Anda di halaman 1dari 40

PEMENUHAN KEBUTUHAN

ELIMINASI

Yuswandi, S.Kep.,Ners
SUB POKOK BAHASAN
• Anatomi fisiologi urogenital
• Eliminasi urine dan feses
• Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
urine dan feses
• Tindakan untuk mengatasi gangguan eliminasi
: enema, kateter kandung kemih
pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung
kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh
yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra
ELIMINASI URINE
Anatomi fisiologi urogenital
• Sistem perkemihan
merupakan suatu
sistem dimana
terjadinya proses
penyaringan darah
sehingga darah bebas
dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih
dipergunakan oleh
tubuh
Anatomi
Nefron
• Nefron adalah unit
fungsional dari ginjal
• 1 nefron terdiri dari:
a.Glomerulus
b.Tubulus yang panjang
• Pada 1 nefron cairan
yang tersaring akan
menjadi urine
GLOMEROLUS
Filtrasi Glomerulus
• Filtration rate
(GFR) adalah laju
rata-rata
penyaringan darah
yang terjadi di
glomerulus yaitu
sekitar 25% dari
total curah jantung
Permenit, ±1,300ml
Filtrasi, reabsorbsi, sekresi
GANGGUAN ELEMINASI URINE

• Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana


seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
disfungsi eliminasi urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam
kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan
sementara atau permanen otot sfingter eksterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung
kemih.
c. Enuresis, keadaan tidak dapat menahan keluarnya
air kencing yg terjadi ketika tidur malam. Sering
terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada
malam hari (nocturnal enuresis)
LANJUTAN ………

d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk


berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan
dalam berkemih
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake
cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak
produksi urine
Etiologi
a.Intake cairan Jumlah dan type makanan
b.Aktivitas
c.Obstruksi
d.Infeksi
e.Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g.Trauma sumsum tulang belakang
h.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks,
kandung kemih,urethra.
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
Tanda dan gejala
Retensi Urin
1). Ketidak nyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk
berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak
seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
Inkontinensia urin

1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK


sebelum sampai di WC

2). pasien sering mengompol


Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan USG
2.Pemeriksaan foto rontgen
3.Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi
Urine
• Diet dan Asupan (intake)
• Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
• Gaya Hidup
• Stres psikologis
• Tingkat aktivitas
• Tingkat Perkembangan
• Kondisi Penyakit
• Sosiokultural
• Kebiasaan Seseorang
• Tonus Otot
• Pembedahan
• Pengobatan
• Pemeriksaan Diagnostik
Penanggulangan Gangguan Eliminasi
Urine
1. Pengumpulan Urine untuk Bahan
Pemeriksaan
– tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda
– beda,
– Cara pengambilan urine berbeda : pengambilan
urine biasa, pengambilan urine steril, dan
pengumpulan selama 24 jam
1. Pengambilan Urine Biasa
– Pengambilan urine biasa
merupakan pengambilan urine
dengan mengeluarkan urine
secara biasa, yaitu buang air kecil.
– Pengambilan urine biasa ini
biasanya digunakan untuk
pemeriksaan kadar gula dalam
urine, pemeriksaan kehamilan, dll
2. Pengambilan Urine Steril
– Pengambilan urine steril
merupakan pengambilan
urine dengan
menggunakan alat steril,
dilakukan dengan
kateterisasi atau fungsi
suprapubis yang bertujuan
untuk mengetahui adanya
infeksi pada uretra, ginjal,
atau saluran kemih
lainnya.
3. Pengambilan Urine Selama 24 Jam
– Pengambilan urine selama 24 jam merupakan
pengambilan urine yang dikumpulkan dalam
waktu 24 jam.
– bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama
24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan
output, serta mengetahui fungsi ginjal.
4. Menolong Buang Air
Kecil dengan
Menggunakan Urineal
– Tindakan membantu
pasien yang tidak mampu
buang air kecil sendiri di
kamar kecil dilakukan
dengan menggunakan
alat penampung (urineal).
– Dilakukan untuk
menampung urine dan
mengetahui kelainan dari
urine (warna dan jumlah).
5. Melakukan Kateterisasi
– Kateterisasi merupakan tindakan
memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra
untuk membantu memenuhi
kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan.
– kateterisasi terbagi menjadi dua
tipe internitent (straight kateter)
dan tipe indwelling (foley kateter).
ELIMINASI FESES (ALVI)
 Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan
rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu.

 Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.

 Ketika gelombang peristaltik mendorong feses


kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi
• Gangguan eliminasi fekal adalah
keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi
mengalami statis pada usus besar,
mengakibatkan jarang buang air besar,
keras, feses kering.

• Untuk mengatasi gangguan eliminasi


fekal biasanya dilakukan huknah, baik
huknah tinggi maupun huknah rendah.

• Memasukkan cairan hangat melalui anus


sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanul rekti.
Masalah eliminasi fekal yang sering
ditemukan yaitu:
a. Konstipasi, merupakan gejala,
bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan
pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejan.
b. Impaction, merupakan akibat
konstipasi yang tidak teratur,
sehingga tumpukan feses yang
keras di rektum tidak bisa
dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering
dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu
keadaan tidak mampu mengontrol
BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas
pada lumen intestinal, dinding
usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram.
Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus).
f. Hemoroid, yaitu dilatasi
pembengkakan vena pada dinding
rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada
defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati
menahun
Gangguan Eliminasi Fekal
a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
b. Cairan
c. Meningkatnya stress psikologis
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga,
berbaring lama
e. Obat – obatan
Faktor yang Mempengarhi Eliminasi
fecal
• Usia
• Diet
• Asupan Cairan
• Aktivitas
• Pengobatan
• Kebiasaan atau Gaya Hidup
• Penyakit
• Nyeri
• Kerusakan Sensoris dan Motoris
Penanggulangan Gangguan Eliminasi
feses /Alvi
1. Memberikan Huknah (enema) Rendah
– huknah rendah merupakan tindakan memasukkan
cairan hangat kedalam kolon desensen dengan
menggunakan kanula rekti melalui anus.
– bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses
prabedah agar dapat mencegah terjadinya
obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi
dan merangsang buang air besar pada pasien yang
mengalami kesulitan buang air besar
2. Memberikan Huknah
(enema) Tinggi
– Memberikan huknah tinggi
merupakan tindakan
memasukkan cairan hangat
kedalam kolon asenden
dengan menggunakan
kanula usus.
– Hal tersebut dilakukan
untuk mengosongkan usus
pada pasien prabedah untuk
prosedur diagnostik
3. Membantu Pasien
Buang Air Besar dengan
Pispot
– Membantu pasien buang
air besar dengan pispot
ditempat tidur
merupakan tindakan bagi
pasien yang tidak mampu
buang air besar secara
sendiri di kamar mandi.
4. Memberikan Gliserin
– Memberikan gliserin merupakan
tindakan memasukkan cairan
gliserin ke dalam poros usus
dengan menggunakan spuit
gliserin.
– Hal ini dilakukan untuk
merangsang peristaltik usus,
sehingga pasien dapat buang air
besar.
5. Mengeluarkan Feses dengan Jari
– Mengeluarkan feses dengan jari merupakan
tindakan memasukkan jari ke dalam rektum
pasien untuk mengambil atau menghancurkan
feses sekaligus mengeluarkannya

Anda mungkin juga menyukai