DI SUSUN OLEH :
NIM : 19 02 0015
TAHUN 2020
A. Pengertian eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau feses.
B. Jenis-jenis eliminasi
1. Eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil)
2. Eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar)
3. Kateterisasi.
1. Eliminasi urine
a. Pengertian eliminasi urine
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan
berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi di
butuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal ( di belakang selaput perut )
yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulamg panggul. Ginjal
berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk
urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal
terdiri atas nefron yang merupakan unit dari stuktur ginjal yang
berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine di
salurkan kedalam bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui
ureter menuju kandung kemih.
2) Ureter
Ureter adalah suatu saluran moskuler berbentuk slider yang
menghantarkan urine dari ginjal menuju kandung kemih.
3) Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
polos yang berfungsi sebagai tempat penampungan air seni ( urine ).
4) Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke
bagian luar.
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4. stres psikologis
meningkatnya stress dapat menimbulkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus oto didapatkan dengan
beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun,
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat seiring
dengan pertambahan usia.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes
mellitus.
8. Social kultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine.
Seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil ditempat tertentu.
9. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urine/pot urine
bila dalam keadaan sakit.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian
di uretic dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan anthipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika
urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
(musrifatul uliah 2010).
2. Inkontinensia urine
Onkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine
secara umum, penyebab dari inkontinensia urine adalah proses
penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaan kesadaran, serta
penggunaan obat narkotik.
3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang di
akibatkan tidak mengontrol sphincter eksternal biasanya, enuresis
terjadi pada anak atau orang jompo. Umunya enuresis terjadi pada
malam hari.
a) Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam
sehari. Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan
meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang
tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh
sistisis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan
stres atau hamil.
b) Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil
memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sphincter
eksternal. biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi
pada anak karena kurang pengontrolan pada sphincter.
c) Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini
sering ditemukan pada penyakit infski saluran kemih, trauma,
dan striktur uretra.
d) Poliuria
Polyuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
Biasanya, hakl dapat ditemukan pada penyakit diabetes melitus
dan penyakit ginjal kronis.
e) Urinaria supresi
Adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine di produksi oleh ginjal pada kecepatan 60-120
ml/jam secara terus menerus.
e) Melakukan kateterisasi
kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi
kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan.
Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadi dua tipe
internitent (straight kateter0 dan tipe indwelling (foley kateter).
Alat :
1. Botol penampung beserta penutup 2. Etiket khusus,
prosedur kerja (untuk pasien mampu buang air kecil):
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Bagi pasien yang tidak mampu sendiri untuk buang air
kecil maka bantu untuk buang air kecil (lihat prosedur
menolong buang air kecil
d. Keluarkan urine, setelah itu tamping kedalam botol
e. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri
anjurkan pasien untuk buang air kecil biarkan urine yang
pertama keluar dahulu kemudian anjurkan menampung
urine kedalam botol
Persiapan alat :
a. Pispot atau steekpan bertutup dan urinal
b. Alat pispot
c. Botol berisi air cebok
d. Kapas cebok dalam tempatnya
e. Kertas kloset bila tersedia
f. Bengkok (nierbekken)
g. Sampiran (scherm)
h. Selimut atau kain tutup
i. Bel, bila tersedia.
Persiapan pasien :
2. Eliminasi Alvi
a. Pengertian elimnasi alvi
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran
metabolism berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan yang
melalui anus. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa
kalidalam satu hari atau satu kali. Tetapi bahkan dapat mengalami
gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu
atau dapat berkali kali dalam satu hari, biasanya gangguan
gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar
dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
(hidayat, uliyah; 2009).
Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari
recktum ke lingkungan luar tubuh.
3. Kateter
a. Pengertian kateter
Kateterisasi adalah memasukkan kateter melalui uretra kedalam
kandung kencing untuk membuang urine. Kateter hendaknya hanya
dilakukan pada pasien bila mutlak perlu, karena dapat menimbulkan
kerusakan berat pada uretra. Uretra wanita lebih pendek dari pria,
dan lebih mudah dicedera oleh kateter yang dipaksakan
kedalamnya. Bakteri dapat didorong memasuki kandung kencing
selagi kateter dimasukkan.
Kateter dapat dipasang sebelum pembedahan untuk
mengosongkan seluruh isi kandung kencing pasien, karena
ketegangan dan obat pereda sebelum operasi dapat menyebabkan
kandung kencing tidak sepenuhnya kosong (yuni kusmiyati 2009).
Kateterisasi selalu membawa resiko infeksi dan ini harus
dihindari jika mungkin.
Kateterisasi melibatkan pemasangan selang yang disebut kateter
melalui uretra kedalam kandung kemih. Seperti juga mengalirkan
urine, kateterisasi dapat digunakan selama pembedahan untuk
mempertahankan kandung kemih kosong. Ada dua jenis kateter.
Kateter lurus digunakan untuk mengeluarkan isi kandung kemih
selama beberapa menit. Kateter foley atau menetap (indwelling)
tetap di pasang dan terus menerus mengalirkan urine.
Selalu memberikan privasi untuk pasien bila prosedur
melibatkan area genital. Tutup pintu atau tarik tirai di sekeliling
tempat tidur.
Sebelum anda memulai, jelaskan apa yang akan anda lakukan dan
alasanya. Beritahu pasien bahwa pasangan kateter tidak akan
menyakiti meskipun mereka dapat merasakan adanya tekanan.
(kedokteran EGG;).
Gunakan teknik steril dan sangat berhati-hati ketika memasang
kateter.
Jika kateter tidak steril anda dapat memasukkan mikroorganisme
kedalam kandung kemih dan menyebabkan infeksi. Jika nada tidak
cermat ketika memasukkan slang kateter, anda dapat merusak
uretra. Kerusakan uretra khusunya mungkin terjadi pada pria, yang
uretra nya lebih panjang dari pada wanita.
c. Pemasangan kateter
1. Peralatan dan perlengkapan
Baik instrument
Spuit
Cc
Bengkok
Sarung tangan steril
Aqua destilata
Plester
Gunting plester
Perlak
Kateter
Kapas air DTT
Kassa
Urine bag
Jelly atau vaselin
Waskom larutan klorin 0,5%
2. Prosedur pelaksanaan
Wanita
Beritahu dan jelaskan pada ibu maksud dan tujuan
tindakan yang akan dilakukan
Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam
bekerja
Pasang sampiran atau tirai
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Pasang perlak di bawah bokong pasien
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih
Buka kemasan bungkus kateter dan tempatkan kateter di
bak instrument steril
Pakai sarung tangan
Lakukan vulva higiens dengan kapas air DTT
Olesi ujung katater dengan jelly atau valin kira-kira 4 cm
Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang tidak dominan
Masukkan ujung kateter uretra secara perlahan lahan
menuju kandung kencing, sampai keluar air kencing,
alirkan kebengkok atau urinal
Masukkan cairan aquadest ke karet pengunci kateter
sebanyak 10cc untuk mengunci kateter agar tidak lepas
bila di pasang permanen
Hubungkan pangkal kateter dengan pipa penyambung
pada kantong urine (urine bak)
Rekatkan kateter pada paha pasien dengan plester
Pasang urine bak pada tempat tidur pasien (urine bak
diberi tali dari kassa untuk mengikat dengan tepi tempat
tidur)
Rapikan pasien
Bereskan alat
Cuci sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% lepas
sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam
larutan klorin selama 10 menit.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih (yanu kusmiyati
2009).
Pada laki-laki
Memberitahu dan menjelaskan pada klien
Mendekatkan alat-alat
Memasang sampiran
Mencuci tangan
Menanggalkan pakaian bagian bawah
Memasang selimut mandi, perlak, dan pengalas bokong.
Menyiapkan posisi klien
Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
Memegang penis dengan tangan kiri
Menarik preputium sedikit ke pangkalnya, kemudian
membersihkan tangan dengan kapas
Mengambil kateter, ujungnya diberi vaselin 20 cm
Memasukkan kateter perlahan-lahan sedalam uretra 20
cm sambil penis di arahkan keatas, jika kateter tertahan
jangan dipaksakan , usahakan penis lebih di keataskan,
sedikit dan pasien di anjurkan menarik nafas panjang dan
memasukkan kateter perlahan-lahan sampai urine keluar,
kemudian menampung urine kedalam botol steril bila
diperlukan untuk pemeriksaan
Bila urine sudah keluar semua anjurkan klien untuk
menarik nafas panjang, kateter dicabut pelan-pelan
dimasukkan kedalam botol yang berisi larutan klorin
Melepas sarung tangan dan memasukkan kedalam botol
bersama dengan kateter dan pinset
Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan
pengalas
Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
Membereskan alat
Mencuci tangan yuni kusmiati 2009)
d. Melepas kateter
Peralatan:
Sarung
Spuit
Betadine
Bengkok 2 buah
Prosedur:
Memberitahu pasien
Mendekatkan alat
Memasang sampiran
Mencuci tangan
Memakai sarung tangan
Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas
panjang, kemudian letakkan kateter pada bengkok
Olesi area prepotium (meatus uretra) dengan betadine
Memebersekan alat
Melepaskan sarung tangan
Mendokumentasikan.