Anda di halaman 1dari 45

FISIKA RADIASI

(2)

FISIKA UIN WALISONGO SEMARANG Heni Sumarti


Interaksi radiasi pengion dengan materi?
Interaksi sinar-X dengan materi

I = I0 e-x

 = ln2/H1/2 = 0.693/H1/2

I = I0 e -0.693x/HVL

 disebut koefesien atenuasi linear


H1/2 disebut HVL (half value layer)
•  menurun (H1/2 meningkat) dengan kenaikan energi
•  meningkat (H1/2 menurun) dengan kenaikan densitas
•  meningkat tajam dengan kenaikan nomer atom Z, untuk radiasi di daerah
diagnostik
• Untuk air, dalam daerah diagnostik, H1/2 air (sifat mendekati jaringan lunak)
sekitar 30 mm.
• Bila tebal pasien sekitar 18 cm, pengurangan intensitas sekitar 26 atau 64
kali
• H1/2 timbal (Pb) sekitar 0.1 mm, sehingga Pb baik untuk shielding

• Koefesien atenuasi massa /


I = I0 e –(/)x
x disebut tebal massa
Elektron terikat dan bebas, relatif terhadap energi radiasi
• Energi radiasi tinggi, kemungkinan energi interaksi melebihi
energi ikat elektron, sehingga proporsi interaksi berkaitan
dengan elektron bebas meningkat.
• Nomer atom materi tinggi, energi ikat elektron tinggi,
interaksi foton dengan materi berkaitan dengan elektron
terikat.
Atenuasi terdiri dari hamburan dan absorpsi
• Koefesien atenuasi massa > koefesien absorpsi massa
Proses interaksi

• Hamburan elastis

• Efek fotolistrik

• Efek Compton

• Produksi pasangan
Hamburan Elastis
• Hamburan elastis, energi foton rendah, elektron menyerap energi dan
mengakibatkan bervibrasi yang frekuensinya sama dengan frekuensi sinar X datang.
• Kondisi demikian menyebabkan atom dalam keadaan tereksitasi, dan secepatnya
elektron memancarkan energi ke segala arah dengan frekuensi sama dengan
frekuensi foton datang.
• Dalam proses hamburan ini terjadi atenuasi tanpa absorpsi.
• Elektron yang bervibrasi tetap terikat oleh inti dalam atom.
• Kemungkinan hamburan elastis meningkat pada elektron dengan energi ikat tinggi,
yang berarti elektron atom dengan nomer atom tinggi, serta energi foton dengan
energi relatif rendah.
• Koefesien atenuasi massa / meningkat dengan kenaikan nomer atom medium (~
Z2) , dan menurun dengan kenaikan energi foton datang (/ ~ 1/hf).
• Interaksi hamburan elestis terjadi terjadi pada semua energi sinar X , namun
kemungkinannya tidak lebih dari 10% dari seluruh proses interaksi dalam radiologi.
Efek fotolistrik
• Efek fotolistrik dominan dalam diagnostik terutama untuk energi foton
rendah.
• Efek ini merupakan interaksi antara foton dengan elektron terikat, dan
berkontribusi besar dalam pencitraan diagnostik.
• Energi elektron datang seluruhnya diserap oleh eletron, yang kemudian
keluar dari orbit.
• Sebagian energi digunakan untuk membebaskan elektron dari tenaga ikat
inti, dan sisanya untuk tenaga kinetik elektron.
• Meskitpun efek fotolistrik dapat terjadi antara foton dengan elektron pada
sembarang kulit atom, namun kemungkinan tinggi terjadi dengan elektron
yang paling kuat terikat.
Koefesien atenuasi massa fotolistrik
• Koefesien absorpsi massa fotolistrik menurun cepat dengan kenaikan energi
[/ ~ (1/hf)3], dan meningkat dengan kenaikan nomer atom medium [/ ~
Z3].

• Perhatikan bahwa efek fotolistrik


akan disertai oleh pancaran sinar-X
karakteristik medium penyerap.
Efek Compton

• Efek hamburan inelastik Compton merupakan interaksi antara foton


dengan elektron bebas. Proporsi energi dan momentum yang
ditransfer pada elektron tergantung pada sudut θ dan φ.
• Energi yang ditransfer kepada elektron tergantung pada sudut φ, dan dalam
diagnostik relatif sangat rendah.
• Untuk elektron bebas, kemungkinan interaksi Compton menurun dengan
kenaikan energi foton, utamanya untuk energi foton lebih dari 100 keV.
• Untuk energi foton rendah, koefesien atenuasi massa Compton (/)
mendekati konstan dalam diagnostik, sebagai akibat kemungkinan adanya
interaksi foton dengan elektron tidak bebas (energi ikat tidak dapat
diabaikan).
Arah hamburan
• Arah hamburan cenderung ke depan dengan kenaikan
energi.
• Namun perubahan arah hamburan kecil untuk energi
foton dalam rentang diagnostik.
• Untuk obyek tebal, seperti pada pasien, radiasi primer
maupun hamburan akan diatenuasi, sehingga arah
hamburan menjadi lebih kompleks.
• Sebagian besar radiasi yang keluar dari pasien
dihamburkan balik.
• Efek Compton sebanding dengan jumlah elektron
dalam medium.
• Koefesien hamburan Compton sebanding dengan Z/A.
Perhatikan bahwa jumlah elektron dalam material
sebanding dengan Z, dan densitasnya tergantung pada
A.
• Untuk unsur rendah nilai Z/A mendekati 05, terkecuali
unsur hydrogen yang bernilai 1.
Produksi pasangan
• Energi foton > 1.02 MeV berinteraksi dengan inti berat, foton berubah menjadi
elektron dan positron
• E = me- c2 + me+ c2
• Energi elektron dan positron diam masing-masing 0.51 MeV. Kedua partikel
memberikan energinya kepada medium. Bagi positron, pada saat mendekati diam
akan bergabung dengan elektron diam yang disebut anihilasi, berubah menjadi 2
foton dengan energi masing-masing 0.51 MeV.
• Radiasi annihilasi e+ + e-  2  (0.51 MeV)
• Koefesien atenuasi massa produksi pasangan
• Koefesien atenuasi produksi pasangan meningkat dengan kenaikan nomer atom
(/ ~ Z), dan meningkat dengan kenaikan energi.
• Mengingat dalam diagnostik menggunakan sinar X energi rendah, maka efek
produksi pasangan tidak berkontribusi dalam pembuatan citra.
• Proses anihilasi akan bermanfaat pada saat pembentukan citra dengan metode
kedokteran nuklir, menggunakan PET (positron emmission tomography).
Absorpsi pinggir/tepi (Absorption edge)
• Bila energi foton sedikit lebih dari yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan elektron dari kulit atom tertentu, akan terjadi
peningkatan tajam koefesien absorpsi fotolistrik.
• Proses demikian dinamakan absorption edge, dan banyak
dimanfaatkan dalam diagnostik.
Contoh penggunaan absorpsi pinggir:
• Penggunaan Iodium (Z = 53, K edge = 33 keV) dan barium (Z = 56, K
edge = 37 keV) yang dipakai sebagai medium kontras.
• Penggunaan selenium plate (Z = 34, K edge = 13 keV) untuk
xeroradiografi. K edge ini juga mengakibatkan selenium merupakan
penyerap yang bagus untuk radiasi energi rendah (~ 20 keV) yang
digunakan dalam mammografi.
• Absorpsi pinggir juga mempunyai efek signifikan dalam variasi
sensitivitas film dengan energi dalam diagnostik.
• Berkas lebar dan berkas sempit

• I = I e -x untuk berkas sempit

• I = B I e -x untuk berkas lebar


Filtrasi dan penguatan berkas
• Filter, untuk menyerap energi rendah, materi filter dipilih dengan memperhatikan sifat
absorption edge.
• Sebagai contoh, timah Sn (Z = 50, K edge = 29 keV), akan meneruskan foton 25 – 29 keV
yang tidak diinginkan dalam diagnostik, misalnya untuk radiografi abdomen.
• Untuk diagnostik umumnya Al (Z = 13, K edge = 1.6 keV).
• Sinar X < 1.6 keV dan radiasi karakteristik Al akan mudah diserap jendela tabung atau
udara antara filter dan pasien.
• Inherent filtration, diakibatkan oleh gelas tabung, minyak isolasi, jendela tabung
(bakelite), pada umumnya ekuivalen ~ 0.5 – 1 mm Al.
• Filtrasi inherent tergantung pada kV.
• Total filtrasi minimum 1.5 mm Al untuk tabung yang beroperasi dengan tegangan 70
kVp, dan 2.5 mm Al untuk tabung dengan tegangan > 70 kVp.
• Untuk tabung dengan tegangan tinggi filter 0.5 mm Cu mungkin lebih baik.
• Radiasi karakteristik Cu 9 keV, sehingga dibutuhkan fiter Al untuk menyerapnya.
• Pengaruh filter pada spektrum sinar X 100 kV dengan filter
inherent 0.5 mm Al, a) tanpa filter, b) filter ideal (imaginasi),
c) dengan tambahan filter 2.5 mm Al
• Pemberian filter mengakibatkan penguatan kualitas sinar X,
berarti meningkatkan daya penetrasinya yang dinyatakan
dengan H1/2.
• Namun pemberian filter juga menurunkan intensitas,
sehingga menaikkan waktu paparan pada pemeriksaan.
• Untuk kenaikan tegangan 2.5 kali, tambahan filter 0.5 mm Cu
dibutuhkan, tanpa mengubah hasil citra yang diperoleh.
• Energi elektron kulit K meningkat dengan kenaikan nomer
atom Z.
• Sebagai contoh gadolinium Gd (Z = 64, K edge = 50 keV) dan
erbium Er (Z = 68, K edge =57.5 keV).
• Karena material relatif transparan pada radiasi karakteristik,
maka pemberian filter dengan unsur sama dengan anoda
akan menimbulkan efek khusus, seperti pada tabung
mammografi dengan anoda molybdenum.
• a) Variasi intensitas dengan ketebalan materi penyerap, b)
perubahan H1/2 dengan ketebalan penyerap.
Efek filter 0.05 mm molybdenum pada spektrum sinar X 35 kV (garis
putus = tanpa filter, garis kontinu = dengan filter)
Dosis Pasien dalam Radiologi Diagnostik

Djarwani S. Soejoko, Departemen Fisika FMIPA UI


Depok 16424, djarwani@fisika.ui.ac.id
Radiologi diagnostik
• Penggunaan radiasi pengion dalam medis berkontribusi besar pada
dosis radiasi pada publik
• Sinar X masih tetap primadona dalam radiodiagnostik
• Pemeriksaan diagnostik telah terbukti besar manfaatnya bagi pasien
• Jumlah pesawat sinar X terus bertambah
• Saat ini pesawat sinar X tersebar hampir disemua rumah sakit, sampai
beberapa puskesmas
• Jumlah pasien radiologi diagnostik tidak terhitung banyaknya.
Proteksi radiasi
• Sampai dengan 1950 nilai batas dosis maksimum bagi pekerja radiasi dan publik
didasarkan pada efek deterministik, dosis diusahakan rendah tidak melebihi batas
ambang
• 1950 sampai 1970 efek non-deterministik mulai diperhitungkan, proteksi masyarakat
berkaitan dengan proteksi individual, memperhitungkan justifikasi dan optimasi, asas
manfaat diperhatikan
• Maksimalisasi manfaat memasukkan prinsip etika, yang meskipun berlaku untuk pasien,
implementasi berpengaruh besar pada berbagai aspek pemeriksaan diagnostik.
• 1990 ICRP, rekomendasi lebih menekankan pada pembatasan optimasi untuk melindungi
individu dari dosis berlebihan
• Mulai th. 1990, proteksi individu memperoleh perhatian lebih besar, dan kemudian
berkembang pula hak individu, untuk terhindar dari selain efek deterministik juga efek
genetik
• Setiap individu berhak memperoleh proteksi sampai derajat tertentu, dosis pasien lebih
diperhatikan
Efek biologi radiasi pengion

 Efek deterministik, mempunyai dosis ambang

 Efek stokastik, tidak memiliki dosis ambang,


linier/sebanding dengan dosis
Efek deterministik

 Terdeteksi setelah dosis >150 mGy


 Dosis ambang bervariasi dengan jenis jaringan
 Efek somatik, diderita oleh penerima radiasi
 Kemungkinan terjadi perbaikan dan penyembuhan
 Keparahan efek tergantung pada dosis, laju dosis, jumlah
paparan
 Umumnya efek terjadi dini, perbaikan berlangsung relatif
cepat
 Mekanisme efek telah diketahui, misalnya dalam radioterapi
Contoh dosis ambang berbagai organ
Jaringan dan efek Dosis ambang (Gy)

Testes
Sterilitas sementara 0.15
Sterilitas permanen >3.5
Ovari
Sterilitas >2.5
Lensa mata
Opasitas/kegelapan >0.5
Katarak >2.0
Sumsum tulang
Depresi hematopoieses >0.5
Kulit
Erythema dini 2
sementara
Epilasi sementara 3
Efek Stokastik

 Anggapan, satu foton akan mengakibatkan efek


biologi

 Berkaitan dengan dosis rendah (< 500 mSv),


termasuk radiologi diagnostik dan kedokteran
nuklir.

 Somatik (karsinogen), heriditer/keturunan


(mutagenesis)
Karsinogenesis/ risiko kanker
 Dipelajari dari korban hidup bom Hiroshima dan Nagasaki

 Risiko tergantung pada jenis jaringan, tidak memiliki dosis


ambang

 Efek terdeteksi lama setelah seseorang menerima radiasi,


contoh leukaemia terdeteksi 5 – 14 tahun kemudian

 Risiko tinggi pada anak berumur < 10 tahun

 Risiko kanker sama untuk berbagai sumber radiasi


Efek mutagenesis
 Efek mutagenesis terbukti pada tumbuhan, bakteri, lalat
buah, tikus.

 Efek mutagenesis pada manusia belum terbukti nyata.

 Dari hasil penelitian pada binatang (tikus), mutasi akan 2x


mutasi alami pada manusia yang menerima dosis sekitar 1
Sv.

 Dosis 1 mSv per generasi, meningkatkan mutasi spontan


sekitar 1%
Keselamatan dan Keamanan Pasien
Radiologi diagnostik
 Berkontribusi besar pada dosis kolektif populasi, tergantung pada dosis
individual pasien dan jumlah pemeriksaan
 Efek genetik (mutagenesis) perlu diperhatikan
 Perkembangan peralatan pesat, umumnya pemeriksaan memberi
manfaat besar risiko rendah.
 Dosis pasien sedang diperhatikan oleh dunia, dosis pasien rendah
berakibat dosis staf rendah.
 Rekomendasi proteksi radiasi pasien WHO, IAEA, ICRP.
 Pasien memperoleh manfaat langsung, dosis tidak dibatasi, diusahakan
dosis memenuhi prinsip ALARA (as low as reasonably achievable”
Faktor yang berpengaruh pada dosis jaringan
• Metode pemeriksaan, radiografi atau fluoroskopi
• Karakteristik peralatan
• Jumlah citra dalam pemeriksaan
• Karakteristik pasien

Dosis pasien
 Berbeda untuk tiap negara

 Berbeda untuk tiap rumah sakit

 Berbeda dari peralatan satu dengan peralatan lain,

meskipun dalam satu institusi


Untuk keselamatan pasien

 Berbagai negara, umumnya negara maju,


memiliki DRL (Dose reference level), di up date
secara periodik (misalnya tiap tahun)

 Negara kita belum mempunyai DRL, untuk


sementara mengikuti rekomendasi IAEA
Perlu diperhatikan dosis pada anak dan wanita hamil
 Sel dalam masa pertumbuhan sangat sensitif terhadap radiasi

 Anak umur 0 – 10 th mudah terinduksi leukaemia (2x


kemungkinan orang dewasa)

 Efek biologi pada embrio dan fetus, dipengaruhi oleh tahap


gestasi kehamilan, dan kemungkinan muncul pada masa
kanak-kanak atau dewasa

 Pertumbuhan abnormal

 Kemungkinan kanker
Pencitraan Radiologi Diagnostik
Pencitraan dengan sinar X dapat dilakukan dengan berbagai teknik:
• Radiografi konvensional, menggunakan film sebagai detektor.
• Pencitraan real time dengan fluoroskopi, menggunakan image intensifier dan TV (pemeriksaan
GI tract, barium meals, barium enema)
• 1970 kehadiran CT. Proses berlangsung dengan berkas sinar X bentuk fan, jumlah detektor
banyak, dapat membuat potongan tubuh . Perkembangan selanjutnya spiral CT, multislice CT,
fluoroskopi CT. CT merupakan pencitraan sinar X yang pertama menggunakan komputer, diikuti
oleh CR (computed radiography) dan DR (digital radiography).
• Spesial teknik, mammografi
• Pencitraan advance, teknologi kateter memungkinkan pemeriksaan intervensional berkembang.
• Pelaksana tindakan diagnostik radiologi tidak saja dokter spesialis radiologi, melainkan dapat
pula spesialis lain, seperti cardiologist, spesialis bedah ortopedi.
ESD (Entrans Skin Dose) dan DAP (Dose area product)
• Indikator sederhana yang dapat diukur, menunjukkan dosis pasien
• ESD dinyatakan untuk setiap pemeriksaan individual
• DAP untuk pemeriksaan yang kompleks
• Tergantung pada tebal pasien, kualitas berkas
• Bervariasi terhadap kemajuan teknologi
• Untuk semua pemeriksaan belum tentu tersedia data
• Dosis rata-rata sebaiknya dibandingkan dengan DRL (untuk mengetahui
kinerja lokal)
• ESD diukur dengan TLD
• DAP diukur dengan bilik ionisasi
• Perkiraan ESD dapat diukur dalam udara dengan bilik ionisasi (output
pesawat), yang tidak mengikut sertakan hamburan, ESD dikalkulasi
Kerusakan kulit induksi radiasi

Efek Dos amb. Fluoro (men) Fluoro (men) Waktu


0.02 Gy/men 0.2 Gy/men tunda

Eritema dini 2 102 10.2 ~ jam


Epilasi permanen 3 150 15 3 ming
Eritema 6 300 30 10 hari
Diskuamasi kering 10 498 50 4 ming

Eritema lanjut 15 750 75 4 ming


Contoh (UK) (Servomaa)

Pemeriksaan DRL1996 ESD 1988 - 1995


Chest PA 0.3 0.17
Chest lat 1.5 0.73
Abdomen AP 10 5.8
Pelvis 10 4.7
Skull AP/PA 5 2.8
Skull lat 3 1.5
Kesimpulan

• Dosis pasien radiologi diagnostik sangat bervariasi, tergantung pada


jenis pemeriksaan, ukuran pasien, kemajuan teknologi
• Dosis pasien harus diperhatikan, karena merupakan hak pasien
• Untuk keselamatan pasien sebaiknya dosis pasien dibandingkan
dengan DRL
• Indonesia menggunakan DRL rekomendasi IAEA, karena belum
memilikinya.
TUGAS!
• Bagaimanakah cara mengukur dosis radiologi ?
• Silahkan buka, baca dan pahami:
https://sites.google.com/a/sci.ui.ac.id/medphys-
uncovered/articles/articles-in-bahasa/fisika-
medis/dosispasienpadaradiologidiagnostikmengenalkonsepmenghind
ariblunder
• Bagi menjadi 4 grup, buat ppt, masing-masing mempresentasikan:
1. Radiografi umum dan mobile
2. Flouroskopi dan Mammografi
3. CT Scan
4. Radiografi Gigi

Anda mungkin juga menyukai