Anda di halaman 1dari 9

ESSAY

PERANAN SAINTIS DALAM BERPARTISIPASI MENJAGA NKRI BERDASARKAN


PANCASILA DAN UUD 1945
Oleh : Tria Nurmar’atin / Fisika 3(1708026029)

Diantara banyaknya indikator kemajuan suatu bangsa,salah satunya adalah kemajuan


ilmu pengetahuan dan teknologi. Kunci keberhasilan suatu bangsa meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan melakukan pembangunan secara berkelanjutan terletak pada
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah modal dasar dalam berinovasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat tercapai tanpa adanya sumber
daya manusia yang memadai yang berkecimpung pada dunia tersebut,dalam hal ini adalah
para ilmuan atau saintis dibidangnya masing-masing.
Saintis adalah orang yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan atau orang
yang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu,khususnya ilmu pengetahuan alam atau sains.
Dunia riset dan sains memerlukan orang-orang yang siap mendedikasikan diri dan hidupnya
untuk melakukan upaya-upaya inovasi demi memperbaiki kualitas hidup.Seorang saintis
berkontribusi besar dalam kemajuan suatu Negara,misalnya menemukan lampu hemat
energi,menciptakan alat transportasi yang aman,menciptakan obat atau alat untuk mengatasi
penyakit,membuat alat-alat untuk keamanan negara,dan lain-lain.Berbagai temuan tersebut
merupakan bukti nyata bahwa sains dan riset sangat penting dan dapat memberikan manfaat
yang besar. Kehidupan dengan perubahan yang cepat dan kebutuhan yang meningkat hanya
dapat dijawab dengan inovasi yang berdasarkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi oleh sumber daya manusia yang teroptimalkan dengan baik. Karena pengembangan
ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia maka perlu
mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat agar pengembangan ilmu dan
teknologi memberi manfaat,mensejahterakan dan memartabatkan manusia. Dalam
mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Pancasila yang disahkan secara formal didalam pembukaan UUD 1945 itu telah
memenuhi syarat sebagai sistem filsafat. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar
nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia.Pengembangan Iptek
sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang
adil dan beradab.Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis
haruslah menjadi sistem etika pengembangan Iptek.
Perlu diketahui bahwa seorang saintis sangat berperan dalam menjaga NKRI,terutama
saintis yang dalam menerapkan ilmunya memperhatikan nilai-nilai pancasila. Dalam abad
pengetahuan sekarang ini,diperlukan masyarakat yang berkompeten melalui belajar sepanjang
hayat dengan standar mutu yang tinggi. Salah satu contoh peran saintis dalam masa sekarang
ini adalah dalam bidang perkembangan industri kimia di Indonesia yang sedang gencar-
gencarnya. Terbukti dengan didirikan pabrik-pabrik diberbagai wilayah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat,selain itu dalam hal menjaga NKRI, seorang saintis berperan dalam
membuat alat-alat bersenjata untuk keamanan Negara.Hal ini secara langsung dapat
meningkatkan dan mengoptimalkan sember daya alam dan mengasah sumber daya manusia di
Indonesia menjadi individu yang unggul dan kompeten dibidangnya. Sedangkan,secara tidak
langsung perkembangan industri kimia di Indonesia juga akan meningkatkan harkat serta
martabat Indonesia dimata Internasional. Yang sebelumnya dianggap sebagai Negara dunia
ketiga,kita mulai bergerak menuju Indonesia yang bersinar dan meraih kembali julukan
“Macan Asia”.
Meskipun begitu,semua hal mempunyai sisi negatif juga,tidak lepas perkembangan
industri kimia di Indonesia.Jika tidak ada suatu patokan yang mengatur pertumbuhan industri
terutama di Indonesia,maka cepat atau lambat kita yang akan terkena akibatnya sendiri.
Sehingga diperlukan suatu patokan untuk mengatur semua kegiatan yang berhubungan
dengan kepentingan bersama.Disinilah peran pancasila bagi kemajuan ilmu sains dan
riset.Dengan berpatokan pancasila,peraturan akan tetap terjaga dan dipatuhi masyarakat
karena pancasila sendiri diambil dari saripati karakter bangsa Indonesia dan hal tersebut
membuat pancasila mampu menancap dihati bangsa Indonesia.
Perlu dipahami juga keberhasilan Negara maju menumbuhkembangkan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi karena Negara itu mampu menyinegikan perkembangan
kelembagaan dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya dengan
berbagai faktor lain secara bersistem.Faktor pertama adalah menumbuhkan jaringan antara
unsur-unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk rantai yang
mengaitkan kemampuan melakukan pembaruan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan kemampuan memanfaatkan kemajuan yang terjadi kedalam barang dan jasa yang
memiliki nilai ekonomis.Melalui jaringan itu terjadi berbagai bentuk transaksi sehingga
sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir dari unsur kelembagaan yang satu ke
unsur kelembagaan yang lain.Dengan demikian,sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan
secara efektif.Faktor kedua adalah kemampuan menumbuhkan iklim usaha yang
kompetitif,sehingga persaingan antar pelaku ekonomi tidak hanya ditentukan oleh penguasaan
pasar atau sumber daya alam saja,namun lebih ditentukan oleh kemampuan inovatif dalam
menghasilkan produk barang dan jasa yang bermutu dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia.Tumbuhnya iklim seperti itu menimbulkan tarikan bagi kegiatan penelitian dan
pengembangan untuk terus mencari terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi ,namun juga
memberi peluang baru bagi pelaku ekonomi untuk mengembangkan berbagai inovasi yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.Faktor ketiga adalah kemampuan menumbuhkan daya
dukung.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bergantung pada para pelaku
yang terlibat langsung.Dukungan pihak-pihak lain sangat diperlukan,terutama dukungan yang
berkaitan dengan pengembangan profesionalisme,pengalokasian sumber daya,pembentukan
kepastian usaha,pemyelenggaraan aliran permodalan,pemberdayaan standarisasi,serta
penentuan persyaratan dan pengawasan,baik umtuk melidungi kepentingan kehidupan
manusia maupun untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.Sinergi perkembangan
kelembagaan dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ketiga faktor itulah
yang membentuk lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kapasitas ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pendayagunaannya dalam kegiatan ekonomi. Dari faktor-faktor yang telah
dijelaskan diatas,menunjukkan bahwa sains juga berperan dalam memajukan perekonomian
Negara.
Penerapan nilai-nilai pancasila sebagai landasan berpikir para ilmuan telah
membuahkan beberapa hasil yang menguntungkan Indonesia.Diantaranya Sila persatuan
Indonesia, mengkomplementasikan universalisme dan internasionalisme (kemanusiaan) dalam
sila-sila lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di
dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Sila persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk
mengembangkan IPTEK untuk seluruh tanah air dan bangsa secara merata.Selain itu
memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat adanya kemajuan
IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa dapat berwujud, persaudaraan dan
persahabatan antar daerah dapat terjalin. Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan
sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu adanya media
sosial seperti facebook atau twitter yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia untuk
membantu warga negara Indonesia yang membutuhkan bantuan seperti adanya Laskar
Sedekah yang menyalurkan sedekah masyarakat kepada yang berhak untuk menerima. Selain
itu, orang-orang yang sudah bersedekah dapat mengetahui bentuk kegiatan Laskar Sedekah
melalui akun media sosial yang mengunggah foto-foto penerima sedekah. Manfaat lainnya
dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) yakni dapat membuat masyarakat Indonesia lebih tanggap, contohnya jika terjadi
bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap maka informasi-informasi lebih cepat meluas
dan menyebar. Sehingga fungsi dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah memperrmudah mempersatukan masyarakat
Indonesia dalam segala urusan.Selain itu,adapun sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan juga mendasari pengembangan Iptek
secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan Iptek.Dalam pengembangan Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati
dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik,
dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya. Sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/perwakilan, meminta kita
membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan IPTEK dan
mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing, sehingga tidak
adanya monopoli IPTEK. Pengaruh nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia
untuk menghasilkan suatu karya cipta dalam bidang apapun untuk kesejahteraan warga negara
Indonesia.Seorang penemu muda Ricky Elson contohnya.Beliau dan rekan-rekannya berhasil
menciptakan mobil listrik Indonesia pertama yaitu Tuxuci kemudian dikaji ulang hingga pada
tahun 2013 telah muncul mobil bertenaga listrik Selo. Ricky Elson pemuda Indonesia berusia
33 tahun tengah mengembangkan becak listrik dan pembangkit listrik tenaga angin di daerah
sumba yang menjadi pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia. Dengan selalu berupaya
demi kebangkitan Indonesia dan nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), tangan-tangan ahli anak Indonesia menciptakan ide-ide
kreatif yang menghasilkan intelektual properti.Kemudian untuk sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara
serta manusia dengan alam lingkungannya.Pada sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, IPTEK didasarkan pada keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan.
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari
teknik radiasi.Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam
perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan
memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada
perjalanannya rakyat dari berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga
yang terjangkau.
Dikutip dari Kompas.com- 10/09/2015, 15:05 WIB Ilustrasi(KOMPAS/DIDIE SW)
Oleh: Beben Benyamin JAKARTA, KOMPAS- Di tengah meriahnya perayaan 70 tahun
kemerdekaan RI dan gaduhnya berita pelemahan rupiah, ilmuwan muda Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia meluncurkan buku Sains45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia
Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan. Momentum penting bagi perkembangan sains di
Indonesia ini seolah hilang ditelan bumi. Sebagai seorang ilmuwan Indonesia yang berkarya
di luar negeri, buku ini telah membuka mata banyak orang tentang gigihnya semangat kolega
muda Indonesia untuk berkontribusi dalam membangun negeri melalui sains. Buku setebal
235 halaman ini ditulis 17 ilmuwan yang merumuskan 45 pertanyaan ilmiah yang
fundamental. Ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami khalayak, buku ini tepat sasaran
untuk konsumsi publik, termasuk pemegang kebijakan. Proses pencarian jawaban dari 45
pertanyaan tersebut diusulkan menjadi agenda pembangunan sains Indonesia untuk 30 tahun
ke depan, dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang adil, makmur dan
beradab, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Pertanyaan dimulai dengan pencarian asal usul
dan jati diri sebagai manusia Indonesia. Siapa sebenarnya penghuni negara kepulauan ini?
Dari mana asalnya? Sudah berapa lama mereka tinggal di ribuan pulau yang membentang bak
zamrud di Khatulistiwa ini? Bagaimana keragaman biologis, budaya, suku, dan kepercayaan
membentuk Indonesia? Pencarian asal usul dan jati diri merupakan agenda sains yang sangat
penting. Selain manifestasi dari rasa keingintahuan, pertanyaan ini juga penting secara praktis.
Sebagai contoh, keragaman genetik manusia Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke punya implikasi terhadap perbedaan efektivitas pengobatan. Ke-45 pertanyaan yang
dirangkum rapi dalam delapan bab tersebut mencakup semua bidang keilmuan,dari budaya
sampai bencana,dari kesehatan sampai kelautan,dari ekonomi sampai energi.Agenda ini
penting untuk memetakan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang diharapkan menjadi prioritas
pengembangan sains untuk menyambut 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Minimnya
dukungan pemerintah dan rendahnya budaya ilmiah saat ini ternyata tidak mengendurkan
semangat kolega muda untuk menelurkan agenda besar sains Indonesia ini. Akan tetapi,
agenda ini hanya akan terhenti di tataran ide jika tidak dibarengi kesungguhan pemerintah
untuk membuat kebijakan yang bisa menciptakan kondisi ideal tempat ilmuwan mewujudkan
agendanya. Sederhananya, kondisi ideal yang diharapkan ilmuwan adalah kondisi agar
mereka bisa fokus melakukan penelitian dengan jaminan kebebasan akademik dalam
lingkungan ilmiah yang kondusif, didukung sarana dan prasarana, serta tingkat kesejahteraan
yang memadai. Kondisi yang (mendekati) ideal seperti itulah yang sekarang didapatkan
ilmuwan negara-negara maju sehingga dapat menghasilkan karya sains yang inovatif.
Rendahnya dukungan pemerintah terhadap sains sudah banyak dikeluhkan. Alokasi dana
untuk sains di Indonesia termasuk terendah di Asia Tenggara, yaitu 0,09 persen dari total
produk domestik bruto (PDB). Jika dibandingkan Malaysia (1 persen) dan Singapura (2,5
persen), kita sangat jauh ketinggalan. Dengan jumlah penduduk, wilayah, dan PDB paling
besar, seharusnya Indonesia bisa jadi pemimpin di bidang sains di Asia Tenggara. Namun,
karena komitmen pemerintah yang sangat rendah, output sains pun menjadi korban. Indikator
keberhasilan sains, seperti jumlah dan kualitas publikasi ilmiah di basis data tepercaya, seperti
Scopus yang dirangkum The SCImage Journal and Country Rank, menunjukkan bahwa
Indonesia tertinggal dari Thailand, Malaysia, dan Singapura. Ini menunjukkan ada
ketaksepadanan antara kekayaan sumber daya dan keberhasilan sains di Indonesia. Belajar
dari negara lain Untuk mempercepat pembangunan, tiap negara belajar satu sama lain. Tak
terkecuali di bidang sains. Tentu saja tidak dengan menjiplak secara utuh, tetapi formula-
formula sukses mereka yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik Indonesia bisa
dijadikan acuan. Negara yang maju secara sains setidaknya memiliki ciri-ciri berikut.
Pertama, mereka memiliki akademi ilmu pengetahuan nasional yang terdiri atas ilmuwan-
ilmuwan terbaik yang mampu menyediakan informasi sains terkini, mempromosikan
kemajuan ilmu pengetahuan ke masyarakat, serta memberikan masukan independen ke
pemerintah. Indonesia sudah mempunyai AIPI, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sudah
banyak yang dilakukan AIPI untuk mempromosikan sains, termasuk publikasi buku Sains45.
Sejauh mana pemerintah mendengar masukan AIPI perlu dikaji lebih lanjut. Namun, tidak
hadirnya Presiden ke acara ulang tahun ke-25 AIPI (Kompas, 24/05/2015) mengindikasikan
bahwa pemerintah tidak menempatkan sains sebagai prioritas. Kedua, mereka punya
penasihat sains yang bisa memberi masukan sains langsung kepada presiden (di tingkat
negara) atau kepada gubernur (di tingkat provinsi). Dengan adanya penasihat sains, kasus
yang memalukan seorang presiden, seperti kasus blue energy (air sebagai sumber bahan
bakar), tak akan terjadi. Tak adanya ilmuwan di Dewan Pertimbangan Presiden saat ini lagi-
lagi menunjukkan rendahnya kepedulian pemerintah terhadap sains. Ketiga, mereka memiliki
lembaga riset nasional dengan anggaran besar yang mengatur pembagian dana riset ke seluruh
ilmuwan di seluruh lembaga riset dan universitas. Pembagian terpusat ini disesuaikan dengan
prioritas nasional dan dibagikan secara kompetitif, yang penilaiannya dilakukan oleh sesama
ilmuwan. Hanya aplikasi penelitian yang mengusung ide baru dengan kualitas sains yang
unggul serta diajukan oleh ilmuwan yang punya potensi dan rekam jejak hebatlah yang
dibiayai. Jumlah dananya cukup besar (sekitar Rp 5 miliar per aplikasi) dan berjangka waktu
3-5 tahun. Di Indonesia, terbatasnya dana dan sempitnya jangka waktu penelitian menjadi
salah satu alasan rendahnya kualitas hasil penelitian. Keempat, mereka memiliki banyak
universitas dengan fokus pada riset yang bukan sekadar jargon. Riset dapat porsi besar di
dalam kampus. Staf akademik bisa memilih untuk fokus pada perkuliahan, riset, atau
gabungan keduanya. Di Indonesia, beratnya tugas perkuliahan yang harus ditanggung seorang
dosen banyak dikeluhkan sebagai salah satu alasan minimnya output sains. Kelima,
universitas memberikan kepastian karier dan insentif kepada ilmuwan untuk tetap fokus dan
berkarya supaya menghasilkan sains yang berkualitas. Sistem kenaikan pangkat yang
menekankan pada produktivitas dan kualitas karya ilmiahnya berdasarkan penilaian sesama
ilmuwan (bukan birokrat atau petugas administrasi) juga memastikan ilmuwan untuk fokus
pada penelitian. Karena maju mundurnya karier seorang ilmuan bergantung pada output
sainsnya. Universitas juga tak memberikan insentif berlebihan bagi jabatan struktural kampus
sehingga jabatan struktural bukan menjadi tujuan utama karier seorang ilmuwan. Keenam,
mereka memiliki mahasiswa-mahasiswa PhD (S-3) dengan usia muda (25-30 tahun). Usia
yang sering disebut ideal untuk menghasilkan penemuan baru. Gelar PhD dianggap sebagai
modal awal karier seorang dosen atau peneliti, bukan akhir karier seorang dosen. Di Indonesia
banyak yang memulai PhD-nya ketika usia sudah menginjak 30 tahun sehingga masa
produktif pasca PhD pun menjadi pendek.
Tentu saja keenam hal di atas hanya sebagian dari karakteristik negara yang maju
sainsnya. Pendidikan dasar dan menengah yang merangsang siswa tertarik pada sains, literasi
sains masyarakat yang tinggi sehingga bisa membedakan antara sains dan pseudo-sains,
dukungan media dengan pemberitaan sainsnya, dukungan swasta dalam adopsi teknologi serta
peran filantropi dalam pendanaan merupakan bagian yang integral dari karakteristik negara
dengan sains yang maju. Apa yang bisa dilakukan? Setidaknya ada dua hal yang bisa
dilakukan untuk membangun sains Indonesia seperti yang dicita-citakan. Ini bukan usulan
baru, melainkan harus terus dikampanyekan sampai terjadi perbaikan. Pertama, pemerintah
mau tidak mau harus meningkatkan investasinya di bidang sains. Peningkatan investasi yang
cukup besar sehingga dalam jangka panjang bisa mendekati rata-rata dunia (sekitar 2 persen).
Peningkatan anggaran ini bisa ditujukan untuk, tetapi tidak terbatas pada, peningkatan dana
proyek penelitian yang diiringi pembenahan sistem alokasi supaya penelitian yang dilakukan
berkualitas, penguatan lembaga yang sudah ada dan pembentukan lembaga penelitian atau
universitas baru yang berbasis riset dengan segala fasilitasnya, dan peningkatan jumlah
peneliti dibarengi dengan peningkatan kesejahteraannya. Kerja sama antara AIPI dan
Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP Kementerian Keuangan) untuk membentuk
Indonesian Science Fund (ISF) bagi pendanaan riset dasar merupakan langkah awal maju
yang perlu diapresiasi. Namun, langkah ini perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah
yang lebih besar lewat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan
memperbaiki atau membuat sistem pendanaan riset yang kondusif bagi pengembangan sains.
Kedua, komunitas sains harus berupaya terus meningkatkan budaya ilmiah serta output sains
yang berkualitas. Langkah ini sama pentingnya dengan peningkatan investasi sains. Banyak
pihak yang mengeluhkan tentang rendahnya budaya ilmiah ini. Tanpa budaya ilmiah yang
menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah, anggaran besar hanya akan menghasilkan tumpukan
laporan yang tidak ada nilainya secara sains. Tujuan mulia tercapainya kemajuan sains pun
hanya tinggal mimpi. Salah satu cara peningkatan budaya ilmiah dan kualitas sains bisa
dilakukan secara sistematik dengan cara mengkaji ulang sistem insentif, penggajian, dan
kenaikan pangkat seorang peneliti atau dosen. Peneliti yang produktif dan menghasilkan
karya-karya sains yang berkualitaslah yang dapat maju dalam karier ilmiahnya. Dengan
demikian, kegiatan sains jadi fokus pekerjaan. Penilaiannya pun harus dilakukan oleh
ilmuwan, bukan oleh birokrat. Sebab, ilmuwanlah yang tahu secara obyektif kualitas ilmuwan
lain. Akhirnya, sudah tidak perlu lagi dibahas bagaimana kemajuan sains menentukan
kemajuan sebuah bangsa. Hubungan kemajuan sains dan kemajuan bangsa bukan lagi sebuah
korelasi, melainkan hubungan sebab akibat. Ahli ekonomi sudah menghitung bahwa
kemajuan sainslah yang menjadi faktor terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun,
mengapa sampai ulang tahun yang ke-70, pemerintah masih belum memprioritaskan sains?
DAFTAR PUSTAKA

Biohybrid lab.2016.Menjadi saintis dan membangun bangsa.https://biohybridlab.wordpress.


com/2016/08/01/menjadi-saintis-dan-membangun-bangsa/. Diakses pada 02-12-18
pukul 13.36

Kompas.com.2015.Sains dan depan Indonesia.https://nasional.kompas.com/read/2015/09


/10/15050041/Sains.dan.Masa.Depan.Indonesia?page=all.Diakses pada 02-12-18
pukul 14.01

Setyani.2015.PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


https://www.academia.edu/29985875/PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NILAI_
PENGEMBANGAN_ILMU.Diakses pada 02-12-18 pukul 14.14

Wildan Nugroho. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Teknologi dan Industri Kimia
Nasional Demi Menyongsong Daya Saing Global Indonesia.2015.https:
//www.academia.edu/20131249/Pancasila_sebagai_Paradigma_Pembangunan_Tek
nologi_dan_Industri_Kimia_Nasional_Demi_Menyongsong_Daya_Saing_Global_I
ndonesia. Diakses pada 02-12-18 pukul 13.45

Dovel Firmanto.2015. Peran Serta Generasi Muda dalam Menjaga Keutuhan NKRI
https://www.academia.edu/14624888/Peran_Serta_Generasi_Muda_dalam_Menjag
a_Keutuhan_NKRI.Diakses pada 02-12-18 pukul 13.41

Anda mungkin juga menyukai