Anda di halaman 1dari 57

Eliminasi Fekal

Gambaran dan
Proses Eliminasi
Fekal
Fisiologi
• Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi
fekal adalah sistem gastrointestinal bawah: usus
halus dan usus besar.
• Makanan yang diterima usus halus dari lambung
dalam bentuk setengah padat. Chyme baik berupa
air, nutrien, maupun elektrolit kemudian akan
diabsorbsi.
• Chyme yang tidak diabsorbsi membentuk semisolid
feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat
makanan yang tidak dicerna menghasilkan gas yang
dikenal flatus.
• Makanan selanjutnya masuk ke dalam kolon sigmoid,
berupa feses yang siap dibuang dan diteruskan ke
dalam rectum kemudian anus.
Proses Eliminasi Fekal (Defekasi)

Defekasi adalah proses pembuangan


atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari
saluran pencernaan melalui anus. Proses
defekasi terbagi menjadi dua macam
reflex yaitu:
1. Reflex defekasi intrinsic
2. Reflex defekasi parasimpatis
1. Reflex defekasi intrinsic

• zat sisa makanan atau feses 


rectum terjadi distensi rectum
rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan
peristaltik.
• feses sampai anus sfingter interna
relaksasi  defekasi.
2. Reflex defekasi parasimpatis

• Feses rektum,
merangsang saraf
rektum spinal cord.
• Spinal cord kolon
desenden, sigmoid dan
rektum peristaltik
sfingter internal
relaksasi defekasi.
• Dorongan feses juga di pengaruhi oleh
kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma, dan kontraksi otot.
• Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur
dan posisi jongkok.
• Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam.
• Jenis gas yang terbanyak adalah CO2,
metana, H2S, O2 dan N.
Proses Eliminasi Fekal (2)

• Eliminasi fekal bergantung pada gerakan


kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem
saraf parasimpatis.
• Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu
gerakan mencampur, gerakan peristaltik,
dan gerakan massa kolon. Gerakan massa
kolon ini dengan cepat mendorong feses
dari kolon ke rektum.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Proses Eliminasi
Fekal
1. Usia

• Tahapan perkembangan mempengaruhi status


eliminasi
• Bayi tidak mampu mengontrol defekasi
• Pada lansia saluran GI mengalami perubahan,
beberapa tidak lagi memiliki gigi

2. Diet

• Serat
• Makanan pedas
• Laktosa
3. Asupan Cairan

• Minum 6-8 gelas/hari (1400-2000 ml)


• Minuman hangat
• Jus buah
• Susu

4. Aktifitas Fisik

• Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik


• mempertahankan tonus otot dasar panggul dan
abdomen
5. Faktor Psikologis

• Cemas, takutstressperistaltik  diare


• Depresiimpuls lambatperistaltik kolitis
ulseratif, ulkus lambung

6. Kebiasaan Pribadi

• Kebanyakan individu merasa lebih mudah


melakukan defekasi di kamar mandi sendiri
• Pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman
7. Posisi Defekasi

• Posisi jongkok dan duduk tegak mengeluarkan


tekanan intra abdomen dan mengontraksi otot-
otot pahanya
• klien lansia atau individu yang menderita penyakit
sendi
• klien imobilisasi di tempat tidur

8. Kehamilan

Pertumbuhan fetus menekan rektum,


memperlambat jalannya feses saat melewati
intestine yang dapat mengganggu proses
eliminasi
9. Nyeri

• Akibat bedah rektum, bedah abdomen, melahirkan anak


menyebabkan nyeri ingin defekasi
• Konstipasi merupakan masalah umum pada klien yang merasa
nyeri selama defekasi.

10. Pembedahan dan Anestesia


• Agen anestesi yang digunakan selama proses pembedahan,
membuat gerakan peristaltik berhenti untuk sementara
waktu.
• Agen anestesi menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot
usus.
• Kerja anestesi memperlambat atau menghentikan gelombang
peristaltik.
11. Obat-obatan

• Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi,


yaitu laksatif dan katartik melunakkan feses
dan meningkatkan peristaltik
• Obat disiklomin HCL (Bentyl) menekan
gerakan peristaltik dan mengobati diare
• Obat analgesik narkotik menekan gerakan
peristaltik, Opiat umumnya menyebabkan
konstipasi.
12. Kondisi Patologis

• Penyakit neurologis merusak


transmisi syaraf -> tonus otot dapat
melemah atau menghilang
• Gangguan motorik dan sensori ->
imobilisasi-> menghalangi
kemampuan individu untuk
merespon keinginan defekasi ->
konstipasi
Pengertian Pola
Eliminasi Fekal
Pola Eliminasi Fekal
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Karakteristik Normal Abnormal

Frekuensi Variabel (1-2/ hari sampai Bergantung pada pola biasa


1 kali setiap 2-3 hari) (>3/hari; <1/ setiap 3hr)

Warna coklat Hitam, coklat-kemerahan, merah


tua-pekat, Kuning-hijau

Konsistensi Lembut,berbentuk Keras, cair, mengandung banyak


mukus

Bentuk silindris Kecil, batangan pensil

Jumlah 100-300 g/hr <100 g/hr; >300 g/hr

Bau Beraroma, Tajam Bau busuk, tidak menyenangkan


Newborn and Infant
Newborn and Infant
Toddler and Preschooler
Penyebab Gangguan Umum
Pola Eliminasi Fekal
Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal
Penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
Konstipasi pengeluaran feses yang lama, keras dan kering.

Kumpulan feses yang mengeras, mengendap di


Impaksi dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.

Peningkatan jumlah feses dan peningkatan


Diare pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk.

Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan


Inkontinensia gas dari anus.

Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding


Flatulens
usus meregang dan berdistensi.

Vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan


Hemoroid
rektum.
Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi
Fekal
Penyebab Konstipasi Penyebab Impaksi

• Kebiasaan defekasi yang Pasien dalam keadaan


lemah, bingung, tidak
tidak teratur
• Mengonsumsi diet rendah sadar, dan konstipasi
berulang.
serat
• Tirah baring yang panjang
• Usia: Lansia mengalami
perlambatan peristaltik
dan kehilangan elastisitas
otot abdomen
• Kelainan saluran GI:
obstruksi usus
Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi
Fekal
Penyebab
Penyebab Diare
Flatulens

• Infeksi usus • Penurunan motilitas usus


• Alergi terhadap makanan • Penggunaan opiat
atau obat tertentu • Bedah abdomen
• Stres emosional (ansietas)

Penyebab Inkontinensia Penyebab Hemoroid

• Kerusakan sfingter anus • Peningkatan tekanan vena


• Gangguan saraf: stroke akibat mengedan saat
• Sembelit defekasi
Pengkajian yang dilakukan
pada Gangguan Eliminasi
Fekal
Pengkajian Fisik
1. Mulut
Inspeksi gigi, lidah, dan gusi

2. Abdomen
• Inspeksi
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, adanya
masa,
• Auskultasi
Perhatikan frekuensi bising usus
• Palpasi
untuk melihat adanya masa atau area nyeri tekan
• Perkusi
Mendeteksi adanya cairan, atau gas di dalam abdomen
Bunyi Hipertimpani: Gas
Bunyi tumpul: Masa, tumor, cairan

3. Rektum
• Inspeksi
melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid
pada daerah sekitar anus.
• Palpasi
perawat mengolesi lubrikan ke jari telunjuk memasukkan
jari
ke dalam sfingter anus saat klien mengedan palpasi semua
sisi dinding rektum untuk mengetahui adanya tekstur yang
tidak
Pemeriksaan Laboratorium
1. Spesimen feses
2. Tes Guaiak
Menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam
feses. Jumlah kehilangan darah > 50 ml disebut
melena.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Visualisasi Langsung
• Endoskop fiberoptik
dimasukkan ke dalam mulut (memperlihatkan saluran GI bagian
atas) atau rektum (memperlihatkan salran GI bagian bawah)
• Protoskopi dan sigmoidoskopi
instrumen yang kaku dibanding fiberoptik, berbentuk selang yang
dilengkapi sumber cahaya. Visualisasi anus, rektum, kolon sigmoid.
• Endoskopi atau Gastroskopi
Visualisasi esofagus, lambung, dan duodenum.
• Kolonoskopi
Visualisasi kolon sampai sekum.
Secara umum digunakan sebagai alat
diagnostik dan alat skrining untuk
pasien risiko tinggi terhadap kanker.

1. Visualisasi Tak Langsung

Apabila visualisasi tidak memungkinkan pemeriksaan mengandalkan


sinar-X. Pemeriksaan GI bagian atas memungkinkan dokter melihat
esofagus bagian bawah, lambung, dan duodenum. Selanjutnya, lanjut
ke arah bawah memeriksa usus halus dan usus besar.
Diagnosa dan Penatalaksanaan
Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Umum Pola Eliminasi
Fekal
1. Diagnosa Keperawatan: Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi
tidak teratur.
Tujuan: Pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari).
Kriteria hasil:
a)Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari.
b)Konsistensi feses lembut.
c) Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan.

Intervensi Rasional
1. Tentukan pola defekasi bagi klien dan 1. Untuk mengembalikan keteraturan
latih klien untuk menjalankannya. pola defekasi klien.
2. Atur waktu yang tepat untuk defekasi 2. Untuk memfasilitasi refleks defekasi.
klien seperti sesudah makan. 3. Nutrisi serat tinggi untuk
3. Berikan cakupan nutrisi berserat melancarkan eliminasi fekal.
sesuai dengan indikasi. 4. Untuk melunakkan eliminasi feses.
4. Berikan cairan jika tidak 5. Untuk melunakkan feses.
kontraindikasi 2-3 liter per hari.
5. Pemberian laksatif atau enema
sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses
keras pada abdomen.
Tujuan: Menunjukkan nyeri telah berkurang.
Kriteria Hasil:
a) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil.
c) Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi.
d) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah
nyeri.
e) Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-
analgesik secara tepat.
 
Intervensi Rasional
1. Bantu pasien untuk lebih berfokus 1. Klien dapat mengalihkan perhatian
pada aktivitas dari nyeri dengan dari nyeri.
melakukan penggalihan melalui 2. Hati-hati dalam pemberian analgesik
televisi atau  radio. opiat.
2. Perhatikan bahwa lansia mengalami 3. Hati-hati dalam pemberian obat-
peningkatan sensitifitas terhadap obatan pada lansia.
efek analgesik opiat. 4. Mengetahui tingkat nyeri yang
3. Perhatikan kemungkinan interaksi dirasakan klien.
obat-obatan dan obat penyakit pada 5. Mengetahui karakteristik nyeri.
lansia. 6. Agar mngetahui nyeri secara spesifik.
4. Observasi. 7. Perawat dapat melakukan tindakan
5. Minta pasien untuk menilai nyeri yang tepat dalam mengatasi nyeri
atau ketidak nyaman pada skala 0 – klien agar pasien tidak merasa
10. cemas.
6. Gunakan lembar alur nyeri.
7. Lakukan pengkajian nyeri yang
komperhensif.
3. Diagnosa Keperawatan: Konstipasi yang berhubungan dengan asupan
diet berserat yang tidak adekuat dan terbatasnya asupan cairan.
Tujuan: Klien memahami dan menelan makanan serta cairan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan pengeluaran feses yang lunak dan
berbentuk dalam 3 hari, klien memiliki jadwal defekasi yang teratur.
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat mendeskripsikan sumber makanan yang tinggi serat.
b) Klien menjelaskan asupan cairan normal untuk meningkatkan defekasi
dalam dua hari.
c) Klien menyiapkan menu untuk 24 jam termasuk makanan yang tinggi
serat dan cairan.
d) Klien meminum 1400-2000 ml cairan per hari.
e) Klien mengeluarkan feses yang berbentuk dan lunak.
Intervensi Rasional
1. Intruksikan klien untuk lebih banyak 1. Makanan yang mengandung tinggi
mengonsumsi makanan yang serat meningkatkan peristaltik dan
menstimulasi peristaltik seperti membantu menggerakan isi usus di
gandum, roti, apel, selada, seledri, dalam saluran GI, dengan
dll. meningkatkan masa feses dan
2. Berikan cairan 6 sampai 8 gelas (lebih kandungan cairannya (Brown,
baik jus jeruk dan jus anggur) setiap Everett, 1990).
hari. 2. Asupan cairan yang ade kuat
3. Dorong klien mengambil waktu untuk membantu mempertahankan materi
defekasi 30 sampai 60 menit setelah feses tetap lunak (Swartz, 1989).
sarapan. 3. Refleks gastrokolik paling sensitif
4. Minta klien mengatakan pada pagi hari dan setelah makan
komitmennya untuk berupaya (Goldfinger, 1991).
melakukan defekasi dalam 5 menit 4. Kontrak tentang perilaku yang
setelah merasakan keinginan untuk dilakukan antar klien dan perawat
defekasi. memperlihatkan keberhasilan
modifikasi perilaku (Gilpatrick, 1989).
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan inkontenensia feses.
Tujuan: Integritas kulit klien tetap utuh.
Kriteria hasil: Tidak adanya lecet pada kulit dan kemerahan di atas
penonjolan tulang pada klien.

Intervensi Rasional
1. Intruksikan klien untuk mandi dengan 1. Kulit kering yang teriritasi lebih
sabun hipoalergik ringan dan berikan rentan untuk rusak. Sabun
losion setelah mandi. hipoalergik tidak mengeringkan
2. Bila klien dalam posisi tirah baring kulit.
maka implementasikan tindakan untuk 2. Ansietas dan edema meningkatkan
mencegah komplikasi imobilitas. risiko kerusakan kulit.
3. Pertahankan kuku pendek. Bila terjadi 3. Gangguan kulit edema kering
pruritus, berikan losion pada kulit meningkatkan risiko kerusakan.
klien. Mandikan dengan air hangat
atau sejuk karena panas meningkatkan
rasa gatal. Pertahankan klien sejuk
untuk mencegah berkeringat.
5. Diagnosa Keperawatan: Diare yang berhubungan dengan asupan diet,
efek-efek ansietas, inflamasi, iritasi, malabsorpsi usus, efek oba-obatan.
Tujuan: Berhentinya diare yang dialami klien.
Kriteria Hasil: Klien mendapatkan kembali pola fungsi usus yang normal.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus. 1. Adanya bunyi abnormal misalnya
2. Selidiki keluhan nyeri abdomen. gemercik nada tinggi menunjukan
3. Observasi gerakan usus, perhatikan terjadinya komplikasi.
warna, konsistensi, dan jumlah. 2. Mungkin berhubungan dengan distensi
4. Anjurkan makanan atau cairan gas atau terjadinya komplikasi
yang tidak mengiritasi bila misalanya ileus.
masukan oral diberikan. 3. Indikator kembalinya fungsi GI,
5. Berikan pelunak feses sesuai mengidentifikasi ketepatan intervensi.
indikasi. 4. Menurunkan risiko iritasi mukosa atau
diare.
5. Mungkin perlu untuk merangsang
peristaltik dengan perlahan atau
evakuasi feses.
6. Diagnosa Keperawatan: Defisit keperawatan diri yang berhubungan
dengan penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh.
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri.
Kriteria hasil:
a) Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan
merawat diri.
b) Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan.
c) Klien dapat mengidentifikasi personal masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi Rasional
a) Kaji kemampuan dan tingkat a) Membantu dalam mengantisipasi
penurunan dalam melakukan ADL. dan merencanakan pertemuan
b) Hindari apa yang tidak dapat kebutuhan individual.
dilakukan dan bantu bila perlu. b) Klien dalam keadaan cemas dan
c) Rencanakan tindakan untuk defisit tergantung hal ini dilakukan untuk
penglihatan seperti tempatkan mencegah frustasi dan harga diri
makanan dan peralatan dalam suatu klien.
tempat, dekatkan tempat tidur ke c) Menjaga keamanan klien bergerak di
dinding. sekitar tempat tidur dan menurunkan
d) Beri kesempatan untuk menolong diri risiko tertimpa perabotan.
sendiri seperti menggunakan d) Mengurangi ketergantungan.
kombinasi pisau garpu, ekstensi e) Meningkatkan latihan dan menolong
untuk berpijak pada lantai atau ke mencegah konstipasi.
toilet dll. f) Pertolongan utama terhadap fungsi
e) Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan usus atau defekasi.
minum dan meningkatkan aktivitas.
f) Pemberian supositoria dan pelumas
feses atau pencahar.
Penatalaksanaan
Medik pada Klien
dengan Gangguan
Umum Pola Eliminasi
Fekal
Diare

• Diare adalah kondisi dimana terjadi


frekuensi defekasi yang abnormal,
perubahan dalam isi dan konsistensi.
• Penyebabnya dapat berupa perubahan
pada sekresi usus, absorpsi mukosa, atau
motilitas.
Konstipasi

• Konstipasi merupakan defekasi tidak


teratur yang abnormal dan pengerasan
feses tak normal yang membuat
penderitanya sulit defekasi dan
terkadang menimbulkan nyeri.
• Feses ini mengandung banyak sekali mukus
yang disekresi oleh kelenjar di dalam
kolon dalam responnya terhadap massa
pengiritasi ini.
Pengobatan
1. Penghentian penggunaan laktasif
2. Menganjurkan memasukkan serat dalam
diet
3. Peningkatan asupan cairan
4. Pembuatan program latian rutin untuk
memperkuat otot abdomen
Obstipasi
Obstipasi dapat didefinisikan sebagai
suatu gejala proses defekasi yang
bermasalah (tidak lancar, tidak teratur,
defekasi keras, mengedan, dan tidak
tuntas). Biasanya obstipasi dialami oleh
20% penduduk.
Pengobatan
1. Obstipasi insidentil dapat ditangani
dengan suatu laksans dengan daya
melunakkan dalam bentuk suppositoria,
yakni gliserol atau bisakodil.
2. Obstipasi kronis dapat diatasi dengan
laksansia yang memperbesar isi usus
(Laktulosa, Psyllium). Sebagai pilihan
kedua dapat digunakan garam-garam
anorganik (MgSO4 dan Mg-Oksida).
Apabila belum menghasilkan perubahan
yang diinginkan, zat perangsang
peristaltik (Bisakodil).
3. Obstipasi kehamilan dan pada anak-anak
dapat ditangani dengan pemberian
laktulosa.
4. Obstipasi obstruksi total yang dapat
menyebabkan perforasi usus akibat
tekanan tinggi dari fekal perlu
secepatnya dilakukan tindakan operasi.
Kesimpulan
• Defekasi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus.
• Proses defekasi terbagi menjadi dua macam reflex
yaitu reflex defekasi intrinsic dan reflex defekasi
parasimpatis.
• Proses eliminasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yakni tingkat pertumbuhan dan perkembangan,
faktor psikososial, intake cairan, makanan, aktivitas
dan kondisi patologis.
• Gangguan yang terjadi pada eliminasi fekal antar
lain konstipasi, impaksi, diare, inkontinensia,
flatulens, dan hemoroid.
Daftar Pustaka
• Harkreader, Helen, et al. (2007). Fundamental
of Nursing,3 Ed, Vol 2. Canada, Saunders
Elseiver
• Hidayat, A.Aziz, dkk. (2005). Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
• Potter, P.A dan Perry. A.G. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai