Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN
“KENYAMANAN-NYERI”
Pendahuluan

 Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg


besar dari maha pencipta (Allah SWT).

 “Pain is alarm protection tell us that


something wrong in our body”.

 Sulit dibayangkan seandainya tubuh kita


tidak dilengkapi dgn “reseptor nyeri”,
sehingga kita tidak pernah menyadari
kalau tubuh kita telah terancam
kerusakan.
PENGERTIAN

Nyeri : suatu sensori subjektif dan pengalaman


emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan
dalam kejadian2 dimana terjadi kerusakan
(IASP, 1979)
SIFAT NYERI :

 Menurut Mahon (1994) :


 Nyeri bersifat individu
 Tidak menyenangkan

 Merupakan suatu kekuatan yg


mendominasi
 Bersifat tidak berkesudahan
FISIOLOGI NYERI
Stimulus termal, mekanik, kimiawi, listrik

Kerusakan sel/jaringan

Melepaskan prostaglandin, bradikinin, di nosiseptor

Impuls saraf (menyebar di sepanjang serabut saraf perifer aferen)

Serabut delta-A Serabut C ( Myelin (-), kecil, lambat)


(Myelin (+), cepat)

Sensasi tajam, Impuls terlokalisasi buruk, viseral,


t`lokalisasi, & terus-menerus
melokalisasi sumber
nyeri, m`deteksi
intensitas nyeri

Ditransmisikan sepanjang saraf aferen (prostaglandin)


Kornu dorsalis, medulla spinalis

Dilepaskan neurotransmitter : substansi P


ditransmisikan ke tractus. Spinotalamus

SSP di otak ( sist limbik,


talamus, korteks sensori )

Kompensasi tbh (mengirim stimulus kembali ke bawah


kornu dorsalis di medulla spinalis)

Neuroregulator (endorfin) yg menghambat stimulus nyeri

Nyeri berkurang
Pain Pathways
Mekanisme REFLEKS PROTEKTIF
Serabut delta-A

Impuls sensori ke medulla spinalis


(tempat sinaps dengan neuron motorik)

Impuls motorik menyebar melalui serabut lengkung refleks


bersama serabut saraf eferen (motorik) kembali ke suatu
otot perifer dekat lokasi stimulasi

Kontraksi otot

Respon refleks protektif


Jar.superfisial : menarik diri
Jar. Internal : memendek & menegang
STIMULUS NYERI :

1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri


mekano-sensitif, misalnya distensi ductus,
tumor
2. Thermal (panas/dingin) : diterima oleh
reseptor thermosensitif, misalnya terbakar
(akibat panas/dingin yg ekstrem)
3. Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri
chemosensitif, misalnya perforasi organ
viseral
4. Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar
Neuroregulator di bagi 2 :
1. Neurotransmitter : (mengirim impuls listrik
melewati celah sinaps diantara jaras
(neuron/serabut saraf)
a. Substansi P
b. Prostaglandin
2. Neuromodulator : (diaktifkan oleh nyeri dan
stres, memberikan efek analgesia)
a. Endorfin & dinorfin
b. Bradikinin
PROSES TRANDUKSI, TRANSMISI,
PERSEPSI DAN MODULATOR

 video
KLASIFIKASI NYERI MENURUT LOKASI

1. Superfisial/kutaneus : nyeri akibat stimulasi


kulit, b`langsung sebentar, terlokalisasi, &
tajam. Ex : jarum suntik, luka potong kecil.

2. Viseral Dalam : nyeri akibat stimulasi organ2


internal, bersifat difus, durasi lbh lama,
terasa tajam, tumpul atau unik tergantung
organ yg terlibat. Ex : sensasi pukul/crushing
(angina pectoris), sensasi terbakar (ulkus
lambung)
3. Nyeri alih (Referred) : mrp fenomena dlm nyeri
viseral krn banyak organ tdk memiliki reseptor
nyeri. Nyeri terasa di bagian tbh yg terpisah dr
sumber nyeri & dpt terasa dgn bbg karakteristik. Ex
: infark miokard (nyeri alih ke rahang, lengan kiri,
bahu kiri), batu empedu ( selangkangan)

4. Radiasi : sensasi nyeri meluas dr tempat awal


cedera ke bagian tubuh yg lain. Nyeri terasa
menyebar ke bag tbh bawah atau sepanjang bag
tbh, dpt menjadi intermitten/konstan. Ex : nyeri
punggung bag bawah disertai nyeri yg meradiasi
sepanjang tungkai dr iritasi saraf.
1. RESPON SISTEM SARAF
SIMPATIS

 Dilatasi Bronchiolus & Pe RR (peningkatan


asupan oksigen)
 Peningkatan denyut Jantung (N) (peningkatan
transport oksigen)
 Vasokonstriksi perifer (pucat,Pe TD)
(perpindahan suplay darah dari perifer dan
viseral ke otot rangka dan otak)
 Peningkatan kadar glukosa darah (menghasilkan
energi tambahan)
 Diaforesis (mengontrol temperatur selama stres)
 Peningkatan ketegangan otot (mempersiapkan
otot untuk melakukan aksi)
 Dilatasi pupil (memungkinkan pengelihatan yang
lebih baik
2. RESPON SIST SARAF PARASIMPATIS

Pucat (darah menjauhi perifer)


Ketegangan otot (keletihan)
Pernafasan cepat & tidak teratur (efek
pertahanan tubuh)
Mual & muntah (akibat stres dan nyeri
terlalu lama)
Kelemahan & kelelahan (akibat
pengeluaran energi fisik yang berlebihan)
3. RESPON PERILAKU

Cemas, takut
Ekspresi wajah : mengatupkan geraham,
menggigit bibir, meringis, menangis,dsb
Fokus perhatian hanya kpd sensasi nyeri
Apasia (tdk bisa bicara), bingung, atau
disorientasi
Depresi
FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI :
1. Usia : anak – lansia ( bereaksi terhadap nyeri )
2. Jenis kelamin : laki2 – perempuan.
3. Kebudayaan : memperlihatkan kesakitan maka
menunjukkan kelemahan
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan, hukuman,
tantangan.
5. Perhatian : perhatian yang ↑ dpt memperberat
nyeri
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal (menurunkan
kemampuan mengatasi nyeri )
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & sosial
I. PENGKAJIAN

Standart Pengkajian nyeri:


1. Pengkajian nyeri JCAHO (joint commision on
accreditation of healthcare organization)
metodenya :

P (Provoking Insident) 1. Faktor pencetus atau penyebab


2. Faktor yang meringankan : teknik
atau keadaan yang dapat
menurunkan nyeri
3. Faktor yang memperberat : teknik
atau keadaan yang dapat
meningkatkan nyeri
Q (Quality/Quantity) Deskripsi nyeri yang dirasakan
seseorang, karakteristik nyeri
R (Region) Regio yang mengalami nyeri, dapat
ditunjukkan dengan gambar

S (Severity/skala) Kekuatan dari nyeri dengan


menggunakan skala nyeri

T (Time) Waktu timbul nyeri, periode (durasi) nyeri


dirasakan

Penatalaksanaan nyeri saat ini Penatalaksanaan yang digunakan untuk


mengontrol nyeri, hasil dan keefektifan

Riwayat penatalaksanaan nyeri Riwayat penatalaksanaan nyeri, baik


sebelumnya intervensi medis maupun non medis

Dampak nyeri Perubahan gaya hidup seperti tidur,


nutrisi, dan sebagainya

Tujuan mengontrol nyeri Hatrapan tentang tingkat nyeri, toleransi


dan pemulihan
I. PENGKAJIAN

2. Pengkajian nyeri dengan skala pengukuran nyeri


metodenya :
CARA MENGKAJI SISTEM NUMERIK
3. Pengkajian nyeri FLACC (face, leg, activity, cry,
consolability) digunakan untuk bayi mulai usia 2
bulan dan anak sampai 7 tahun.
4. PENGAKAJIAN WONG-BAKER FACES PAIN
RATING SCALE (PADA ANAK ANTARA USIA 4
TAHUN)
5. PENGAKAJIAN FPSR-FACE PAIN SCALE
(PADA ANAK ANTARA USIA 4-16 TAHUN)
5. PENGKAJIAN CRITICAL CARE PAIN
OBSERVASI TOOL (CPOT)
6. PENGKAJIAN PAIN ASSESMENT IN
ADVANCED DEMENTIA SCALE (PAINAD)
DIAGNOSA KEP

a. Ansietas b.d nyeri yang tidak hilang


b. Ggn rasa nyaman : nyeri b.d. cedera fisik
atau trauma, penurunan suplai darah ke
jaringan.
c. Nyeri kronik b.d. jaringan parut, kontrol
nyeri yg tidak adekuat
d. Ketidakberdayaan b.d. nyeri maligna
kronik
DIAGNOSA KEP

e. Ketidakefektifan koping individu b.d. nyeri


kronik
f. Hambatan mobilisasi fisik b.d. nyeri
muskuloskeletal, nyeri insisi
g. Defisit perawatan diri b.d. nyeri
muskuloskeletal
h. Disfungsi seksual b.d. nyeri artritis panggul
i. Ggn pola tidur b.d. nyeri punggung bag bawah
MANAGEMEN NYERI

1. Intervensi farmakologis
2. Intervensi non-farmakologis
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
 Parasetamol  Asam propionat:
 Salisilat: o Ibuprofen
o Aspirin o Fenoprofen
o Mg salisilat o Ketoprofen
o Diflunisal o Naproksen

 Fenamat:  Asam pirolizin


o Meklofenamat Karboksilat:
o Asam mefenamat o Ketorolak
o Asam asetat
o Na diklofenak  Inhibitor Cox-2:
o Celecoxib
 Antalgin o Valdecoxib
INTERVENSI NON FARMAKOLOGIS

1. Pemberian kompres panas dan dingin.


Area pemberian kompres dapat menimbulkan respon sistemik
dan respon lokal, stimulasi ini mengirimkan impuls dari perifer
ke hipotalamus yang kemudian mnjd sensasi temp. tubuh
secara normal.
2. Transcutaneus electrical nerve simulation (TENS)
Alat untuk menurunkan nyeri dengan menggunakan gelombang
bisafik melalui elektroda pada kulit dengan aliran 2Hz-300Hz.
3. Masase
Untuk merelaksasi pada saraf berdiameter besar pada otot
yang mengalami tegangan.
4. Acupressure
Penekanan titik akupuntur untuk memperlancar sirkulasi
sehingga tercapai keseimbangan energi.
TENS
INTERVENSI NON FARMAKOLOGIS

5. Distraksi. (input sesnsori berlebih menghambat


reseptor nyeri)
a. Distraksi visual (melihat pertandingan,T V, membaca,
pemandangan
b. Distraksi pendengaran (mendengarkan lagu yang
disukai, suara burung dan gemercik air)
c. Distraksi pernafasan (bernafas ritmik, klien disuruh
fokus ke titik /memejamkan mata dan melakukakn
inhalasi perlahan dengan hitungan 1-4 dan dikelurkan
perlahan.)
d. Distraksi intelektual (mengisi teka-teki silang, main
kartu, menulis cerita.
6. Reframing
mengajarkan cara tentang memonitor atau mengawasi
pikiran negative dan menggantinya dengan fikiran positive..
INTERVENSI NON FARMAKOLOGIS

7. Relaksasi. (menurunkan kecemasan dan


ketegangan otot)
a. Imajenasi terbimbing
Membayangkan hal2 yang menyenangkan dan
mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut, serta
berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian
nyeri. Imajenasi merupakan bahasa yang digunakan oleh
otak untuk berkomunikasi dengan tubuh.

b. Progresive muscle relaxation (PMR)


Relaksasi melalui peregangan dan pelemasan otot. Klien
menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan2
sambil membiarkan otot kaki dan telapak kaki kendor
INTERVENSI NON FARMAKOLOGIS

8. Hipnosis.
Membuat saran atau sugesti kepada individu yang telah
menjalani prosedur yang dirancang agar santai dan berfokus
pada pikiran mereka.
9. Plasebo
Orang percaya bahwa psikologis manusia mempengaruhi
kondisi fisiologis.
TERIMA KASIH
Selamat Belajar !!!

Anda mungkin juga menyukai