Anda di halaman 1dari 14

KDK.

Prinsip Manajemen
Eliminasi

Niken Purbowati, SST, M.Kes


Team Keterampilan Dasar Kebidanan – KDK
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Prinsip Manajemen Eliminasi
a. Kateterisasi
b. Urynalisis
c. Defekasi
d. Pengukuran intake & output
Konsep Kebutuhan Eliminasi

• Kebutuhan eliminasi  kebutuhan fisiologis untuk


proses buang air besar dan kecil (BAB & BAK).
• Seperti untuk eliminasi urine (BAK), maka sistem
organ yg berperan meliputi ginjal, ureter, kandung
kemih & uretra.
• Sementara eliminasi alvi (BAB), adalah  sistem
gastrointestinal bawah yg meliputi usus halus &
usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,
jejunum & ileum.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
eliminasi
1. Diet & intake
2. Respons keinginan awal untuk berkemih
3. Gaya hidup
4. Stress psikologi
5. Tingkat aktivitas
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi penyakit, seperti diabetes melitus
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan seseorang
10.Tonus otot memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih, di antaranya otot bladder, otot abdomen & pelvis karena
ketiganya sangat berperan untuk berkontraksi dalam pengeluaran
urine.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
eliminasi
11. Pembedahan, efek dari pembedahan  menurunkan filtrasi
glomerulus yg dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi
urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
12.Pengobatan, dapat berdampak pada proses berkemih, seperti
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan
pemberian obat antikolinergik & antihipertensi dapat
menimbulkan dampak pada retensi urine. Demikian juga pada
proses defekasi seperti penggunaan laksatif.
13.Pemeriksaan diagnostik, dapat mempengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yg berhubungan
dgn tindakan pemeriksaan saluran kemih, seperti intravenous
pyelogram (IVP), yg dapat membatasi jumlah intake sehingga
mengurangi produksi urine.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi
Urine
1. Retensi urine  penumpukan urine dalam kandung kemih &
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan urine, yg
menyebabkan distensi dari vesika urinaria (kandung kemih).
2. Inkontinensia total  keadaan seseorang yg mengalami pengeluaran urine
terus menerus & tidak dapat diperkirakan, ditandai dgn pengeluaran yg
tidak diperkirakan, tidak ada distensi kandung kemih & nokturi.
3. Inkontinensia stress  keadaan seseorang yg mengalami kehilangan urine
< 50 mL yg terjadi dgn peningkatan tekanan abdomen. Kondisi ditandai dgn
adanya urine menetes, peningkatan tekanan abdomen, adanya dorongan
berkemih, & sering miksi (BAK) lebih dari setiap 2 jam.
4. Inkontinensia refleks  keadaan seseorang ketika mengalami pengeluaran
urine yg tidak dirasakan dgn interval yg dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Kondisi ini ditandai dgn tidak
ada dorongan untuk berkemih, mersakan kandung kemih penuh dan
kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi
Urine
5. Inkontinensia fungsional keadaan seseorang ketika mengalami
pengeluaran urine secara involunter & tidak dapat diperkirakan. Ditandai
dgn adanya dorongan untuk berkemih & kontraksi kandung kemih cukup
kuat untuk mengeluarkan urine.
6. Enuresis  ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yg
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter externa.
7. Urgensi  perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.
8. Disuria  rasa sakit & kesulitan dalam berkemih hal ini sering ditemukan
pada penyakit ISK (infeksi saluran kemih), trauma & striktur uretra.
9. Poliuria  produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan intake cairan, yg dapat ditemukan pada penyakit
diabetes melitus (DM) & penyakit ginjal kronik.
10. Urinaria suppression  berhenti mendadak produksi urine, secara normal
urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120
mL/jam.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi
1. Konstipasi  keadaan individu yg potensial & berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yg jarang. Ditandai dgn
adanya feses yg keras, defekasi <3 kali seminggu, menurunnya bising usus,
adanya keluhan pada rektum, nyeri saat mengejan saat BAB, & adanya
perasaan dalam pengosongan yg tidak adekuat.
2. Konstipasi kolonik  keadaan individu yg potensial atau berisiko
mengalami perlambatan saluran residu makanan yg mengakibatkan feses
kering & keras. Ditandai dgn adanya penurunan frekuensi eliminasi, feses
kering & keras, mengejan & nyeri saat defekasi, adanya distensi abdomen,
serta tekanan pada rektum & nyeri abdomen.
3. Konstipasi dirasakan merupakan keadaan individu dalam menentukan
sendiri penggunaan laksatif, pemberian huknah setiap hari untuk
memastikan defekasi setiap hari.
4. Diare  keadaan individu yg mengalami /berisiko sering mengalami
pengeluaran feces cair/tidak berbentuk /keluarnya feses yg encer terlalu
banyak cairan, ditandai dgn adanya frekuensi >3 kali sehari, nyeri/kram
abdomen, serta bising usus meningkat.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi

5. Inkontinensia usus  individu yg mengalami perubahan kebiasaan


defekasi normal dgn pengeluaran feses involunter, atau juga dapat dikenal
dgn inkontinensia alvi yg merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pegeluaran feses & gas melalui sfingter akibat kerusakan
sfingter.
6. Kembung merupakan keadaan flatus yg berlebihan di daerah instestinal yg
dapat menyebabkan terjadinya distensi pada intestinal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh konstipasi /penggunaan obat-obatan tertentu.
7. Hemoroid  pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di daerah anus. Hemoroid dapat disebabkan karena konstipasi atau
perenggangan saat mengejan dll.
8. Impaksi fekal (fecal impaction)  masa feses keras di lipatan rektum yg
diakibatkan oleh retensi & akumulasi materi feses yg berkepanjangan.
Penyebab konstipasi adalah intake yg kurang, aktivitas kurang, diet rendah
serat, & kelemahan tonus otot
Keterampilan Dasar yg Berhubungan dgn
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
1) Huknah rendah
 Huknah rendah  tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
desendens dgn menggunakan kanula rekti melalui anus. Kanul masuk 10 – 15
cm ke dalam rectal dgn ketinggian irigator 50 cm dgn posisi sims kiri.
 Tujuan  tindakan ini adalah untuk mengosongkan usus pada tindakan pra
pembedahan untuk mencegah hal yg tidak diinginkan selama operasi
berlangsung, seperti BAB, merangsang BAB, atau merangsang peristaltik usus
untuk mengeluarkan feses karena kesulitan defekasi (pada pasien sembelit).
 Huknah rendah dapat diganti dengan pemberian cairan menggunakan
Gliserin spuit
2) Huknah Tinggi
 Tindakan keperawatan dgn cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
asendens melalui anus dgn menggunakan kanula rekti . Kanul masuk 15-20
cm ke dalam rektal dgn ketinggian irigator 30 cm dgn posisi sims kanan.
Keterampilan Dasar yg Berhubungan dgn
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi

3) Kateterisasi Urine
 Tindakan dgn memasukkan kateter (slang
karet/plastik) melalui uretra & masuk ke dalam
kandung kemih yg bertujuan membantu
memenuhi kebutuhan eliminasi atau sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan/specimen.
 Katerisasi terdapat 2 tipe, yaitu intermiten &
menetap.
 Indikasi penggunaan kateter :
Lanjutan kateterisasi….

 Indikasi Kateterisasi:
1) Tipe intermitten
a. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
b. Retensi akut setelah trauma uretra
c. Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
d. Degenerasi neuromuskular secara progresif
e. Untuk mengeluarkan urine residual
2) Tipe indwelling (menetap)
a. Obstruksi aliran urine
b. Pascapembedahan uretra & struktur di sekitarnya
c. Obstruksi uretra
d. Inkontinensia dan disorientasi berat
Video Keterampilan Huknah /
Gliserin Spuit
• https://
www.youtube.com/watch?v=8tR9mtYeqAg
• https://www.youtube.com/watch?v=37w51t0
z-To
Video Prosedur Kateterisasi Urine
• Kateterisasi urine pada wanita
• https://www.youtube.com/watch?v=XyR0dbM
HFts

• Kateterisasi uretra pada pria


• https://www.youtube.com/watch?v=bjgyXsX6-
mo

Anda mungkin juga menyukai