Anda di halaman 1dari 6

Eliminasi fekal

Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap
oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal
adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan
elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi
dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai
ke anus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat
pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses dalam rektum

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi


Eliminasi Urine
1. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk
berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine
banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung
kemih yang lebih dari normal.
3. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya
fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek
eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah
urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginan untuk minum sedikit.

Eliminasi Fekal
1. Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada lansia proses mekaniknya
berkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah organ.
2. Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya
makanan yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena jumlah absorpsi
cairan dikolon meningkat.
4. Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan membantu
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak disepanjang kolon.
5. Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas usus sehingga dapat
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu
lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang
responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat mengganggu pola defekasi
antara lain: analgesik narkotik,opiat, dan anti kolinergik.
7.Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
8.Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau kebiasaan
menahan buang air besar.
9.Aktivitas fisik
Orang yang banyakn bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
10. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut memungkinkan
individu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga
memudahkan proses defekasi.
11.Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan . seiring
bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan
menghambat pengeluaran feses . Akibatnya , ibu hamil sering kali mengalami hemoroid
permanen karena seringnya mengedan saat defekasi .

KLASIFIKASI
Eleminasi urine
1. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
2. Dysuria
Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .
3. Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml / hari ,
tanpa adanya intake cairan .
4. Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal untuk mengontrol
keluarnya urine dari kantong kemih .
5. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine
Eleminasi fekal
1. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh pengeluaran feses
yang lama atau keras dan kering .
2. Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksi adalah
kumpulan feses yang mengeras , mengendap di dalam rektum , yang tidak dapat
dikeluarkan.
3. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair
dan tidak berbentuk . Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pencernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran GI .
Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari
anus .
4. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dan kram.
5. Hemoroid adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisan rektum .

GEJALA KLINIS
Eleminasi urine
Retensi urine
- Ketidaknyamanan daerah pubis
- Distensi kandung kemih
- Ketidaksanggupan untuk berkemih
- Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25 – 50 ml )

Eleminasi Fekal
Diare
- Nyeri atau kejang abdomen
- Kadang disertai darah atau mukus
- Kadang vomitus atau nausea
- Bila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan dan kurus

PEMERIKSAAN FISIK
Eleminasi urine
1. Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran , distensi kandung kemih ,
pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .
2. Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia . Amati adanya bengkak , rabas , atau
radang pada meatus uretra .
3. Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine normal.
Eleminasi fekal
1. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian yang
tampak saja
- Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya distensi atau
gerak peristaltik .
- Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi dan
kualitasnya.
- Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi berupa
cairan , massa , atau udara . mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya .
- Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya nyeri
tekan atau massa di permukaan abdomen .
2. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
3. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan jumlahnya .

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Eleminasi urine

I.Pengkajian

Riwayat keperawatan
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal – hal sbb :
1. Pola perkemihan
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual . Ini bergantung pada
individu apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori normal atau
apakah ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya .
2. Frekuensi berkemih
- 5 kali / hari , tergantung kebiasaan seseorang.
- 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang
dan sesudah bangun tidur.
- Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3. Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan
cairan dengan membandingkannya dengan volume berkemih normal.
4. Asupan dan haluaran cairan
- Catat haluaran urine selama 24 jam
- Kaji kebiasaan minum klien setiap hari
- Catat asupan cairan peroral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT jika ada.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Retensi urine yang berhubungan dengan kelemahan otot detrusor.

III. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi

Intervensi Rasional
Minta klien untuk berusaha berkemih pada Melatih mengosongkan kandung kemih
waktu yang terjadwal secara teratur. secara teratur dapat mengurangi terjainay
pengeluaran air kemih dalam bentuk
tetesan.
Instruksikan klien untuk melakukan latihan Latihan dasar panggul membantu
dasar panggul di luar waktu berkemihnya. memperkuat otot-otot panggul pada saat
Minta klien melakukan latihan ini setiap saraf panggul utuh.
kali berkemih.
Minta klien menggunakan kompresi Metode Crede membantu menstimulasi
kandung kemih(metoda Crede) selama mikturisi dan mengosongkan kandung
berkemih kemih.

IV. Evaluasi
- Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih.
- Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya setelah berkemih.
- Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah kateter diangkat.

Eliminasi Fekal

I. Pengkajian

Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada klien tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c. Apa penyebabnya?
2. Perilaku defekasi
a. Apakah klien menggunakan laksatif?
b. Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
a. Warna?
b. Tekstur?
c. Bau?
4. Diet
a. Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b. Makanan apa yang biasa klien makan?
c. Makanan apa yang klien hindari atau pantang?
d. Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan. Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
6. Aktivitas
a. Kegiatan sehari-hari(misal olahraga)
b. Kegiatan spesifik yang dilakukan klien( misal penggunaan laksatif, enema
atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum defekasi)
7. Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defikasinya.
8. Stress
a. Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b. Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
c. Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9. Pembedahan atau penyakit menetap
a. Apakah klien pernah mengalami tindakan bedah yang dapat mengganggu
pola defekasi?
b. Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem
gastrointestinalnya?

II. Diagnosa Keperawatan


a. Risiko devisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang lama.

III. Rencana Tindakan


a.Berikan cairan sesuai indikasi.

IV. Evaluasi
a.Dehidrasi berkurang.
b.Pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai