Anda di halaman 1dari 37

SISTEM ELIMINASI FEKAL

Oleh : Sri Hayati, S.Kp.,M.Kep


ELIMINASI FECAL

Defekasi  proses pengosongan usus yang


sering disebut buang air besar.
Dua pusat yang menguasai refleks defekasi
 yang terletak di medula spinalis &
sumsum tulang belakang.
DEFEKASI

Feses (melalui sistem Pencernaan)  Rectum 


Jika sudah penuh  gerakan peristaltik usus 
merangsang medula spinalis (sakral 2-4) 
Memberikan impuls bagi Refleks spincter ani
interna dan korteks cerebri  adanya keinginan
untuk buang air besar
RECTUM

Panjang rectum :
•Bayi 2,5 – 3,8 cm
•Todler  5 cm
•Pra sekolah  7,5 cm
•Anak usia sekolah  10 cm
•Dewasa  15 – 20 cm
Rectum dibangun oleh lipatan-lipatan
jaringan vertikal dan transversal  setiap
lipatan vertikal berisi sebuah arteri dan lebih
dari satu vena. Apabila vena menjadi distensi
akibat tekanan selama mengedan 
hemoroid  proses defekasi terasa nyeri
Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam
rectum untuk membuat dindingnya berdistensi
 defekasi di mulai

Normal defekasi : 2-3 hari sekali tanpa


kesulitan, nyeri atau perdarahan

Defekasi hanya 4 hari sekali atau lebih  tidak


normal
Fisiologi Defekasi

Dalam defekasi ada 2 refleks :


a.Refleks defekasi intrinsik
b.Refleks defekasi parasimpatis
REFEKS DEFEKASI
Refleks defekasi intrinsik

• Refleks ini berawal dari feses yang masuk rektum shg


terjadi distensi rektum yang kemudian menyebabkan
rangsangan saraf afferent yang menyebar melalui
pleksus mienterikus (kumpulan syaraf di rektum) dan
terjadilah gerakan peristaltik di kolon desenden, sigmoid
dan rektum sehingga mendorong feses ke anus.
• Sewaktu gelombang peristatik mendekati anus, sfingter
ani internus direlaksasikan oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus
• Refleks defekasi intrinsik relatif lemah sehingga harus
diperkuat oleh refleks defekasi parasimpatis yang
melibatkan segmen sakral medula spinalis
Refleks defekasi parasimpatis

• Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian
diteruskan ke spinal cord/medula spinalis/sumsum tulang belakang
kemudian dilanjutkan ke otak, kemudian di otak dipersepsikan bahwa feses
sudah penuh di rektum dan hrs segera dikeluarkan , otak akan mengirimkan
rangsangan kembali dalam bentuk perintah utk feses ini dikeluarkan,
kemudian dikembalikan ke kolon descenden, sigmoid dan rektum yang
menyebabkan intensifnya peristaltik
• Refleks defekasi intrinsik yang lemah menjadi suatu gerakan peristaltik yang
kuat dr refleks defekasi parasimpatis, yang kadang-kadang efektif dalam
pengosongan usus besar scr sekaligus dr fleksura splenikus kolon sampai ke
anus
• Intensifnya gerakan peristaltik menstimulasi otak untuk mengirimkan
perintah inhibisi aktifitas N pudendal segmen sakra 2-4, inhibisi N pudendal
merangsang relaksasi sfingter ani eksterna shg terjadi defekasi
Faktor Yang Memengaruhi
●Usia dan perkembangan
●Diet  Rendah/tinggi serat
●Intake cairan  sedikit  penyerapan di colon 
konsistensi padat
●Tonus otot
●Factor psikologik  stress
● Gaya Hidup : konsumsi pola
makan, aktifitas fisik
● Penyakit
● Kebiasaan
● Operasi & anestesi
● Obat – obatan
Susunan feses terdiri dari :
• Terdiri dr 75% air dan 25% materi padat
• Bakteri yang umumnya sudah mati  E. Coli
• Lepasan epitalium dari usus
• Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin
(mucus)
• Garam terutama kalsium fosfat
• Sedikit zat besi dari selulosa
• Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100
ml)
Masalah pada Eliminasi Fecal

1. Konstipasi

Konstipasi mrp gejala, bukan penyakit

Penurunan frekuensi defekasi, Pengeluaran feses


yang lama, keras, kering.

Motilitas usus halus yang lambat  masa feses


banyak terpapar di dinding usus sebagian
kandungan air dalam feses diabsorpsi  sedikit air
yang ditinggalkan utk melumasi dan melunakkan
feses Pengeluaran feses yang kering dan keras
menimbulkan nyeri pada rectum
Penyebab konstipasi :
-Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
-Diet rendah serat
-Asupan cairan tidak adekuat
-Tirah baring yang lama, kurang olah raga
-Pemakaian laksatif yang berat  hilangnya refleks
defekasi yang normal
- Obat penenang, opiat, antikolinerggik, zat besi,
diuretik, antasid, anti parkinson
- Lansia  perlambatan peristaltik, penurunan
elastisitas otot abdomen, penurunan sekresi
mukosa usus
- Obstruksi usus, ileus paralitik, divertikulitis
- Cedera medula spinalis, tumor
- Hipertiroid, hipokalsemia, hipokalemia
Tanda Klinis :
Adanya feses yang keras
Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
Menurunnya bising usus
Adanya keluhan pada rectum
Nyeri saat mengejan dan defekasi
Adanya perasaan masih ada sisa feses
Konstipasi  bahaya yang signifikan terhadap
kesehatan
•Mengedan selama defekasi menimbulkan masalah
pada klien yang baru mejalani bedah abdomen,
ginekologi, bedah rectum  upaya mengeluarkan
feses  jahitan terpisah  luka terbuka kembali

•Pada klien dengan riwayat kardiovaskular, penyakit


yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler
(glaukoma), peningkatan tekanan intrakranial 
harus mencegah konstipasi  penggunaan manuver
valsava
2. Diare

Keadaan individu yang mengalami atau beresiko


sering mengalami pengeluaran feses dalam
bentuk cair. Tanda klinis:
○ Adanya pengeluaran feses cair
○ Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
○ Nyeri/ kram abdomen
○ Bising usus meningkat
Pada orang dewasa dg diare dijumpai kesulitan
dan ketidakmungkinan utk mengontrol
keinginan defekasi dalam waktu yang lama
Penyebab diare :
-Stress emosional  peningkatan motilitas usus
-Infeksi usus (streptokokkus/ stafilokokkus enteritis) 
inflamasi mukosa usus  peningkatan sekresi lendir di
kolon  motilitas usus meningkat
-Alergi makanan
-Intoleransi makanan  peningkatan motilitas usus dan
sekresi lendir di kolon
-Antibiotik  iritasi mukosa usus
-Laksatif (jangka pendek)  peningkatan motilitas usus
-Penyakit Kolon  Inflamasi dan ulserasi dinding usus
absorpsi cairan berkurang  motilitas usus meningkat
3. Inkontinensia Alvi

Keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari


proses defekasi normal, sehingga mengalami proses
pengeluaran feses tidak disadari/ketidakmampuan
mengontrol defekasi
Tanda klinis : Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
Kemungkinan penyebab :
• Gangguan spingter rectal akibat cedera anus, pembedahan
dll
• Distensi rectum berlebih
• Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis dll
• Kerusakan kognitif
4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut
karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung
atau usus.

5. Hemorrhoid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran
vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan
di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi
kronis, peregangan saat defekasi dan lain-lain
6. Fecal impaction

Merupakan massa feses yang mengeras pd


lipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi
dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan.
Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang,
aktivitas kurang, diet rendah serat, kebiasaan
BAB yang jarang, konstipasi dan kelemahan tonus
otot.
7. Flatulence
Adalah udara atau gas di saluran
gastrointestinal disebut flatus
Penyebab flatus
* Kerja dr bakteri dalam chyme di usus besar
* Udara yang tertelan
* Gas yang berdifusi dr pembuluh darah ke
dalam intestinal
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
•Pola defekasi (frekuensi, waktu)
•Identifikasi rutinitas yang dilakukan utk meningkatkan eliminasi normal
•Karakteristik feses
•Riwayat diet
•Asupan cairan
•Riwayat olahraga
•Riwayat penyakit sal. Cerna/GI
•Riwayat pengobatan
•Status emosional
•Riwayat sosial/aturan kehidupan
•Mobilitas dan ketangkasan
•Pemeriksaan fisik
Diagnosa

• Konstipasi
• Defisit Perawatan Diri : toileting
• Gangguan citra tubuh
• Inkontinensia fekal
• Risiko kerusakan integritas kulit
• Diare
Perencanaan
Tujuan :
•Memahami eliminasi normal
•Mengembangkan kebiasaan defekasi yang teratur
•Memahami & mempertahankan asupan cairan &
makanan yang tepat
•Mengikuti program olahraga teratur
•Memperoleh rasa nyaman
•Mempertahankan integritas kulit
•Mempertahankan konsep diri
Implementasi

• Enema
• Perawatan ostomi
• Memberikan diet yang mendukung
defekasi teratur
• Membantu kebersihan pasien
• Meningkatkan konsep diri
• dll
Penanganan klien dengan masalah sistem
eliminasi fekal
- Katartik dan laksatif  u/ klien yang tidak
mampu defekasi normal karena nyeri,
konstipasi, impaksi
# efek jangka pendek  mengosongkan usus
# bentuk  dosis oral, tablet, bubuk supositori
- Enema  memasukkan suatu larutan ke dalam
rectum atau kolon sigmoid  untuk meningkatkan
defekasi dengan menstimulasi peristaltik
 volume cairan dimasukkan  memecah masa
feses meregangkan dinding rectum  mengawali
proses defekasi
- # untuk menghilangkan konstipasi sementara,
membuang feses yang mengalami impaksi,
mengosongkan usus sebelum pemeriksaan
diagnostik, pembedahan.
Volume maksimum yang dianjurkan :
-Bayi  150 – 250 ml
-Todler  250 – 350 ml
-Anak Usia Sekolah  300 – 500 ml
-Remaja  500 – 750 ml
-Dewasa  750 – 1000ml
Cairan yang digunakan :
-air kran (sifat : hipotonik),
-salin normal (fisiologis),
-larutan sabun, salin hipertonik volume
rendah (memberikan tekanan osmotik
menarik cairan keluar dari ruang interstisial)
Perawatan Ostomi  Untuk klien yang
mengalami diversi usus

Pendidikan kesehatan
-Mempertahankan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
-Meningkatkan latihan fisik secara teratur
-Meningkatkan rasa nyaman
Evaluasi

Identifikasi ketercapaian tujuan di


perencanaan keperawatan
LEARNING NEVER EXHAUSTED THE MIND

Anda mungkin juga menyukai