Anda di halaman 1dari 52

TOMOGRAFI

(4)

FISIKA UIN WALISONGO SEMARANG Heni Sumarti


MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Prinsip Kerja MRI
• Prinsip kerja Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
adalah dengan memberi medan
magnet yang kuat di sekitar
tubuh pasien sehingga inti-inti
atom hidrogen dalam tubuh
akan berotasi.
• MRI kemudian akan
memancarkan signal frekuensi
radio yang diserap oleh inti
hidrogen dan melepaskan sinyal
yang ditangkap oleh antena.
• Hasil MRI akan diolah oleh
komputer menjadi bentuk
radiograf.
Pencitraan dengan MRI
Dalam pencitraan MRI, dokter interes pada perspektif klinis, sedangkan
fisikawan medis seharusnya lebih memperhatikan karakteristik fisika
citra.
Nilai klinis citra tergantung pada karakter fisikanya.
Peran fisikawan medis yang utama membantu optimasi berbagai
karakteristik fisika untuk aplikasi klinik yang khusus.
Beberapa karakteristik MRI yang perlu diperhatikan adalah :
• Karakteristik kualitas citra
• Karakteristik spasial (berkenaan dg ruang/tempat)
• Karakteristik visual citra
Karakteristik kualitas citra
Kualitas citra yang menentukan dokter mampu visualisasi struktur,
fungsi, dan tingkat patologik dalam tubuh pasien.
Kualitas citra merupakan gabungan antara 5 karakteristik spesifik:
• Kemampuan dan limitasi proses MRI
• Desain pesawat MRI
• Kontrol kualitas dan perawatan peralatan
• Faktor yang berhubungan dengan pasien
• Protokol pencitraan
Berbagai faktor protokol
Pencitraan MRI merupakan proses yang kompleks, dengan banyak
faktor variabel atau parameter yang harus diatur oleh operator.
Yang perlu diperhatikan termasuk faktor berikut:
• Metoda pencitraan (pulsa rf dan urutan gradien)
• Nilai parameter untuk setiap metode
• Cara pencitraan (karakteristik spasial)
• Teknik pencitraan spesifik (reduksi artifact)
Dengan memilih kombinasi faktor protokol dapat dibuat citra yang
optimum sesuai dengan kebutuhan klinis.
• Hubungan antara berbagai faktor
protokol dengan kualitas citra
sering sangat kompleks.
• Mengubah salah satu faktor
protokol dapat mengakibatkan
karakteristik citra yang berbeda.
• Perubahan satu faktor protokol
untuk meningkatkan salah satu
aspek kualitas citra akan
mengakibatkan penurunan satu
atau lebih karakteristik citra.
• Pada umumnya variabilitas yang
tinggi dalam kualitas MRI berkaitan
erat dengan banyak faktor protokol
yang tersedia.
Kualitas citra
• Pemilihan MRI untuk aplikasi klinis spesifik pada umumnya ditentukan
oleh karakteristik kualitas citra.
• Dibandingkan dengan citra dengan modalitas sinar x (radiografi dan
CT) MRI mempunyai kelebihan dan kekurangan karakteristik kualitas.
• MRI mempunyai resolusi lebih baik dibandingkan deng CT Scan 16
slice, namun untuk CT scan 64 slice dst, resolusi citra CT Scan lebih
baik.
Sensitivitas kontras
Kontras sensitivitas tinggi membuat MRI menjadi modalitas yang sangat
berharga.
MRI mampu untuk menghasilkan citra perbedaan kecil dalam karakteristik
jaringan dan fluida yang tidak tampak dalam citra dari modalitas lain.
Pencitraan MRI dapat diatur sehingga sensitive pada karakter berikut:
• Densitas proton
• T1 (longitudinal magnetization relaxation time)
• T2 (transverse magnetization relaxation time)
• Tipe jaringan (chemical shift)
• Stuktur vaskular (blood flow velocity and direction)
Sensitivitas kontras pada karakteristik jaringan atau fluida spesifik

ditentukan dengan seleksi metoda pencitraan spesifik dan kemudian

mengatur parameter yang sesuai dengan metoda khusus tersebut.


Visibilitas detail
• Visibilitas detail anatomi atau obyek kecil dibatasi oleh pengaburan
berkaitan dengan proses pencitraan.
• Sumber utama pengaburan MRI adalah ukuran individu voxel
jaringan.
• Semua jaringan dalam suatu voxel merupakan satu kesatuan dalam
pengaburan.
• Visibilitas detail anatomi diperoleh dengan menggunakan ukuran
voxel yang kecil.
• Meskipun MRI mampu membuat voxel kecil dan detail citra tinggi,
namun ada limitasi praktis yang dibentuk oleh image noise dan waktu
akuisisi.
Image noise

• Visual noise membatasi visibilitas obyek dengan kontras rendah. Yang


membatasi visibilitas detail anatomi adalah ukuran voxel.

• Teknik untuk mengurangi noise sering meningkatkan waktu akuisisi


citra.

• Noise merupakan limitasi tertinggi dalam proses pencitraan MRI.


Artifacts

• Proses pencitraan MRI sensitif pada berbagai kondisi yang


meproduksi artifacts.

• Artifact signifikan bila dalam daerah pencitraan hadir gerakan


anatomi dan arus fluida.

• Artifact dapat dihilangkan atau dikurangi dengan satu atau lebih


teknik reduksi artifact selama proses akuisisi citra.
Distorsi

• Distorsi geometri bukan masalah yang signifikan dalam pencitraan


MRI.

• Pada umumnya citra memberikan indikasi akurat ukuran relatif,


bentuk, dan lokasi struktur anatomi.

• Bila terjadi tidak keakuratan geometri, biasanya dikarenakan oleh


orientasi bidang citra yang tidak benar.
Waktu akuisisi
Karakteristik kualitas citra dapat diperbaiki dengan meningkatkan
waktu akuisisi.
Pembentukan citra MRI terdiri dari dua fase yang berbeda:
• Akuisisi signal
• Rekonstruksi citra
• Fase akuisisi pada umumnya membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan
fase rekonstruksi.

• Fase ini berisi siklus pencitraan yang diulang banyak kali. Lama pengulangan
(repetition time) TR merupakan salah satu parameter protokol yang dapat diatur.

• Efek utama adalah pada sensitivitas kontras dan noise citra.

• Jumlah siklus pengulangan dalam suatu akuisisi ditentukan oleh detail anatomi
dan noise.

• Kedua karakteristik dapat diperbaiki dengan meningkatkan jumlah siklus


pengulangan.
Karakteristik spasial

• Pada umumnya aplikasi MRI dalam


bentuk citra tomografi.
• Ketidak untungan pencitraan
tomografi adalah jumlah citra yang
banyak dibutuhkan untuk
memperoleh informasi dari suatu
daerah anatomi spesifik.
Irisan
• Karakteristik utama irisan yang harus diperhatikan adalah ukuran,
orientasi, dan jumlah irisan.
Ukuran
• Ukuran irisan ditentukan oleh dua parameter protokol.

• The field of view (FOV) menentukan daerah anatomi yang akan masuk
dalam irisan.

• Kebanyakan prosedur menggunakan FOV bujur sangkar, tetapi FOV


persegi panjang mempunyai keuntungan untuk aplikasi tertentu.
Ketebalan irisan biasanya dapat diatur dalam daerah 1 mm – 10 mm.

• Ukuran irisan memberikan dampak signifikan pada 3 karakteristik


kualitas; detail, noise, dan artifacts.
Orientasi
• MRI mampu membentuk citra virtual sembarang bidang dalam tubuh
pasien.
• Dengan demikian struktur anatomi dapat dilihat dari berbagai
perspektif.
Jumlah irisan
• Jumlah irisan dipilih untuk prosedur spesifik pada umumnya
ditentukan oleh ukuran daerah anatomi yang diamati, tebal irisan,
dan jarak antar irisan.
• Jumlah irisan memberikan efek pada waktu akuisisi citra.
Voxel

• Selama proses pencitraan, irisan jaringan dibagi menjadi matrix atau


deretan satuan volume individual yang disebut voxel.

• Voxel mewakili suatu sampel jaringan diskrit.

• Jumlah voxel dalam irisan memberi efek kualitas citra dan waktu
akuisisi citra.
Ukuran voxel

• Ukuran voxel dalam bidang irisan sama dengan FOV dibagi dengan
ukuran matrix.

• Ketebalan irisan menentukan ukuran tebal voxel


Jumlah voxels matrix size

• Ukuran matrix, yaitu jumlah voxel sepanjang satu dimensi pada irisan
merupakan parameter protokol yang bervariasi.

• Biasanya ukuran matrix dalam jangkauan 128 – 512 untuk aplikasi


dalam semua pencitraan.
Pixels
• Citra dibagi menjadi matrix dari satuan individu yang disebut pixel.
Kecerahan individual pixel ditentukan oleh intensitas signal rf yang
diproduksi oleh voxel yang bersangkutan.

• Biasanya satu pixel mewakili satu voxel. Namun dapat pula dibuat
citra dengan beberapa pixel untuk satu voxel.

• Ukuran pixel memberi efek pada penampilan citra, namun ukuran


voxel jaringan yang menentukan kualitas citra.
Visualisasi karakteristik

• Citra MR adalah tayangan suatu fenomena atau karakteristik fisika.

• Berbagai karakteristik membentuk hubungan antara citra yang


didisplai dengan jaringan dalam tubuh pasien.
Intensitas signal radiofrekuensi (rf)

• Citra MR konvensional merupakan displai intensitas signal rf yang


dipancarkan oleh irisan jaringan.

• Kecerahan setiap piksel berhubungan dengan intensitas signal rf yang


diproduksi oleh voksel yang sepadan.
Resonansi magnetik
• Bila jaringan dan fluida tubuh yang berisi inti magnetik diletakkan dalam
medan magnet kuat, inti akan beresonansi dalam daerah radiofrekuensi.
• Frekuensi resonansi ditentukan oleh 2 faktor: karakteristik frekuensi
resonansi setiap inti tertentu, dan kuat medan magnet.
• Untuk hidrogen, yang merupakan inti utama dalam pencitraan medis,
beresonansi pada frekuensi 42.6 dalam medan magnet 1 Tesla.
• Voxel yang terresonansi memancarkan signal rf sebagai respons pada
deretan pulsa rf yang diterima dari sistem pencitraan.
• Sayangnya, sistem pencitraan sensitif terhadap energi rf dari berbagai
sumber lain selain jaringan dalam voxel.
• Penerimaan energi rf yang tidak diharapkan ini akan mengurangi kualitas
citra dengan adanya penambahan gangguan visual (visual noise) ataupun
artifact.
Intensitas signal voxel
• Pada dasarnya, setiap voxel jaringan merupakan suatu sumber signal
independen.
• Intensitas signal setiap voxel ditayangkan sebagai kecerahan oleh
citra pixel yang sepadan.
• Tampaknya konsep pencitraan tersebut sederhana, namun proses
sebenarnya dari voxel menjadi kecerahan pixel berkaitan dengan 2
operasional yang sangat kompleks, yaitu proses akuisisi dan
rekonstruksi.
• Selama proses akuisisi, signal voxel harus diberi tanda dengan karakteristik
yang unik sehingga dapat diarahkan ke pixel sepadan oleh proses
rekonstruksi citra Fourier.
• Selama proses akuisisi, gradien medan magnet dipakai untuk memberi
signal dari voxel dengan kombinasi unik antara frekuensi dan berbagai
karakteristik fase.
• Frekuensi dan proses penandaan fase menempatkan dua pengenal alamat
pada signal dari setiap voxel (seperti lamat rumah, nama jalan dan nomer
rumah).
• Proses rekonstruksi menyortir signal dan menayangkan intensitasnya dalam
lokasi pixel citra yang sepadan.
Energi gangguan (noise)
• Jaringan di luar suatu irisan jaringan dapat juga menjadi sumber
energi.
• Kebanyakan energi tersebut dihasilkan oleh aktivitas termal dalam
jaringan, bukan dari prosese MR yang memproduksi signal dalam
voxel jaringan.
• Sifat sembarang energi rf ini menambah signal voxel dan
menghasilkan variasi jenis statistik dalam kecerahan pixel, yang akan
kelihatan sebagai gangguan citra.
• Kehadiran konstan energi rf yang tidak diharapkan ini dan
menghasilkan gangguan citra merupakan salah satu faktor terbesar
keterbatasan dalam MRI.
Artifacts
• Proses pencitraan MR sensitif terhadap berbagai kondisi yang
menghasilkan artifacts.

• Gerakan jaringan dan fluida tubuh selama proses akuisisi merupakan


sumber utama artifacts yang mengganggu pencitraan klinis.

• Suatu karakteristik umum yang terbanyak terjadi dalam citra MR


adalah signal rf dari suatu foxel tertentu tidak diarahkan dan
ditayangankan pada lokasi pixel yang sepadan.
Magnetisasi jaringan
• Citra MR merupakan tayangan magnetisasi jaringan. Jaringan menjadi
bersifat magnet ketika diletakkan dalam medan magnet kuat.
• Magnetisasi terjadi karena magnetik inti dalam jaringan menjadi
searah dengan medan magnet, menghasilkan magnetisasi dalam
voxel jaringan.
• Tingkat magnetisasi yang dapat dicapai ditentukan oleh konsentrasi
inti magnet dan kuat medan magnet.
• Magnetisasi jaringan yang searah dengan medan magnet disebut
sebagai magnetisasi longitudinal.
• Magnetisasi longitudinal tidak dapat langsung menghasilkan signal rf.
Oleh karenanya harus diubah dalam bentuk lain.

• Selama proses akuisasisis citra MR, magnetisasi jaringan mengalami


suatu deretan perubahan dalam orientasi maupun besarnya.

• Intensitas signal rf ditentukan oleh besar magnetisasi yang ada pada


suatu waktu spesifik yang dikenal sebagai kejadian ekho.

• Tingkat magnetisasi pada waktu kejadian ekho ditentukan oleh


kombinasi karakteristik jaringan dan parameter proses pencitraan.
Relaksasi longitudinal

• Magnetisasi longitudinal maksimum tidak terjadi instan ketika


jaringan dimasukkan kedalam medan magnet.

• Magnetisasi ini akan tumbuh secara eksponen dengan waktu. Waktu


konstan untuk proses pertumbuhan tersebut dikenal sebagai T1.

• Waktu T1 merupakan karakteristik jaringan yang tergantung pada


jenis jaringan dan kehadiran kondisi patologik.
Eksitasi
• Magnetisasi longitudinal merupakan kondisi ”diam” yang tidak
memproduksi signal rf.
• Di lain pihak, magnetisasi pada bidang transversal merupakan
generator signal rf.
• Di beberapa tempat pada setiap siklus akuisisi, magnetisasi
longitudinal harus diubah menjadi magnetisasi transversal dengan
memberikan suatu pulsa energi rf, yang disedut proses eksitasi.
• Pulsa eksitasi ditandai oleh flip angle (sudut jatuh putar) yang
menentukan fraksi magnetisasi longitudinal yang dapat dijatuhkan
pada bidang transversal.
Relaksasi transversal
• Magnetisasi transversal merupakan kondisi tidak stabil yang meluruh
secara eksponen.
• Waktu konstan proses peluruhannya dikenal sebagai T2.
• Harga T2 ditentukan oleh karakteristik jaringan seperti jenis jaringan
dan kehadiran patologi.
• Ada dua persyaratan agar dihasilkan magnetisasi transversal.
• Inti magnetik harus dalam bidang transversal dan harus spinning dalam fase
yang sama.
• Pulsa eksitasi menghasilkan kedua kondisi tersebut.
• Meskipun magnetik inti akhirnya meninggalkan bidang transversal, namun
proses ini relatif lebih lambat dibanding dengan proses kehilangan koherensi
fase.
• Proses dephasing (kehilangan/pengurangan fase) magnetisasi inti dalam
voxel yang mengakibatkan peluruhan magnetisasi transversal.
• Dephasing dan peluruhan magnetisasi transversal dihasilkan oleh
karakteristik jaringan T2 dan inhomogenitas medan magnet dalam voxel.
• Inhomogenitas medan magnet dalam voxel dapat berasal dari
inhomogenitas medan inherent, variasi suseptibilitas dalam voxel atau
aplikasi gradien magnet.
Kejadian ekho
• Signal rf diproduksi pada suatu tempat spesifik bersamaan waktu
dengan refase magnetik inti.
• Refase ini yang memproduksi kejadian ekho.
• Bila refase diproduksi oleh pulsa rf, maka disebut spin echo.
• Refase dapat juga dihasilkan dengan memberikan gradien magnet
terbalik yang menghasilkan kejadian gradient echo.
• Interval waktu antara eksitasi dan kejadian ekho merupakan
parameter protokol yang dapat diatur yang disebut TE (time to the
echo event).
Inti magnetik
• Citra MR merupakan citra inti magnetik.
• Inti magnetik ini yang akan menjadi sumber magnetisasi jaringan yang
akan menghasilkan signal rf.
• Agar dapat berinteraksi dengan medan magnet, inti harus merupakan
magnet kecil dan memiliki momen magnet.
• Karakteristik magnetik individu inti ditentukan oleh komposisi proton-
netron.
• Hanya inti dengan jumlah proton dan netron ganjil yang memiliki
momen magnet.
• Suatu voxel jaringan harus berisi inti magnetik dengan konsentrasi
tinggi agar dapat memproduksi signal rf.
Hidrogen
• Inti hidrogen mempunyai satu proton.
• Pencitraan klinis MR dibatasi hanya bersumber dari inti hidrogen.
Karakteristik jaringan
Intensitas signal rf
pada waktu kejadian
ekho ditentukan oleh
3 karakteristik
spesifik, yakni
densitas proton, T1
dan T2.
• Perbedaan ketiga karakteristik ini dari jaringan satu dengan jaringan
lain yang merupakan sumber kontras dalam pencitraan MR
konvensional.
• Sensitivitas kontras pada suatu karakteristik jaringan spesifik
ditentukan oleh berbagai parameter yang dihubungkan dengan
metoda pencitraan.
• Bila metoda pencitraan spin-echo konvensional digunakan, TR dan TE
adalah parameter yang dapat dipakai untuk mengatur kontras
sensitivitas untuk karakteristik jaringan tertentu.
• Sensivitas maksimum untuk kontras T1 diperoleh dengan
menggunakan TR relatif pendek.
• Maksimum sensitivitas untuk kontras densitas proton membutuhkan
TR yang relatif panjang.
• Nilai TE merupakan kontrol utama untuk menentukan sensitivitas
kontras T2.
• Dalam pencitraan MR pertimbangan harus diberikan pada kontras
berlawanan yang sering dihasilkan oleh berbagai karakteristik
jaringan.
• Sebagai contoh, bila kontras T1 dan T2 dicampur tidak tepat dalam
suatu citra, visibilitas perbedaan berbagai lesi atau jaringan lain akan
direduksi dan bahkan akan dapat hilang.
• cerebrospinal fluid, CSF
• Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan
yang abnormal pada tubuh
• Penyakit Vaskular Perifer adalah penyakit yang ditandai dengan
penyempitan pembuluh nadi di luar jantung dan otak
• Blood-Brain Barrier Disruption
Tugas !
1. Jelaskan yang dimaksud dg relaksasi T1 dan T2 !
2. Bagaimanakah citra kanker/tumor saat relaksasi T1 dan T2 !
Jelaskan !

Anda mungkin juga menyukai