Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INKONTINENSIA URINE

Disusun Oleh :
Yunita Eka Safitri
1911035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN AKADEMIK
2019 / 2020
Definisi
Kehamilan dan persalinan akan menyebabkan dasar panggul melemah atau rusak sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik. Pada proses persalinan, otot-otot dasar panggulmengalami
tekanan langsung dengan bagian terbawah janin, bersamaan dengan tekanan ke bawah yang
berasal dari tenaga meneran ibu. Banyak wanita mengalami kebocoran urineyang tidak dapat
dikendalikan akibat cedera saat melahirkan.

Kondisi-kondisi pada ibu post partum yang mengganggu pengontrolan urine


meliputiinkontinensia urine stres, inkontinensia urine desakan, trigonitis, sistisis, kondisi
patologis pada korda spinalis, dan abnormalitas traktus urinarius kongenital. Komplikasi lain
yang bisatimbul akibat proses persalinan adalah retensi urine.

Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya kesulitan buang
air kecil, pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas,
dankeinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada suprapubik saat
berkemih.Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan
berlangsungmerupakan predisposisi terjadinya retensi urine satu jam pertama sampai
beberapa hari post partum.

Retensi urin merupakan fenomana yang biasa terjadi pada ibu postpartum. Hal inidisebabkan
banyak faktor. Salah satunya adalah penekanan kepala janin ke uretra dankandung kemih
yang menyebabkan edema. Distensi yang disebabkan akan berlangsungselama sekitar 24 jam
setelah melahirkan. Namun kemudian karena penumpukan cairan yangterjadi, secara
perlahan akan terjadi pengeluaran cairan secara besar-besaran yang biasadisebut
inkontinensia.

Inkontinensia urin menurut International Continence Society didefinisikan sebagaikeluarnya


urin secara involunter yang menimbulkan masalah sosial dan higiene serta secaraobjektif
tampak nyata. International Consultation on Incontinence membagi klasifikasi inkontinensia
urine menjadi 6, yaitu : Inkontinensia urine desakan, inkontinensia urine stress ,inkontinensia
urine campuran, Inkontinensia urine berlebih, Nokturnal Enuresis, Post Micturition
Dribbling dan Incontinencia continua.

Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pascapartum adalahinkontinensia
urine stress. The International Continence Society (ICS) mendefinisikaninkontinensia urine
stres sebagai keluhan pelepasan involunter saat melakukan aktivitas, saat bersin dan pada
waktu batuk. Inkontinensia urine stres terjadi akibat peningkatan tekanan intra abdomen yang
tiba-tiba (misalnya, tekanan mendadak yang timbul akibat bersin atau batuk). Sedangkan
inkontinensia urine desakan disebabkan oleh gangguan pada kandung kemih dan uretra.
Kedua jenis inkontinensia ini merupakan tipe yang paling sering terjadi pada ibu postpartum.
Terkadang muncul gejala campuran dari kedua tipe inkontinensia ini, yang disebut juga
dengan inkontinensia urine campuran. (Inkontinensia Urin Post Partum | PDF, n.d.)

Etiologi
Etiologi umum yang terjadi pada pasien inkontinensia adalah :
a. Gejala Infeksi Saluran Kemih Serangan bakteri memicu infeksi lokal yang mengiritasi
mukosa kandung kemih dan menyebabkan dorongan kuat untuk buang air kecil. Kemudian
mendesak pengeluaran urin, yang mungkin satu- satunya tanda peringatan dari infeksi saluran
kemih, juga dapat disertai dengan frekuensi kencing, disuria, dan urin berbau busuk.
b. Atrofi Vaginitis Atrofi atau peradangan pada vagina akibat penurunan yang signifikan dari
kadar estrogen; kurangnya estrogen dapat menyebabkan penurunan kekuatan otototot dasar
panggul. atrofi mukosa vagina juga menyebabkan ketidak nyamanan vagina, rasa terbakar,
gatal, dan terkait dispareunia.
c. Efek Samping Obat Polifarmasi dan penggunaan a-adrenergik, neuroleptik,
benzodiazepines, bethanechol, cisapride, diuretik, antikolinergik, agen anti-Parkinsonian,
blocker, disopyramides, angiotensin- converting enzyme inhibitor, narcoleptics, atau obat
psikotropika dapat memperburuk inkontinensia, efek sedatif dan benzodiazepin dapat
mengganggu kemampuan pasien untuk mengendalikan fungsi kandung kemih, sehingga urge
incontinence iatrogenik diuretik dan meningkatkan Volume kemih konsumsi cairan cepat dan
berpotensi memperburuk gejala inkontinensia urin.
d. Konsumsi Kopi dan Alkohol Kopi menyebabkan kedua efek diuretik dan efek iritasi
independen, schingga mengisi kandung kemih yang cepat dan keinginan yang mendesak dan
tidak sukarela untuk buang air kecil. Alkohol ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih
besar, juga dapat menumpulkan kemampuan kognitif pasien untuk mengenali dorongan untuk
buang air kecil, schingga inkontinensia.
e. Inkontinensia urin biasanya berhubungan dengan penyakit fisik yang mendasari, termasuk
disfungsi kandung kemih, melemah dasar panggul atau otot kandung kemih, penyakit
neurologis, operasi panggul sebelumnya, atau obstruksi saluran kemih.
Etiologi berdasar pada faktor tertentu diantaranya :
a) Penyebab Inkontinensia Stress Inkontinensia stres terjadi ketika tekanan di dalam kandung
kemih terisi air kencing lebih bsar dari kekuatan uretra untuk tetap tertutup. Uretra anda
mungkin tidak dapat tetap menutup jika:
1. Otot panggul anda lemah ataurusak
2. Sfingter uretra anda rusak setiap tekanan ekstra mendadak pada kandung kemih, seperti
ertawa atau bersin, dapat menyebabkan urin yang keluar dari uretra. Hilangnya kekuatan
dalam uretra disebabkan oleh; kerusakan saraf saat melahirkan, meningkatkan tekanan pada
perut anda, kurangnya hormon estrogen pada wanita dan konsumsi obat tertentu.
b) Penyebab Urge Incontinence Kebutuhan buang air kecil dapat disebabkan oleh masalah
dengan otot detrusor pada dinding kandung kemih. Otot-otot detrusor rileks untuk
memungkinkan kandung kemih untuk mengisi dengan air kencing, dan kontraksi ketika ingin
pergi ke toilet untuk membiarkan urin keluar. Kadang-kadang kontraksi otot detrusor yang
terlalu sering, menciptakan kebutuhan mendesak untuk pergi ke toilet. Hal Ini disebut
detrusor overactivity.
c) Penyebab Inkontinensia Overflow Inkontinensia overflow, juga disebut retensi urin kronis,
sering disebabkan oleh atau obstruksi kandung kemih. Kandung mungkin mengisi seperti
biasa, tapi karena terhalang atau tersumbat tidak akan dapat mengosongkan sepenuhnya,
bahkan akan terasa nyeri jika dipaksakan. Pada saat yang sama, tekanan dari urin yang masih
dalam kandung kemih membangun obstruksi yang baru, sehingga dinding uretra akan terjadi
kebocoran. (Makalah Inkontinensia Urine&fistula Genetalia | PDF, n.d.)
Klasifikasi
Inkontinensia urin dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu
1) Inkontinensia urine akut (Transient incontinence): Inkontinensia urin ini merupakan terjadi
secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit
akut atau masalah iatrogenic menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebab umum dari
Inkontinensia Urin Transien ini sering disingkat DIAPPERS, yaitu:
a) D Delirium atau kebingungan - pada kondisi berkurangnya kesadaran baik karena
pengaruh dari obat atau operasi, kejadian inkontinensia dapat dihilangkan dengan
mengidentifikasi dan menterapi penyebab delirium.
b) I Infection – infeksi saluran kemih seperti urethritis dapat menyebabkan iritasi kandung
kemih dan timbul frekuensi, disuria dan urgensi yang menyebabkan seseorang tidak
mampu mencapai toilet untuk berkemih.
c) A Atrophic Uretritis atau Vaginitis – jaringan teriritasi dapat menyebabkan timbulnya
urgensi yang sangat berespon terhadap pemberian terapi estrogen.
d) P Pharmaceuticals –dapat karena obat-obatan, seperti terapi diuretic yang meningkatkan
pembebanan urin di kandung kemih.
e) P Psychological Disorder – seperti stres, depresi, dan anxietas.
f) E Excessive Urin Output– karena intake cairan, alkoholisme diuretik, pengaruh kafein.
g) R Restricted Mobility – dapat penurunan kondisi fisik lain yang
mengganggu mobilitas untuk mencapai toilet.
h) S Stool Impaction – dapat pengaruh tekanan feses pada kondisi konstipasi akan
mengubah posisi pada kandung kemih dan menekan saraf.
2) Inkontinensia urin kronik (persisten):
Inkontinensia urin tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung dengan lama
(lebih dari 6 bulan) ada 2 penyebab Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu: menurunnya
kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung
kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan
lagi menjadi 4 tipe (stress, urge, overflow , fungsional).
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing tipe Inkontinensia urin kronik atau persisten:
a) Inkontinensia urin tipe stress: Inkontinensia urin terjadi apabila urin dengan secara tidak
terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar
panggul, operasi dan penurunan estrogen. Pada gejalanya antara lain kencing sewaktu
batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain yang meningkatkan tekanan
pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan dengan tanpa operasi (misalnya dengan
Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.
b) Inkontinensia urin tipe urge: timbulnya pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang
tidak stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan Inkontinensia urin dapat ditandai
dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul
manifestasinya dapat merupa perasaan ingin kencing yang mendadak (urge), kencing
berulang kali (frekuensi) dan kencing di malam hari (nokturia).
c) Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar dengan akibat
isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, pada umumnya akibat otot
detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini bisa dijumpai pada gangguan saraf
akibat dari penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, dan saluran kencing
yang tersumbut. Gejalanya berupa rasanya tidak puas setelah kencing (merasa urin masih
tersisa di dalam kandung kemih), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah.
d) Inkontinensia urin tipe fungsional: dapat terjadi akibat penurunan yang berat dari fungsi
fisik dan kognitif sehingga pasien tidak dapat mencapai ketoilet pada saat yang tepat. Hal
ini terjadi pada demensia berat, gangguan neurologic, gangguan mobilitas dan psikologik.
(undip, n.d.)

Patofisiologi

Inkontinensia urin disebabkan oleh gangguan fungsi penyimpanan dan fungsi


pengosongan traktus urinarius bagian bawah. Beberapa orang mengalami gangguan pada
sfingter uretra dan kandung kemih. Hal ini bisa terjadi pada saat partus pervaginam dimana
overaktifitas dari jumlah detrusor yang sama dapat menjadi simptomatis dengan desakan
inkontinensia. Adanya trauma saat melahirkan dapat merusak otot dasar panggul, dimana hal
ini dapat mengganggu mekanisme kontinensia dimana uretra secara anatomis juga didukung
oleh otot-otot dasar panggul. Stres inkontinensia urin 95% discbabkan olch persalinan
pervaginam.
Stres inkontinensia urin muncul ketika tekanan intrabdomen meningkat tiba-tiba dan
tekanan kandung kemih lebih bes ar dari tekanan uretral. Kenaikan tekanan ini dapat
disebabkan perubahan anatomi atau karena faktor neuromuskuler sfingter. Kerusakan otot
langsung menyebabkan berkurangnya kesanggupan untuk menahan besarnya tekanan pada
bladder neck sewaktu terjadi stres fisik. Kerusakan vaskular akibat tekanan yang besar dari
kepala janin dapat berpengaruh terhadap otot dan saraf. Keadaan ini dapat terdeteksi pada
saat batuk, tertawa, bersin, dan gerakan-gerakan lainnya yang meningkatkan tekanan
intraabdominal. Selanjutnya tekanan pada kandung kemih meningkat disertai keluamya urin
pada penderita.
Stres inkontinensia urin dibagi dalam 3 stadium:
1. Stadium I (ringan) : aktifitas tidak terganggu
2. Stadium II (sedang) : aktifitas mulai terganggu, sering pakai pembalut urin keluar kalau
batuk atau bersin.
3. Stadium III (berat) : aktifitas terganggu, selalu memakai pembalut kalau berjalan atau
berdiri urin keluar.
Urge inkontinensia urin adalah kehilangan urin yang tidak terkontrol, dimana tiba-tiba
ada perasaan terdesak untuk berkemih. Dapat discbabkan oleh kelainan neurologik, yang
terbanyak adalah idiopatik. Kandung kemih yang terlalu sensitif dapat berasal dari epitel
kandung kemih atau otot detrusor itu sendiri. Melahirkan anak dan proses penuaan
menyebabkan ganggguan neuromuskular kandung kemih. Kontrol sistem saraf pusat yang
tidak baik terhadap proses penyimpanan urin dapat menyebabkan keadaan ini.. +
Overflow inkontinensia terjadi karena keluamya urin yang tidak dapat dikontrol dari
kandung kemih yang sangat penuh dengan tekanan intravesikal lebih besar dari tekanan
penutup uretra. Urin biasanya keluar menetes terus menerus. +
Mixed inkontinensia urin adalah suatu keadaaan yang merupakan gabungan dari stres
inkontinensia urin dan urge inkontinensia urin.
Manifestasi klinis

1. Kencing keluar pada waktu batuk, tertawa, bersin dan latihan.


2. Keluarnya kencing tidak dapat ditahan.
3. Kencing keluar menetes pada keadaan kandung kencing penuh

Diagnosis dan Pemeriksaan penunjang


Hal yang penting dalam menilai wanita dengan inkontinensia urine adalah dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Pemeriksaan awal tidak selalu diagnostik, tetapi
informasi yang didapat akan menuntun klinisi dalm memilih test diagnostik yang diperlukan.
Pada umumnya keluhan penderita yaitu:
• Kencing keluar pada waktu batuk, tertawa, bersin dan latihan.
• Keluarnya kencing tidak dapat ditahan.
• Kencing keluar menetes pada keadaan kandung kencing penuh.
Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal, pelvis, rektal dan
penilaian neurologis. Pada pemeriksaan abdomen bisa didapatkan distensi kandung kemih,
yang menunjukkan suatu inkontinensia luapan, dan dikonfirmasi dengan kateterisasi.
Inspekulo bisa tampak prolaps genital, sistokel dan rektokel. Adanya urine dalam vagina
terutama pasca histerektomi mungkin mengetahui adanya massa pelvis.
Komplikasi

Komplikasi Inkontinensia urin postpartum dapat menimbulkan komplikasi pada masa nifas.
Beberapa komplikasi akibat inkontinensia urin postpartum adalah terjadinya uremia, infeksi,
sepsis, bahkan terjadinya merupakan ruptur spontan vesika urinaria. Perubahan signifikan
struktur dan fungsi saluran kemih yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas
berkonsekuensi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Sekitar 8,3 juta alasan kunjungan
ke pelayanan kesehatan adalah karena infeksi saluran kemih (ISK) setiap tahunnya. Dimana
wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra yang lebih pendek dan kedekatan anus dengan
meatus uretra. Urin yang tertinggal di kandung kemih menjadi lebih basa dan mudah menjadi
tempat pertumbuhan mikroorganisme. Kebanyakan infeksi saluran kemih postpartum
disebabkan oleh mikroorganisme gram positif seperti Escherichia coli. Menurut Menhert-Kay
mikroorganisme jenis ini merupakan patogen penyebab ISK utama yaitu 75%-95%.
Bakteriuria (bakteri di dalam urin) dari kandung kemih mungkin naik ke ginjal karena aliran
aliran urin balik vesikouretral sewaktu berkemih, sehingga menyebabkan pielonefritis setelah
beberapa hari. Ibu postpartum beresiko tinggi mengalami hal ini, karena sensitivitas kandung
kemih akibat peregangan, trauma, dan retensi dari urin residu; bakteri yang masuk mellaui
jalur pemasangan kateter, dan trauma kandung kemih selama kelahiran bayi.

Penatalaksaan
Pada umumnya terapi inkontinensia urin adalah dengan cara operasi. Akan tetapi pada
kasus ringan ataupun sedang, bisa dicoba dengan terapi konservatif. Latihan otot dasar
panggul adalah terapi non operatif yang paling populer, selain itu juga dipakai obat-obatan,
stimulasi dan pemakaian alat mekanis.
1. Latihan Otot Dasar Pinggul ('Pelvic Floor Exercises') Kontinensia dipengaruhi oleh
aktifitas otot lurik urethra dan dasar pelvis. Fisioterapi meningkatkan efektifitas otot ini. Otot
dasar panggul membantu penutupan urethra pada keadaan yang membutuhkan ketahanan
urethra misalnya pada waktu batuk. Juga dapat mengangkat sambungan urethrovesikal
kedalam daerah yang ditransmisi tekanan abdomen dan berkontraksi secara reflek dengan
peningkatan tekanan intraabdominal, perubahan posisi dan pengisian kandug kemih.
Pada inkompeten sfingter uretra, terdapat hilangnya transmisi tekanan abdominal pada uretra
proksimal. Fisio terapi membantu meningkatkan tonus dan kekuatan otot lurik uretra dan
periuretra.
Pada kandung kemih neurogrik, latihan kandung kemih ('bladder training) telah menunjukan
hasil yang efektif. Latihan kandung kemih adalah upaya melatih kandung kemih dengan cara
konservatif, schingga secara fungsional kandung kemih tersebut kembali normal dari
keadaannya yang abnormal.
2. Obat-obatan
a) Alfa Adrenergik Agonis
b) Efedrin
c) Phenylpropanololamine
d) Estrogen
3. Stimulasi Elektrik Metode ini paling sedikit diterima dalam terapi walaupun sudah rutin
digunakan selama 2 dekade. Prinsip stimulasi elektrik adalah menghasilkan kontraksi otot
lurik uretra dan parauretra dengan memakai implant/non-implant (anal atau vaginal)
elektrode untuk meningkatkan tekanan uretra. Aplikasi stimulasi dengan kekuatan rendah
selama beberapa jam per hari selama beberapa bulan. Terdapat 64 % perbaikan penderita
dengan cara implant, tapi metode ini tidak populer karena sering terjadi efek mekanis dan
morbiditas karena infeksi. Sedang stimulasi non-implant terdiri dari generator mini yang
digerakkan dengan baterai dan dapat dibawa dalam pakaian penderita dan dihubungkan
dengan elektrode anal/vaginal. Bentuk elektrode vaginal : ring, Hodge pessary, silindris.
4. Alat Mekanis (Mechanical Devices) Tampon : Tampon dapat membantu pada
inkontinensia stres terutama bila kebocoran hanya terjadi intermitten misal pada waktu
latihan. Penggunaan terus menerus dapat menyebabkan vagina kering/luka.
Edward Spring : Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan pada penderita dg
inkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan. Kerugian terjadi ulserasi vagina. Bonnas's
Device: Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila ditiup dapat mengangkat
sambungan urethrovesikal dan urethra proksimal.
Penatalaksanaan stres inkontinensia urine secara operatif dapat dilakukan dengan beberapa
cara meliputi :
1) Kolporafi anterior
2) Uretropeksi retropubik
3) Prosedur jarum
4) Prosedur sling pu
5) Periuretral bulking agent
6) Tension vaginal tape (TVT)
Asuhan Keperawatan
Post Partum Data Umum :
1) Identitas.
2) Data Obstetri, riwayat kehamilan, riwayat persalinan.
3) Riwayat keschatan.
4) Status emosional dan kebiasaan.
Data Fokus : Fisiologis (proses involusi, perubahan biophisik sistem tubuh, kesiapan proses
laktasi).
Pengkajian fisologis segera setelah lahir :
a. Kondisi utenus (Palpasi fundus, kontraksi dan tinggi fundus uteri.
b. Jumlah Darah (inspeksi perineum,laserasi,hematoma).
c. Kandung kemih (ada tidaknya residu).
d. Tanda-tanda Vital :
Suhu : I jam pertama setelah persalinan
TD/N : penyimpangan kardiovaskular Pengkajian psikologis segera respon ibu dan keluarga
terhadap bayi).
Pengkajian tahap lanjut :
1. Tanda-tanda vital: Suhu : Sedikit meningkat tapi kurang dari 38t Nadi : Bradikardi 40-70
x/menit masig dalam batas normal selama 6-10 hari post partum. Tensi : Agak menurun tapi
tidak mengganggu (orthostatik hipotensi) Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan tiap 4-8
jam.
2. Perut dan Fundus : Sebelum pem.fundus dan perut klien di minta kencing dulu. Bila pada
pem. Uterus lembek lakukan masase dan bayi ditetekkan.
3. Lokhea: Periksa tiap 4-8 jam Perhatikan : frekuensi penggantian duk dan kebiasaan klien.
Sifat kontes lokhea (menetes, merember, memancar) Warna lokhea (rubra, serosa,
sanguilenta,alba).
4. Eliminasi : Diaphoresis Tanda infeksi kandung kemih,distensi blader Buang air besar
(obstipasi karena takut sakit).
5. Buah dada : Bentuk, besar, merah Puting susu-- baik, masuk, sakit, kebersihan, BH---
penyokong buah dada Laktasi hari ke 2-3 kolostrum meningkat.
6. Perineum Posisi sim ke arah jahitan schingga perineum terlihat jelas.
7. Ekstrimitas bawah Tromboplebitis dan tromboemboli Edema, Tenderness, suhu kulit
meningkat.

Psikososial : Sikap, kemampuan, keterampilan memelihara diri, Tingkat kelelahan, tugas


mengasuh anak.
Rentinsio Urine Bila dicurigai infeksi kandung kemih dilakukan pengambilan spesimen urin
untuk pemeriksaan mikroskopik dan pemeriksaan kultur serta berat jenis urin. Frekuensi
urin, keinginan berkemih, urin warna keruh, nyeri pelvik dan konsentrasi bakteri 10.000 atau
lebih permililiter urin. Periksa suhu : mengginggil dan panas tinggi, mual dan muntah

Asuhan Keperawatan
Kasus
Seorang perempuan P3A0 usia 35 tahun datang ke klinik dengan keluhan dikontinensia urin,
merasa cemas dan malu dengan kondisinya. Klien mengatakan 15 urin pada saat klien batuk
atau bersin, dan saat mengangkat benda. Hasil pengkajian klien 1 minggu post partum, TFU
tidak teraba, terdapat ruptur perineum, dengan BB bayiunya 3700 gram. Klien mengatakan
proses persalinannya berjalan lama dan klien kelelahan dalam melakukan tindakan bantuan
menggunakan forceps. Riwayat persalinan sebelumnya pervaginam normal. Hasil
pengkajian tidak terdapat disuria dan nyeri tekan ataupun distensi blast, namun masih
terdapat nyeri pada luka perineum. Hasil pemeriksaan urinalisis tidak terdapat leukosit pada
urin. Perawat menyarankan klien untuk melakukan senam kegel.

Pengkajian Data Identitas


Nama : Ny. P
Umur : 35 tahun
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Klien mengeluhkan gangguan buang air kecil, merasa cemas dan malu
dengan kondisinya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan urin keluar pada saat klien batuk atau
bersin, dan saat mengangkat benda. Hasil pengkajian klien 1 minggu post partum, TFU tidak
teraba, terdapat ruptur perineum, dengan BB bayiunya 3700 gram. Klien mengatakan proses
persalinannya berjalan lama dan klien kelelahan dalam melakukan tindakan bantuan
menggunakan forceps.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu Status paritas P3A0. Riwayat persalinan sebelumnya
pervaginam normal.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Perkemihan Tidak terdapat disuria dan nyeri tekan ataupun distensi blast
b. Sistem Reproduksi
Masih terdapat nyeri pada luka perineum
c. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis : Tidak terdapat leukosit pada urine
ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1. Ds : Persalinan lama Inkontinensia urine
- Klien mengeluh inkontinensia urin. ↓
- Klien mengatakan urine keluar pada Klien kesakitan dalam

saat klien batuk atau bersin, dan saat waktu lama

mengangkat benda. ↓

- Hasil pengkajian klien 1 minggu Merasa takut

post partum, TFU tidak teraba,terdapat ↓

rupture perineum, dengan BB bayiunya Trauma melahirkan

3700gram. ↓

Do : - Hasil pengkajian tidak terdapat Tonus otot vagina dan


uretra menurun
disuria dan nyeri tekan ataupun

distensi blast,namun masih terdapat
Posisi V.U prolap
nyeri pada luka perineum.

- Hasil pemeriksaan urinalisis tidakt
Tekanan
erdapat leukosit pada urine
intraabdominal
meningkat

Tonus elevator ani
tidak dapat menahan
tekanan kebawah
(batuk, bersin,
tertawa)

Inkontinensia Urine

Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urine b/d trauma persalinan
No Diagnose Luaran Intervensi
1. Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan Observasi :
urine keperawatan selama 1x24jam Monitor pengeluaran urine
maka diharapkan dengan Terapeutik
hasil: Berikan reinforcement positif selama
Kemampuanberkemih melakukan latihan dengan benar
menigkat Edukasi
Residu volume urine setelah - Anjurkan berbaring
berkemih menurun -Anjurkantidak mengkontraksikan
Sensasi berkemih membaik perut, kaki dan bokong saat
Dribbling menurun melakukan latihan otot panggul
Hesitancy menurun -Anjurkan menambah durasi
Distensi kandung kemih kontraksi-relaksasi 10 detik dengan
menurun sikius 10-20 kali, dilakukan 3- 4 kali
sehari
-Ajarkanmengkontraksikan sekitar
otot uretra dan anus seperti menahan
BAB/ BAK selama 5 detik kemudian
dikendurkan dan direlaksasikan
dengan siklus 10 kali
-Ajarkan mengevaluasi latihan yang
dilakukan dengan cara menghentikan
urin sesaat saat BAK, seminggu
sekali
-Anjurkan latihan selama 6-12
minggu
Kolaborasi
Kolaborasi rehabilitasi medik
untukmengukurkekuatan kontraksi
otot dasar panggul, jika perlu

Kesimpulan

Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pascapartum adalah stres
inkontinensia urin. The International Continence Society (ICS) mendefinisikan stres urin
inkontinensia sebagai keluhan saat aktivitas saat melakukan aktivitas, saat bersin dan pada
waktu batuk. Inkontinensia stres urin terjadi akibat peningkatan tekanan intra abdomen yang
tiba-tiba (misalnya, tekanan yang timbul akibat bersin atau batuk). Sedangkan inkontinensia
urin desakan disebabkan oleh gangguan pada kandung kemih dan uretra. Kedua jenis
inkontinensia ini merupakan tipe yang paling sering terjadi pada ibu postpartum. kadang
muncul gejala campuran kedua tipe inkontinensia ini, yang disebut juga dengan inkontinensia
urine campuran. Kelainan atau fungsi otot dasar panggul akan menyebabkan timbulnya
prolapsus organ panggul, disfungsi seksual, sindrom nyeri struktur kronis dan inkontinensia
urin serta fekal. Kebanyakan disfungsi dasar panggul (terutama organ prolapsus panggul
inkontinensia urin dan fekal) dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan pervaginam.

DAFTAR PUSTAKA
Xhttps://www.scribd.com/doc/161646798/INKONTINENSIA-URIN-POST-PARTUM-doc
Makalah Inkontinensia Urine&fistula Genetalia | PDF. (n.d.). Retrieved November 20, 2021,
from https://www.scribd.com/document/430691957/MAKALAH-INKONTINENSIA-
URINE-FISTULA-GENETALIA-docx
Marianti. (2018). Komplikasi Tifus - Alodokter. https://www.alodokter.com/tifus/komplikasi

Anda mungkin juga menyukai