Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

KEBUTUHAN ELIMINASI

A. Tujuan Kegiatan Belajar


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar tentang kebutuhan eliminasi, diharapkan anda
mampu:
1. Menjelaskan tentang eliminasi fekal
2. Menjelaskan tentang eliminasi urin
B. Pokok Materi Kegiatan Belajar
1. Eliminasi Urin:
a. Fisiologi eliminasi urine
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
c. Perubahan dalam eliminasi urine
2. Eliminasi Fekal:
a. Fisiologi eliminasi fekal
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal
c. Masalah-masalah dalam eliminasi fekal yang umum
C. Uraian Materi
 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine
1. Ginjal
Merupakan organ retroperitoneal (terletak di belakang lapisan perut), terdiri atas
ginjal kanan dan kiri. Ginjal berfungsi mengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta menyaring darah, yang dikeluarkan dalam bentuk urine sebagai
zat sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ginjal memiliki nefron, yang
merupakan unit struktural ginjal. Urine di bawa ke pelvis ginjal oleh nefron,
kemudian disalurkan ke dalam ureter lalu ke kandung kemih.
2. Kandung kemih
Kandung kemih (buli-buli/bladder/vesika urinaria) berfungsi menampung atau
menyimpan urine sebelum dikeluarkan melalui uretra
3. Uretra
Berfungsi menyalurkan urine keluar tubuh
 Proses Berkemih
Berkemih (mictio, micturition, voiding, atau urination) adalah proses pengosongan
vesika urinaria/kandung kemih. Proses ini diawali dengan terkumpulnya urine dalam
vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik di dinding vesika urinaria.
Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450
cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak). Mekanisme berkemih terjadi
ketika vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan melalui
medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral, kemudian otak memberikan impuls melalui medulla spinalis ke neuromotoris
di daerah sacral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter
internal

 Komposisi Urine
1. Air (96 %)
2. Larutan (4%) ada 2 yaitu:
a. Larutan organic: urea, ammonia, kreatin, asam urat
b. Larutan anorganik: Natrium, klorida, sulfat, magnesium, dan fosfor

 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1. Diet dan asupan
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan untuk berkemih menyebabkan urine banyak
tertahan dalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah pengeluaran urine
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet
4. Stres psikologis
Meningkatnya stress psikologis dapat mengakibatkan seringnya frekuensi
keinginan berkemih
5. Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan dan pertumbuhan dapat memengaruhi pola berkemih
6. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti diabetes mellitus dapat mempengaruhi produksi
urine
7. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, seperti masyarakat
yang melarang BAK di tempat tertentu
8. Kebiasaan seseorang
9. Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam proses berkemih adalah kandung
kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine
10. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urin karena dampak dari pemberian obat anesthesi
11. Pengobatan
Efek pengobatan dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urin.
Misalnya pemberian diuretic dapat meningkatkan jumlah urin, sedangkan
pemberian antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine
12. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur diagnostic yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti intravenous pyelogram (IVP) dengan membatasi jumlah asupan
cairan dapat mengurangi produksi urine. Kemudian tindakan cystoscopy dapat
menimbulkan edema local pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine

 Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine


A. Retensi urine
Adalah penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan isinya.
Penyebab:
1. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
2. Trauma sumsum tulang belakang
3. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
4. Sfingter yang kuat
5. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
• Tanda dan Gejala:
1. Ketidaknyaman daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit (25-50 cc)
5. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
7. Urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
B. Inkontinensia urine/beser
Merupakan gangguan fungsi kandung kemih yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk mengontrol keluarnya urin (air kencing). Sehingga, urin
keluar tiba-tiba tanpa dikehendaki. Keadaan ini dapat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Kondisi ini lebih cenderung dialami wanita dan orang lanjut usia.
Meskipun tidak berbahaya, bukan berarti kondisi ini boleh diabaikan begitu saja.
Macam-macam inkontinensia:
1. Stress incontinence
Setiap tekanan yang terjadi pada kandung kemih akan mengakibatkan urin
keluar. Tekanan ini dapat disebabkan karena olahraga, batuk, tertawa, bersin
atau mengangkat benda berat. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita berusia
45 tahun ke atas, atau terkadang lebih muda. Selain itu pada wanita, tekanan
selama proses melahirkan juga menyebabkan inkontinensia. Sementara pada
pria, tekanan dapat disebabkan oleh peradangan atau pembesaran kelenjar
prostat.
2. Urge incontinence
Kondisi ini terjadi ketika seseorang tiba-tiba ingin kencing dan tidak dapat
untuk ditahan. Kebanyakan orang dengan inkontinensia urine jenis ini adalah
penderita diabetes, Alzheimer, Parkinson, stroke dan multiple sclerosis.
Keinginan untuk buang air kecil biasanya terjadi begitu sering dan tiba-tiba,
bahkan saat tidur, sehingga sering terbangun di tengah malam kondisi ini
disebut sebagai nocturia (berkemih pada malam hari)
3. Overflow incontinence
Keadaan ini terjadi saat terjadi sedikit kebocoran urine dari kandung kemih
yang terisi penuh. Urine sering keluar atau menetes terus-menerus karena
kandung kemih tidak dapat dikosongkan seluruhnya. Penyebabnya berkaitan
dengan gangguan saraf.
4. Functional incontinence
Jenis inkontinensia ini terjadi terutama pada orang lanjut usia atau penderita
penyakit tertentu dengan fungsi kandung kemih yang sudah menurun. Mereka
mungkin tidak dapat pergi ke toilet tepat waktu sehingga sudah mengompol
terlebih dulu
Penyebab inkontinensia:
1. Inkontinensia sementara
Inkontinensia sementara sering kali disebabkan oleh makanan, minuman,
obat, atau suplemen yang bersifat diuretik. Apa pun yang bersifat diuretik
akan menambah kadar air dan garam ke dalam urin sehingga menyebabkan
air kencing yang dihasilkan lebih banyak.
Contoh Diuretik antara lain:
• kafein, seperti kopi dan teh,
• minuman beralkohol,
• minuman bersoda,
• cokelat,
• pemanis buatan,
• makanan pedas, manis, dan asam,
• obat darah tinggi dan penyakit jantung, serta
• suplemen vitamin C dosis besar.
• Infeksi saluran kemih. Infeksi menyebabkan iritasi pada kandung
kemih. Iritasi memicu rasa ingin buang air kecil dan terkadang
inkontinensia.
• Sembelit. Feses yang menumpuk pada rektum dapat menekan kandung
kemih sehingga menimbulkan rasa ingin buang air kecil.
2. Inkontinensia jangka panjang
Inkontinensia jangka panjang biasanya disebabkan oleh penyakit atau
perubahan pada kondisi fisik, seperti:
• Pertambahan usia. 
Fungsi kandung kemih menurun seiring dengan usia.
• Kehamilan.
Perubahan hormon dan perkembangan janin dapat menimbulkan tekanan
pada kandung kemih sehingga terjadi inkontinensia urin.
• Persalinan
Persalinan melalui vagina bisa melemahkan otot kandung kemih.
Akibatnya, kandung kemih mengalami penurunan dari tempatnya yang
seharusnya dan menyebabkan kebocoran urin.
• Menopause.
Penurunan hormon estrogen menyebabkan dinding kandung kemih
menipis. Penipisan ini menyebabkan urin lebih mudah keluar dari
kandung kemih.
• Pembesaran prostat.
Pembesaran prostat akan menekan kandung kemih sehingga timbul rasa
ingin buang air kecil.
• Kanker prostat.
Kanker prostat maupun efek samping pengobatannya dapat memberikan
tekanan pada kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia.
• Operasi pengangkatan rahim.
Prosedur operasi meningkatkan risiko kerusakan otot panggul sehingga
berdampak pada inkontinensia.
• Gangguan saraf. 
Penyakit Parkinson, multiple sclerosis, stroke, dan cedera tulang
belakang dapat menyebabkan gangguan saraf kandung kemih
Faktor Resiko Inkontinensia urine:
Risiko inkontinensia lebih besar pada orang-orang dengan kondisi berikut.
• Berjenis kelamin wanita. 
Wanita lebih berisiko karena adanya tekanan pada daerah perut akibat
anatomi tubuh, kehamilan, melahirkan, dan menopause.
• Lanjut usia.
Seiring bertambahnya usia, otot kandung kemih dan uretra akan semakin
melemah.

• Kelebihan berat badan.


Berat badan berlebih dapat menyebabkan penekanan pada otot kandung
kemih dan area sekitarnya sehingga otot-otot tersebut melemah.
• Menderita penyakit tertentu. 
Penyakit yang paling berkaitan dengan masalah inkontinens
C. Enuresis/Ngompol
Adalah ketidakmampuan untuk menahan urin karena ketidakmampuan untuk
mengontrol sfingter eksterna. Biasanya terjadi pada anak atau orang jompo,
umumnya terjadi pada malam hari
D. Disuria
Adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Ini biasaya terjadi pada penyakit
infeksi saluran kemih, trauma, striktur/penyempitan uretra
E. Poliuria
Adalah ginjal memproduksi urin dalam jumlah besar/tidak normal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan. Ini biasanya terjadi pada penderita diabetes mellitus,
defisiensi ADH dan penyakit ginjal kronis. (produksi urine >3500 ml/24 jam)
F. Oliguria
Urine yang dikeluarkan oleh orang dewasa normalnya berkisar antara 400-2000
mL atau sekitar 6-8 kali buang air kecil per hari. Oliguria adalah jumlah urine yang
dikeluarkan kurang dari 400/500 mL per hari pada orang dewasa. Oliguria pada
anak dihitung berdasarkan berat badan yaitu sekitar kurang dari 0,5 mL per
kilogram untuk anak, dan kurang dari 1 ml/kg pada bayi.
Penyebab Oliguria:
1. Dehidrasi
Penyebab yang paling sering adalah dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi tubuh
yang kekurangan cairan dan produksi urine juga menurun. Dehidrasi dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan seperti diare dan muntah
2. Luka bakar dan cedera serius
Luka bakar dan cedera serius lainnya dapat mengakibatkan tubuh dehidrasi dan
sulit buang air kecil. Kondisi medis lainnya seperti pendarahan, syok
anafilaksis, infeksi, atau pasca operasi.
3. Menahan buang air kecil
Urine yang seharusnya segera dikeluarkan tertahan di ginjal dan akan
menyebabkan jumlah urine yang dikeluarkan menjadi menurun
4. Obstruksi saluran kemih
Penyebab penyumbatan ginjal adalah pembengkakan, mual dan muntah, serta
demam.
5. Penyakit ginjal
Oliguria merupakan gejala awal dari penyakit pada ginjal
6. Efek samping obat-obat tertentu
Beberapa obat mengalami interaksi di tubuh dan menyebabkan efek samping
seperti penurunan jumlah keluaran urine, misalnya penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), antibiotik, obat kemoterapi, ACE inhibitor,
dan obat khusus kandung kemih yang terlalu aktif.
Obat yang umumnya digunakan untuk penyembuhan kondisi ini, yaitu:
• Furosemide: Obat untuk mencegah tubuh menyerap terlalu banyak garam dan
dapat mengeluarkannya melalu urine.
• Lasix: Mengandung Furosemide yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam
menyerap garam dan air dengan cara menambah jumlah urine yang diproduksi
tubuh.
• Manitol: Obat diuretik untuk membantu produksi urine pada orang dengan
gangguan ginjal
G. Anuria
Produksi urine <100 ml/24 jam. Gangguan pada ginjal yang menyebabkan tubuh
tidak mampu memproduksi urine. Seseorang disebut mengalami anuria jika
seseorang tidak buang air kecil dalam waktu 12 jam terakhir.
Penyebab anuria
a. masalah yang berkaitan dengan organ ginjal dan jantung
b. Tekanan darah menurun tiba-tiba
c. Diabetes
d. Batu ginjal
e. Tekanan darah tinggi
f. Tumor
 Eliminasi Avi
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi adalah system
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Usus halus berfungsi sebagai tempat absorbsi elektrolit yaitu Na, Cl, K, Mg, HCO3
dan kalsium.
Kolon berfungsi sebagai tempat absorbsi, proteksi, sekresi dan eliminasi.
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar.
 Masalah Eliminasi Alvi:
1. Konstipasi
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras atau
keluarnya tinja terlalu kering dan keras
Tanda klinis:
a. Adanya feses yang keras
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
c. Menurunnya bising usus
d. Adanya keluhan pada rectum
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan penyebab:
• Defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis,
CVA
• Pola defekasi yang tidak teratur
• Nyeri saat defekasi saat hemoroid
• Menurunnya peristaltic karena stress psikologis
• Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida, laksatif, atau anestesi
• Proses penuaan
2. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai dengan kram usus,
mungkin disertai oleh rasa mual dan muntah
Tanda klinis:
a. Adanya pengeluaran feses
b. Frekuensi lebih dari tiga kali sehari
c. Nyeri/kram abdomen
d. Bising usus meningkat
Kemungkinan penyebab:
a. Malabsorbsi atau inflamasi, proses infeksi
b. Peningkatan periltastik karena peningkatan metabolisma
c. Efek tindakan pembedahan usus
d. Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotic
e. Stress psikologis
3. Inkontinensia Usus
Keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan defekasi normal dengan
pengeluaran feses tanpa disadari, atau hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter
Tanda klinis:
Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
Kemungkinan penyebab inkontinensia usus:
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan
b. Distensi rectum berlebih
c. Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA
d. Kerusakan kognitif
4. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus
5. Hemoroid
Keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat
defekasi

 Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi


1. Usia
Setiap tahap perkembangan usia memiliki kemampuan defekasi yang berbeda.
Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air
besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara
sempurna, pada lansia proses pengontrolan mengalami penurunan
2. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh
karena proses absorbsi kurang sehingga dapat memengaruhi proses defekasi
4. Aktivitas
Aktivitas memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
Sebaliknya penurunan aktivitas juga akan memengaruhi proses defekasi sehingga
proses defekasi menjadi tidak lancar.
5. Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi seperti pemakaian laksative (obat
pencahar)
6. Gaya hidup
Seseorang yang terbiasa buang air besar pada toilet/WC yang bersih akan
mengalami kesulitan jika harus buang air besar pada toilet yang kotor

7. Penyakit
Biasanya penyakit yang berhubungan langsung pada system pencernaan, seperti
gastroenteritis, atau penyakit infeksi lainnya
8. Nyeri
Nyeri dapat menyebabkan seseorang takut untuk melakukan defekasi, seperti pada
pasien yang menderita haemorrhoid, pasien pasca melahirkan yang dilakukan
episiotomi
9. Kerusakan sensoris motoris
Kerusakan sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal ini dapat
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada tulang belakang atau
kerusakan saraf lainnya.

D. Ringkasan
Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria. Faktor yang mempengaruhi
eliminasi urine: diet dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup,
stress psikologis, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan
seseorang, tonus otot, pembedahan, pengobatan, pemeriksaan diagnostic. Masalah
kebutuhan eliminasi urine: retensi urine, inkontinensia urine/beser, enuresis/ngompol,
dysuria, polyuria, oliguria, anuria.
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar.
Masalah eliminasi alvi: konstipasi, diare, inkontinensia usus, kembung, hemoroid. Faktor
yang mempengaruhi proses defekasi: usia, diet, asupan cairan, aktivitas, pengobatan,
gaya hidup, penyakit, nyeri, kerusakan sensoris motoris.

Anda mungkin juga menyukai