Anda di halaman 1dari 12

FENOMENA-FENOMENA OPTIK

1.1. Aurora

Merupakan gejala pita-pita cahaya yang tampak di sektiar lingkar kutub utara dan
selatan bumi. Aurora terbentuk jika partikel bermuatan listrik dari bintik matahari mengalir ke
arah bumi yagn tertarik oleh medan magnet bumi. Aurora berwarna-warni sangat indah
karena interaksi partikel matahari dengan gas-gas di atmosfer.
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya.
Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis, yang
dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas.
Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah
Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan
Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan
Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di
puncak gunung di iklim tropis.

1.1.1 Proses

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan terbentuknya aurora yaitu:

1. Medan magnetik suatu planet, (dalam hal ini bumi)


2. Angin Matahari, adalah suatu aliran partikel bermuatan (yakni plasma),yang menyebar
ke segala arah dari atmosfer terluar matahari (korona),tersusun dari elektron berenergi
tinggi dan proton, yang mampu melepaskan diri dari gravitasi sebuah bintang, karena
energi panasnya yang sangat tinggi. Plasma adalah partikel sejenis gas yang telah
terionisasi. Pada umumnya gas tidak bermuatan, tetapi karena suhu yang sangat panas di
matahari menyebabkan partikel gas terionisasi maka terbentuklah plasma, biasanya pada
saat terjadi aktivitas matahari pancaran plasma bertambah.
3. Interaksi partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari
(plasma), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub utara dan
selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi, saat bertemu dengan partikel
atmosfer bumi terjadi eksitasi-relaksasi elektron sehingga memendarkan warna yang
indah. Dengan kata lain, Angin matahari yang membawa pancaran plasma mendekati
bumi, lalu plasma ini tertarik atau dibelokan ke pusat magnet bumi (kutub utara dan
selatan), saat plasma ini bertemu partikel atmosfer bumi terjadilah interaksi di antara
keduanya sehingga memendarkan warna yang indah, itulah Aurora.

Fenomena aurora ini terkait dengan selubung medan magnet atau magnetosfer Bumi
dan aktivitas kemunculan cahaya dari Matahari. Semakin kuat dan lama cahaya aurora, dapat
diperkirakan semakin kuat gangguan dari Matahari yang dikenal sebagai badai matahari (solar
storm). Badai Matahari adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak kegiatan
bintik matahari (sunspot), biasanya setiap 11 tahun akan memasuki periode aktivitas badai
matahari. Sedangkan gangguannya yang terjadi pada medan magnet Bumi, dinamakan badai
magnet (magnetic storm). Perubahan medan magnet yang mendadak tersebut menyebabkan
partikel bermuatan yang ada di atmosfer meningkat atau berubah arah (misalnya di lapisan
ionosfer). Aurora juga bisa muncul bila terjadi fenomena lanjutan pada magnetosfer yang
dikenal sebagai magnetic sub-storm. Peristiwa ini memunculkan aurora oval di kutub-kutub
Bumi yang simetri satu sama lain. Meski fenomena ini telah diduga oleh para ahli sejak lama,
bukti observasi baru diperoleh pada tahun 2001 melalui pengamatan satelit NASA.
1.1.2 Lokasi dan waktu

Peranan medan magnet yang besar pada terjadinya aurora menyebabkan aurora paling
sering terjadi di daerah di sekitar kutub utara dan kutub selatan magnetiknya, dan sangat
jarang terjadi di daerah katulistiwa. Aurora yang terkenal adalah Aurora Borealis (di kutub
utara) dan Aurora Australis (di kutub selatan).

Aurora borealis paling sering disaksikan di Fairbanks, Alaska, dan beberapa lokasi di
Kanada Timur, Islandia dan Skandinavia Utara. Aurora australis paling jarang terlihat karena
aurora ini biasanya justru terlihat terang di daerah yang jarang penduduknya. Aurora australis
biasanya sering terlihat di Australia pada siklus 11 tahun aktivitas titik matahari. Titik-titik
matahari maksimum berlangsung pada tahun 2000.Aurora Australis pernah terlihat di
Tasmania.

Selain lokasi, cuaca dan polusi, cahaya juga mempengaruhi kualitas aurora. Di Alaska,
waktu terbaik untuk melihat aurora adalah pada bulan-bulan Maret dan September hingga
Oktober akhir. Saat itu langit dalam keadaan gelap dan cuacanya sangat cerah. Saat musim
panas, langit malam tidak terlalu gelap. Sebaliknya pada musim dingin, udara menjadi terlalu
dingin sehingga mengganggu kenyamanan orang-orang yang ingin mengamatinya.Aurora
muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda. Penampakannya berubah-ubah, Tahap paling
indah adalah pada tengah malam. Aurora juga membentuk pita-pita cahaya dengan berbagai
warna, biasanya berwarna hijau, kuning, biru atau merah tua.Warna-warna yang dihasilkan
disebabkan benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda.Warna yang terlihat
bergantung pada ketinggian dan jenis molekul yang ada di atmosfer. Elektron berenergi tinggi
dan proton bergerak ke bawah menuju medan magnet bumi dan bertumbukan di atmosfer
yang kebanyakan mengandung atom-atom oksigen dan nitrogen. Hasil dari tumbukan tersebut
adalah atom-atom dan molekul-molekul yang ada di atmosfer tereksitasi ke tingkatan energi
yang lebih tinggi. Warna-warna yang kita lihat pada aurora bergantung pada gas di atmosfer
yang bertumbukan dengan partikel bermuatan yang dibawa oleh angin matahari.

Terdapat dua gas utama yang ada di atmosfer yang paling berpengaruh pada
pembentukan cahaya aurora:

 Karbon Dioksida, dapat menghasilkan dua warna utama aurora, yaitu hijau-kuning
yang memiliki panjang gelombang 557,7 nm, warna ini paling sering terlihat,dan merah
yang memiliki panjang gelombang 630 nm, namun warna ini jarang terlihat.
 Nitrogen, yang pada keadaan terionisasi akan menghasilkan warna biru muda. Pada
keadaan netral, molekul nitrogen menghasilkan warna merah keunguan.
Aurora Borealis
1.2. Fatamorgana

1.2.1 Latar Belakang Fatamorgana

Fatamorgana merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di


tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana adalah pembiasan
cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada
menjadi seolah ada. Fenomena ini biasa dijumpai di tempat panas dan Gunung Brocken di
Jerman Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini
sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini
berfungsi sebagai cermin. Kata 'Fatamorgana' adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le
Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah rupa.

Fatamorgana muncul ketika cahaya terbias dan menghasilkan gambar dari suatu
obyek atau langit padahal sebenarnya tidak ada. Fenomena ini biasanya terjadi di permukaan
panas, seperti jalan aspal, di daratan, di laut, di gurun pasir, atau daerah kutub.

Gambaran fatamorgana yang tampak,oleh mata, dapat bermacam-macam bentuknya,


seperti kolam air, danau, tepi pantai, pulau, perahu, kota, dan lain sebagainya.
Jadi, Fatamorgana  sebenarnya adalah pantulan cahaya langit yang dipantulkan
(dibiaskan) oleh udara panas, dimana udara panas ini berfungsi sebagai cermin. Secara fisika,
fenomena optik ini terjadi karena cahaya secara kuat terbelokkan saat melewati lapisan udara
yang memiliki perbedaan temperatur yang tinggi di dalam lapisan atmosfer.

1.2.2 Terjadinya Fatamorgana

Penampakan fatamorgana, dipengaruhi oleh ketinggian titik pengamatan. Makin


tinggi titik pengamatan, fatamorgana semakin tidak jelas. Fatamorgana makin jelas jika titik
pengamatan rendah.

Pada siang hari saat berjalan di jalan beraspal, di bawah matahari terik sehingga
membuat jalan beraspal yang hitam itu menjadi sangat panas, maka aspal yang panas itu akan
meradiasikan panas tersebut, sehingga udara di sekitar, jalan menjadi sangat panas. Udara
panas tersebut akan memantulkan bayangan langit biru dan awan awan yang tampak seperti
kolam berisi air. Pemandangan seperti itulah  yang disebut Fatamorgana.
Hal ini juga terjadi di padang pasir ketika padang pasir sedang panas panasnya maka
udara diatasnya berlapis lapis. Tiap lapisan, suhunya berbeda beda , makin dekat dengan
pasir, maka suhu akan makin panas. Sinar yang berasal dari langit atau awan akan mengalami
pembiasan berantai ( sinarnya dibelokkan ) oleh lapisan-lapisan itu, sampai akhirnya sinar ini
berbalik ke atas ( disebut juga pemantulan total )

Ketika sinar itu ditangkap oleh mata maka orang akan melihatnya sebagai sesuatu yang
kebiruan muncul dari aspal atau gurun pasir ( seperti kolam air ). Jadi fatamorgana bukan
karena mata kelelahan , fenomena ini nyata dan dapat di foto yang jadi masalah adalah
kesalahan interprestasi otak kita.
Para pelaut, terbiasa dengan fenomena di mana pulau terlihat melayang di udara. Kesan
ini timbul saat mereka mengamati pemandangan laut dari kapal dengan ketinggian
penglihatan antara dua atau tiga meter di atas permukaan laut dan juga di tempat-tempat yang
datar.
 

Fatamorgana juga dapat terjadi di kutub. terjadi manakala tidak ada hembusan angin,
tak ada turbulensi udara serta udara dalam keadaan bersih dan kering, maka fenomena ini
akan mudah sekali terjadi. Fatamorgana di kutub dapat diamati pada hari dengan temperatur
yang cerah, di lokasi yang terdapat lapisan es yang membuat temperatur udara menjadi
rendah. Fenomena yang terjadi adalah sama, karena ada pantulan cahaya yang dibelokkan.

1.3. Fenomena Halo Matahari

1.3.1 Pengertian Halo Matahari

Pernahkan Anda melihat matahari yang dikelilingi oleh cahaya yang berbentuk
lingkaran bundar di sekitarnya? Hal ini terlihat matahari seolah dilingkari oleh sebuah cincin
cahaya. Nah, itulah yang disebut dengan halo matahari. Jadi, halo matahari merupakan sebuah
fenomena optis yang berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari. Apakah fenomena halo ini
hanya terjadi di sekitar matahari? Tidak.

Fenomena halo bisa juga terjadi di sekitar bulan ataupun lampu penerangan jalan dan
kadang- kadang di permukaan Bumi sendiri. Fenomena halo ini biasa terjadi di berbagai
sumber cahaya. lalu, apa sajakah yang menyebabkan terjadinya fenomena halo matahari ini?
baik, kita akan membahas mengenai penyebab halo matahari di bawah ini.

1.3.2 Penyebab Terjadinya Halo Matahari

Fenomena halo matahari merupakan fenomena langka yang tidak biasa terjadi atau
hanya terjadi pada waktu tertentu saja. sebenarnya apa sih yang menyebabkan fenomena ini
terjadi? Apa yang menyebabkan munculnya lingkaran cahaya di sekitar matahari? Hal ini
sungguh tidak lepas dari peranan pantulan cahaya matahari itu sendiri. Sebenarnya ada
bermacam- macam fenomena halo, namun pada umumnya halo matahari disebabkan karena
adanya kristal es yang berada di awan cirrus yang dingin sudah berada di ketinggian 5 hingga
10 km di atas lapisan troposfer.

Terjadinya fenomena halo matahari sangat bergantung pada bentuk dan juga arah kristal
es. Jadi, fenomena halo matahari ini sangat erat kaitannya dengan adanya kristal es yang
berada di salah satu awan yang ada di angkasa, yakni awan cirrus. Awan cirrus sendiri
merupakan awan yang berbentuk tipis- tipis seperti bulu yang biasanya muncul tidak
berkelompok. Lalu, bagaimanakah proses terjadinya fenomena halo matahari ini?

1.3.3 Proses Terjadinya Halo Matahari

Fenomena halo matahari terjadi karena beberapa proses. Seperti yang kita ketahui sebelumnya
bahwa halo matahari akan terjadi apabila ada kristal es yang berada di awan cirrus. Lalu
bagaimanakah prosesnya hingga tercipta cahaya indah yang mengitari matahari tersebut?
Berikut merupakan beberapa proses terjadinya cahaya yang mengitari matahari atau halo
matahari:

 Terdapat sinar matahari

Fenomena halo matahari diawali dari adanya cahaya matahari karena cahaya itulah yang
menjadi pokok dari terjadinya halo matahari ini.

 Sinar matahari kemudian direfleksikan atau dibiaskan oleh permukaan es yang


berbentuk batang atau prisma

Kristal- kristal es yang berada di awan cirrus ada yang berbentuk batang atau prisma atau
mungkin yang lainnya. Nah, halo matahari terjadi ketika sinar matahari mengenai kristal
es yang berbentuk batang dan prisma.

 Sinar matahari menjadi pecah ke dalam beberapa warna akibat efek dispersi udara

Ketika sinar matahari mengenai bentuk kristal yang batang maupun prisma, cahaya
matahari akan terpecah ke dalam beberapa warna seperti pada prose terjadinya pelangi

 Pecahan sinar tersebut dipantulkan ke arah tertentu


Kemudian sinar matahari yang terpecah ke dalam beberapa warna tersebut dipantulkan ke
arah tertentu (di sekitar matahari) dan menjadi cincin cahaya di sekitar matahari.

Nah itulah beberapa langkah dari proses terjadinya fenomena halo matahari. Selain
melalui proses tersebut, halo matahari juga bisa terjadi karena terdapat debu- debu berlian
atau kristal es pada saat cuaca sangat dingin ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan
bumi dan memantulkan cahaya. Pada waktu ilmu meteorologi belum banyak dikembangkan,
manusia menggunakan fenomena halo matahari ini untuk meramalkan cuaca di wilayah
tersebut.

1.3.4 Dampak Fenomena Halo Matahari

Fenomena halo matahari merupakan fenomena optik yang terjadi karena sebab- sebab
alam. Sebenarnya tidak ada dampak khusus dari terjadinya fenomena ini selain efek
keindahan. Namun sebagian masyarakat Indonesia sering mengaitkan fenomena ini dengan
bencana alam yang akan terjadi (khususnya gempa bumi) beberapa hari setelahnya. Hal ini
karena beberapa kali menjelang gempa bumi besar yang menimpa beberapa wilayah di
Indonesia, fenomena halo matahari ini terjadi

Beberapa fenomena halo matahari terlihat di langit Indonesia. Beberapa diantaranya


adalah:

1. Fenomena halo matahari di Padang tanggal 21 Oktober 2010


2. Fenomena halo matahari di Yogyakarta tanggal 10 April 2018

1.4. Kilat

Kilat adalah nyala yang terlihat ketika terjadi pelepasan elektrostatik mendadak yang
terjadi di awan, biasanya muncul pada saat terjadinya badai. Pelepasan listrik ini terjadi akibat
arus negatif bergerak menuju arus positif. Pergerakan ini bisa terjadi dari awan ke awan, atau
dari awan ke tanah. Satu sambaran petir dapat memuat hingga 300 juta volt dalam 100.000
ampere.

Walaupun kelihatannya sama-sama bersifat cahaya, namun kecepatan kilat jauh lebih
lambat daripada kecepatan cahaya. Kecepatan kilat hanya 150.000 km/detik, sementara
kecepatan cahaya adalah 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h). Lalu bagaimana proses
terjadinya kilat?

Saat suhu tanah cukup panas, dia akan memanaskan udara di atasnya. Udara panas ini
kemudian naik, menjadi uap air dan membentuk awan. Ketika udara panas terus bertambah,
awan akan menjadi semakin besar. Di bagian atas awan, temperaturnya berada di bawah titik
beku, mengakibatkan air yang menguap ini membeku menjadi es. Pada saat inilah awan
berubah menjadi awan bermuatan listrik. Banyak partikel es yang saling bertumbukan satu
sama lain saat mereka saling bergerak. Tabrakan-tabrakan ini membangkitkan tegangan
listrik.

Pada akhirnya awan tersebut akan dipenuhi dengan tegangan listrik. Tegangan positif
yang lebih ringan itu terbentuk di bagian atas awan, sementara tegangan negatif yang lebih
berat turun ke bagian bawah awan. Ketika arus positif dan negatif tumbuh cukup besar,
percikan besar (petir) muncul di antara dua tegangan di dalam awan ini.
Saat terjadi badai, benturan antara partikel hujan, es, dan salju yang terjadi di dalam
awan meningkatkan ketidak-seimbangan di antara awan dan tanah. Seringkali arus negatif
menurunkan jangkauan dari awan-awan berbadai itu. Sementara, benda-benda di atas tanah
seperti menara, pepohonan, dan tanah kemudian menjadi arus positif dan membuat petir
akhirnya menghantar ke sana.

Suhu petir lebih berada di 27.000 derajat celsius, itu berarti lebih panas daripada suhu
permukaan matahari yang hanya sekitar 5.500 derajat celsius. Kilatan yang menyambar dapat
memanaskan udara di sekitarnya lima kali lipat lebih panas daripada panas matahari. Panas ini
mengakibatkan udara di sekitarnya itu mengalami pemuaian dan vibrasi mendadak dalam
jumlah besar, dan akibatnya menimbulkan suara gemuruh.

Ke mana petir akan menyambar? Listrik mencari konduktor terdekat untuk melepaskan
hantarannya. Seringkali adalah awan lainnya atau sisi lain dari awan asalnya. Namun paling
berbahaya adalah petir yang menyambar dari awan menuju permukaan tanah, karena
sambaran ini dapat melukai kita.

Peta ini menunjukkan daerah di dunia yang sering mengalami sambaran petir. Bila
diperhatikan, wilayah panas semakin berpotensi untuk membentuk petir. Hal ini disebabkan
karena udara panas diperlukan untuk membentuk awan, dimana petir pada umumnya terbuat.

Ketika badai bergerak di atas tanah, ada muatan negatif yang kuat di awan itu menarik
muatan positif di atas tanah. Muatan positif ini bergerak ke benda-benda yang lebih tinggi
seperti pohon, tiang listrik, atau atap gedung dan bangunan tinggi lainnya. Tempat tinggi
memang paling sering menjadi sambaran petir, karena merupakan objek paling terjangkau
dari awan. Namun tidak selalu petir menyambar tempat paling tinggi tersebut.

Petir bermuatan positif seringkali dianggap lebih berbahaya karena wilayahnya lebih
kuat, dan durasi kilatannya relatif lebih lama, dan kekuatan sambarannya bisa lebih kuat
daripada yang bermuatan negatif. Ditambah lagi petir bermuatan positif bisa terjadi di
penghujung awan, dan menyambar lebih dari puluhan kilometer jauhnya. Sambaran seperti ini
yang biasanya tidak disadari oleh manusia.

Planet bumi mendapatkan banyak keuntungan dari fenomena petir ini. Petir membantu
bumi menjaga keseimbangan elektrik. Permukaan bumi dan atmosfernya dengan mudah
mengkonduksi muatan listrik, dimana Bumi mendapatkan konduksi negatif dan lapisan
atmosfer mendapatkan konduksi positif. Selalu ada arus elektron yang seimbang mengalir ke
atas dari seluruh permukaan bumi.

Badai bermuatan petir membantu untuk mengalirkan muatan negatif itu kembali ke
bumi (biasanya petir bermuatan negatif). Tanpa petir, keseimbangan antara bumi dan atmosfer
akan menghilang dalam waktu singkat. Petir juga membantu menciptakan senyawa kimia
yang menyusun lapisan ozon.
Kilat adalah hantaran cahaya yang tampak ketika perpindahan arus listrik terjadi, yang
pada umumnya bersumber dari awan. Karena konduktor dan media hantaran yang bermacam-
macam ini, dan juga proses terbentuknya petir tidak selalu karena satu faktor saja, maka
bentuk penampakan kilat juga bervariasi.

Inilah beberapa macam tipe-tipe kilat:

1. Staccato. Jenis staccato adalah tipe kilat yang durasinya pendek dengan garis-garis
yang hampir selalu tampak seperti satu tarikan saja dan sangat terang. Pada satu tarikan
tersebut terdapat beberapa cabang-cabang.

2. Awan ke Bumi – Negatif. Petir jenis ini merupakan petir yang paling umum.

3. Awan ke Bumi – Positif. Petir ini dapat dikenali dari bentuk kilatannya yang tunggal
dan biasanya tidak memiliki banyak cabang. Jenis petir bermuatan positif ini lebih
berbahaya daripada petir bermuatan negatif. Karena kekuatannya jauh lebih besar
daripada petir bermuatan negatif, yaitu sekitar 1 miliar volt (petir bermuatan negatif
hanya 300 juta volt), sepuluh kali lipat ampere lebih banyak daripada petir bermuatan ion
negatif. Meskipun temperaturnya sama panas, namun bertahan lebih lama daripada yang
negatif. 
4. Bumi ke Awan. Petir ini dapat dikenali dari kilatannya yang berasal dari tanah menuju
awan. Kebalikan dari petir awan ke bumi, cabangnya menyebar di bagian atas. Biasanya
sambaran ini terjadi setelah petir menyambar bumi dan tertangkap oleh benda penghantar
listrik seperti menara, yang kemudian mengembalikan sambaran itu ke langit.

5. Awan ke awan, dalam awan yang sama. Kilatannya menyambar seperti merambat di
dalam wilayah awan yang sama, biasanya membentuk seperti jaring laba-laba di antara
awan tersebut. 

6. Anvil crawler. Petir ini dapat dikenali dengan rambatannya yang lambat dan
jangkauannya yang luas, menjelajahi langit.
7. Sambaran dari awan ke udara. Seperti namanya, kilatannya berawal dari awan dan
menyambar ke udara kosong. 

8. Petir ini (sebelah kiri) memiliki kilatan yang berbentuk seperti butiran-butiran manik.
Jenis petir ini termasuk cukup jarang terjadi.  

9. Ada juga petir yang kelihatannya berganda. Namun fenomena ini terjadi karena efek
kamera saja. Jadi, ketika pengambil gambar memotret gambar ini, kameranya bergerak
sehingga tampaknya petir ini terduplikasi.
1.5. Afterglow

Suatu pijaran ekor (afterglow) adalah cahaya lengkungan tinggi berwarna merah muda
atau keputih-putihan yang muncul di langit karena partikel debu yang sangat halus tergantung
di wilayah atmosfer tinggi. Suatu pijaran ekor mungkin muncul di atas awan tertinggi pada
saat senja, atau dipantukan dari padang salju di daerah pegunungan setelah Matahari
terbenam. Partikel menghasilkan efek penyebaran pada sebagian komponen cahaya putih.

Setelah letusan dari gunung berapi Krakatoa pada 1883, serangkaian warna kemerahan
seperti Matahari terbenam tampak di seluruh dunia. Hal ini disebabkan jumlah partikel sangat
halus yang sangat banyak yang terbang sangat tinggi karena letupan gunung berapi, dan
kemudian secara global terserap oleh arus atmosfer tinggi. Lukisan Edvard Munch, Scream,
mungkin menggambarkan pijaran ekor selama periode ini.
1.6. Parhelion

Parhelion (dari bahasa Yunani: παρήλιον— parēlion; dari kata παρά [para] berarti "di
samping", dan ἥλιος [helios] berarti "Matahari"), juga disebut sun dog, mock sun (matahari
semu)[1] atau phantom sun (matahari bayangan),[2] adalah suatu fenomena optis yang
menampakkan titik-titik terang di langit, seringkali pada cincin halo di sekeliling Matahari.[3]

Parhelion tampak sebagai pancaran cahaya berwarna di kiri-kanan Matahari, berjarak 22° dan
pada jarak yang sama di atas cakrawala, dan pada halo es. Parhelion dapat dilihat dimana pun
dan saat musim apapun, namun tidak selamanya tampak bercahaya dan cemerlang. Parhelion
tampak jelas dan cerah saat Matahari tampak rendah.
Umumnya parhelion tercipta dari kristal es piringan berbentuk segi enam pada awan
sirus yang tinggi dan dingin, atau selama musim dingin yang amat dingin, oleh kristal es yang
disebut debu intan yang tertiup di udara pada tingkat rendah. Kristal-kristal tersebut berfungsi
sebagai prisma, membelokkan cahaya yang melewatinya dengan defleksi minimum 22°. Jika
kristal-kristal tersebut terorientasi secara acak, maka lingkaran di sekeliling Matahari akan
terlihat, yakni halo. Apabila kristal-kristal terbenam di udara dan tertata secara vertikal, maka
cahaya Matahari terbiaskan secara mendatar. Dalam kasus ini, parhelion dapat terlihat.
Seiring Matahari yang semakin meninggi, cahaya yang melewati kristal-kristal tersebut
semakin dicondongkan dari bidang datar. Sudut deviasi mereka bertambah dan parhelion
semakin menjauhi Matahari.[4] Bagaimanapun, mereka selalu tampak di ketinggian yang
sama dengan Matahari. Parhelion tampak merah di sisi terdekat dengan Matahari. Semakin
jauh, maka warnanya berubah dari jingga menjadi biru. Warna parhelion akhirnya menjadi
putif saat berada di lingkaran parhelis (jika dapat terlihat).

Anda mungkin juga menyukai