Terdapat penyataan “Mencerdaskan kehidupan bangsa” tersebut mengacu


pada pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Amanat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang terkait dengan mencerdaskan kehidupan bangsa itu
haruslah berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, dan seterusnya, yakni
Pancasila. Sila-sila Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 jelas merupakan bagian dari amanat para pendiri negara untuk
mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan dan memajukan kesejahteraan bangsa
dalam arti penguatan perekonomian bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia agar setara dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.

Ilmu pengetahuan sendiri memiliki pengertian, yakni suatu kesatuan


fenomena yang diketahui dan dipahami secara logis, rasional, obyektif, dan
induktif-empiris dalam pikiran manusia. Ketika ilmu pengetahuan itu diterapkan
dan diwujudkan secara konkrit untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, ia
disebut teknologi. Banyak sekali contoh-contoh penerapan dari ilmu pengetahuan di
Indonesia, seperti terjadinya revolusi hijau pada sekitar tahun 1950 hingga 1980-an.
Hal ini ditandai dengan perubahan penggunaan teknologi dalam bidang pertanian.
Salah satu dari program revolusi hijau adalah intensifikasi padi dengan pemupukan
dan pemberian pestisida secara terus-menerus pada takaran tinggi menyebabkan
deteriorasi kesuburan tanah yang membuat produksi beras mengalami peningkatan.

Terjadinya revolusi hijau ini membawa berbagai dampak positif bagi


Indonesia, salah satunya adalah Indonesia dapat menjaga ketahanan pangan kala itu.
Mengingat bahwa Indonesia juga merupakan negara agraris dengan sebgaian besar
penduduknya memiliki lahan dan sawah yang dapat digarap untuk memenuhi
kebutuhan pokok setiap individu. Program ini juga menjadi bukti bahwa Pancasila
sebagai dasar ilmu pengetahuan. Misalnya, nilai-nilai Pancasila dalam sila kedua
inilah yang menjadi dasar dari program ini. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
membawa Indonesia mewujudkan ketahanan pangan untuk rakyatnya dengan prinsip
gotong royong dalam menerapkan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian.
Para petani juga menjadi melek dengan adanya teknologi terutama dalam
menghasilkan bibit unggul. Kesejahteraan rakyat Indonesia, khusus nya petani, dapat
terwujud dengan adanya dinamika perekonomian sebagai efek dari penjualan produk
pertanian yang meningkat. Sehingga kebutuhan pokok masyarakat kita dapat
terpenuhi.

Namun dalam perkembanganya, Pancasila sebagai dasar dari ilmu


pengetahuan menghadapi berbagai macam tantangan. Tantangan tersebut misalnya
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih percepatan
pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
perlu mendapat perhatian yang serius. Seperti beberapa waktu yang lalu terdapat
radiasi nuklir di perumahan BATAN yang membuat kecemasan di antara pendukuk
yang bermukim di sana. Hal itu membuktikan bahwa masih terdapat manusi yang
tdak bertanggungjawab dari adanya segala percobaan pada hal baru sebagaia wujud
penerapan teknologi. Mereka telah mencederai penerapan nilai-nilai Pancasila di
lingkungan sekitar demi kepentingan pribadi.

Selain itu, Penggalian tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan lainnya
di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan lain-lain dengan menggunakan teknologi
canggih mempercepat kerusakan lingkungan dan dikerjakan secara illegal masih
sering terjadi. Mereka melakukan pengerukan segala sumber daya alam yang ada di
dalam perut bumi seolah-olah tak akan pernah habis hingga tak jarang dapt merusak
ekosistem sekitar pertambangan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka
generasi yang akan datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran
kerusakan lingkungan dan terjadi ketidakseimbangan alam dapat memicu terjadinya
bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran akibat limbah, dan seterusnya.

Untuk itu, sesuai dengan hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
iptek disampaikan Prof. Wahyudi Sediawan dalam Simposium dan sarasehan
Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, yakni :

1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa


manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan
menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya
adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan
untuk membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah dan
keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan
taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan
professional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan
tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki
dengan baik sesuai dengan tuntunan sikap tersebut berarti telah bersyukur atas
anugrah Tuhan (Wahyudi, 2006: 61--62).
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik
bersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di
Indonesia. Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan
terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu
memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya
dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya,
bekerja sesuai kemampuannya yang tertinggi (Wahyudi, 2006: 65).
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi
kelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu,
ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas Persatuan
Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang sinergis
antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan
produktivitas individunya (Wahyudi, 2006: 66). Suatu pekerjaan atau tugas
yang dikerjakan bersama dengan semangat nasionalisme yang tinggi dapat
menghasilkan produktivitas yang lebih optimal.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang
mengandung arti bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah
oleh dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak
dan kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya dengan
ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-besarnya
sesuai kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi
arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional
maupun lingkup yang lebih sempit (Wahyudi, 2006: 68). Manajemen
keputusan yang dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil
yang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh kerelaan.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan
arahan agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang kesejahteraan di antara
bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu
selalu mengembangkan sistem yang memajukan perusahaan, sekaligus
menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69). Selama ini,
pengelolaan industri lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti
keuntungan perusahaan sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan
karyawan dan kelestarian lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh
pola kerja yang hanya mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya,
pola tersebut dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru merugikan pihak
perusahaan itu sendiri.

Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menjadi


sangat penting untuk dipelajari karena berguna untuk memahami peran Pancasila
sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya
bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas. Sehingga
tidak menimbulkan berbagai hal yang dapat merugikan keberlangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
References
Budisutrisna. (2006). TEORI KEBENARAN PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN
ILMU. Jurnal Filsafat, 59-76.

Nurwardani, P. d. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Setyorini, I. (2018). URGENSI PENEGASAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN IPTEK . Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum, 213-222.

Susilawati. (2019). MENERAPKAN PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN NASIONAL BANGSA INDONESIA .
Khazanah Intelektual , 583-590.

Syamsudin. (2018). PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI ILMU PENGETAHUAN . Transformasi :


Jurnal Studi Agama Islam, 149-171.

Yanzi, H., & dkk. (2019). URGENSI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN
IPTEK UNTUK MERESPON REVOLUSI INDUSTRI 4.0. LPPM- UNILA.

Anda mungkin juga menyukai