(2)
I = I0 e-x
= ln2/H1/2 = 0.693/H1/2
I = I0 e -0.693x/HVL
• Hamburan elastis
• Efek fotolistrik
• Efek Compton
• Produksi pasangan
Hamburan Elastis
• Hamburan elastis, energi foton rendah, elektron menyerap energi dan
mengakibatkan bervibrasi yang frekuensinya sama dengan frekuensi sinar X datang.
• Kondisi demikian menyebabkan atom dalam keadaan tereksitasi, dan secepatnya
elektron memancarkan energi ke segala arah dengan frekuensi sama dengan
frekuensi foton datang.
• Dalam proses hamburan ini terjadi atenuasi tanpa absorpsi.
• Elektron yang bervibrasi tetap terikat oleh inti dalam atom.
• Kemungkinan hamburan elastis meningkat pada elektron dengan energi ikat tinggi,
yang berarti elektron atom dengan nomer atom tinggi, serta energi foton dengan
energi relatif rendah.
• Koefesien atenuasi massa / meningkat dengan kenaikan nomer atom medium (~
Z2) , dan menurun dengan kenaikan energi foton datang (/ ~ 1/hf).
• Interaksi hamburan elestis terjadi terjadi pada semua energi sinar X , namun
kemungkinannya tidak lebih dari 10% dari seluruh proses interaksi dalam radiologi.
Efek fotolistrik
• Efek fotolistrik dominan dalam diagnostik terutama untuk energi foton
rendah.
• Efek ini merupakan interaksi antara foton dengan elektron terikat, dan
berkontribusi besar dalam pencitraan diagnostik.
• Energi elektron datang seluruhnya diserap oleh eletron, yang kemudian
keluar dari orbit.
• Sebagian energi digunakan untuk membebaskan elektron dari tenaga ikat
inti, dan sisanya untuk tenaga kinetik elektron.
• Meskitpun efek fotolistrik dapat terjadi antara foton dengan elektron pada
sembarang kulit atom, namun kemungkinan tinggi terjadi dengan elektron
yang paling kuat terikat.
Koefesien atenuasi massa fotolistrik
• Koefesien absorpsi massa fotolistrik menurun cepat dengan kenaikan energi
[/ ~ (1/hf)3], dan meningkat dengan kenaikan nomer atom medium [/ ~
Z3].
Testes
Sterilitas sementara 0.15
Sterilitas permanen >3.5
Ovari
Sterilitas >2.5
Lensa mata
Opasitas/kegelapan >0.5
Katarak >2.0
Sumsum tulang
Depresi hematopoieses >0.5
Kulit
Erythema dini 2
sementara
Epilasi sementara 3
Efek Stokastik
Dosis pasien
Berbeda untuk tiap negara
Pertumbuhan abnormal
Kemungkinan kanker
Pencitraan Radiologi Diagnostik
Pencitraan dengan sinar X dapat dilakukan dengan berbagai teknik:
• Radiografi konvensional, menggunakan film sebagai detektor.
• Pencitraan real time dengan fluoroskopi, menggunakan image intensifier dan TV (pemeriksaan
GI tract, barium meals, barium enema)
• 1970 kehadiran CT. Proses berlangsung dengan berkas sinar X bentuk fan, jumlah detektor
banyak, dapat membuat potongan tubuh . Perkembangan selanjutnya spiral CT, multislice CT,
fluoroskopi CT. CT merupakan pencitraan sinar X yang pertama menggunakan komputer, diikuti
oleh CR (computed radiography) dan DR (digital radiography).
• Spesial teknik, mammografi
• Pencitraan advance, teknologi kateter memungkinkan pemeriksaan intervensional berkembang.
• Pelaksana tindakan diagnostik radiologi tidak saja dokter spesialis radiologi, melainkan dapat
pula spesialis lain, seperti cardiologist, spesialis bedah ortopedi.
ESD (Entrans Skin Dose) dan DAP (Dose area product)
• Indikator sederhana yang dapat diukur, menunjukkan dosis pasien
• ESD dinyatakan untuk setiap pemeriksaan individual
• DAP untuk pemeriksaan yang kompleks
• Tergantung pada tebal pasien, kualitas berkas
• Bervariasi terhadap kemajuan teknologi
• Untuk semua pemeriksaan belum tentu tersedia data
• Dosis rata-rata sebaiknya dibandingkan dengan DRL (untuk mengetahui
kinerja lokal)
• ESD diukur dengan TLD
• DAP diukur dengan bilik ionisasi
• Perkiraan ESD dapat diukur dalam udara dengan bilik ionisasi (output
pesawat), yang tidak mengikut sertakan hamburan, ESD dikalkulasi
Kerusakan kulit induksi radiasi