Anda di halaman 1dari 46

KEBUTUHAN ELIMINASI

Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua yaitu


eliminasi urin
eliminasi alvi
Eliminasi Urin
Sistem tubuh Yang berperan dalam eliminasi Urin
Ginjal
Kandung kemih
Ureter
Uretra
SR.NATALIA
Proses Berkemih
• Berkemih adalah proses pengosongan vesika
urinaria ( kandung kemih ).
• Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urin
ke dalam vesika urinaria yang merangsang
saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika
urinaria ( bagian reseptor ).
• Vesika urinaria dapat menimbulkan
rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-
450 cc ( pada orang dewasa ) dan 200-250 cc (
pada anak-anak ).
• Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding
VU dihantarkan oleh neuron-neuron sensoris viseral aferen
melalui n. splanchnicus memasuki medulla spinalis segmen
sacral 2,3,dan 4.
• Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU
berkontraksi, m. sphincter vesicae melemas. Neuron-neuron
eferen para simpatis mengambil jalan melalui n. pudendus
(S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.
• Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.
• Komposisi urin :
• Air ( 96% )
• Larutan ( 4 % )
• Larutan Organik : Urea,Amoniak, Kreatin dan Uric
Acid
• Larutan Anorganik : Natrium, Klorida, Kalium (
Potasium ) Sulfat, Magnesium, dan fosfor. Natrium
Klorida merupakan garam anorganik yang paling
banyak.
Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

• Diet dan asupan


• Respon keinginan awal untuk berkemih
• Gaya Hidup
• Stres Psikologis
• Tingkat aktivitas
• Tingkat perkembangan
• Kondisi penyakit
• Sosiokultural
• Kebiasaan seseorang
• Tonus otot
• Pembedahan
• Pengobatan
Masalah Kebutuhan Eliminasi Urin

• Retensi Urin
Penumpukan urin dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan
distensi dari vesika urinaria.
• Tanda-tanda klinis rentensi urin :
– Ketidaknyamana pubis
– Distensi vesika urinaria
– Ketidaksanggupan untuk berkemih
– Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin
( 25-50 cc )
– Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan
asupannya
– Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
– Adanya Urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung
kemih
• Penyebab :
–Operasi pada daerah abdomen bawah,
pelvis vesika urinaria
–Trauma sum-sum tulang belakang
–Tekanan uretra yang tinggi disebabkan
oleh otot detrusor yang lemah
–Sfingter yang kuat
–Sumbatan ( Striktur uretra dan
pembesaran kelenjar prostat )
Inkontinensia Urin
• Adalah ketidak mampuan otof sfingter
eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urin
» Inkontinensia Urin dorongan
» Inkontinensia Total
» Inkontensia Stres
» Inkontinensia Refleks
» Inkontinensia Fungsional
Enurisis
• Ketidaksanggupan menahan kemih ( mengompol ) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksternal
• Faktor penyebab :
– Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
– Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda indikasi berkemih
tidak diketahui yang mengakibatkan keterlambatan bangun tidur
untuk berkemih
– Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat
menampung urin dalam jumlah besar.
– Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
– Orang tua sering berpendapat bahwa anak dapat mengatasi
masalahnya tanpa dibantu untuk mendidiknya
– Infeksi saluran kemih
– Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan
pemedas
– Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
• Ureterotomi
• Adalah tindakan operasi dengan jelas membuat stoma pada
dinding perut untuk drainase urin
Perubahan Pola Eliminasi Urin
• Seseorang yang mengalami gangguan
pada eliminasi urin, disebabkan oleh
multipel ( obstruksi anatomis ),
kerusakan motorik sensork,infeksi saluran
kemih
• Frekuensi
– Merupakan jumlah berkemih dalam sehari.
Frekuensi meningkat karena menigkatkan
jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang
tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat
diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang
tinggi dijumpai pada keadaan stres atau
hamil.
• Urgensi
– Perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil
mengalami kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter
eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi
pada mereka.
• Disuria
– Adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih ( ISK ),trauma, dan
striktur uretra.
• Poliuria
– Produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa
adanya peningkatkan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan
pada penderita diabetes melitus, defisiensi antidiuretik hormon (
ADH ) dan penyakit ginjal kronik.
• Urinaria Supresi
– Urinaria Supresi adalah berhentinya produksi urin secara
mendadak. Secara normal, urin diproduksi oleh ginjal secara
terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam
•Kebiasaan berkemih serta
hambatannya
• Pengkajian Keperawatan
– Kebiasaan berkemih
– Pola berkemih
• Frekuensi berkemih dalam 24 jam
– Urgensi
– Disuria: keluhan nyeri saat berkemih
– Poliuria
– Urinaria Supresi : oliguria dan anuria
– Volume urin
– Keadaan urin
Diagnosis Keperawatan
– Perubahan pola eliminasi urin b.d. :Ketidakmampuan saluran kemih akibat
anomali saluran urinaria; Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih
akibat penyakit ; kerusakan saluran kemih;efek pembedahan saluran kemih;
penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi atau faktor
psikologis; pasca pemasangan kateter indwelling; lemahnya otot dasar pelvis
akibat obesitas atau proses penuaan ; obstruksi saluran kemih akibat konstipasi
; hambatan lingkungan ke kamar mandi;ketidak mampuan ke kamar mandi
akibat kerusakan mobilitas; kapasitas kandung kemih sedikit; kurangnya
motivasi.
• Retensi urin b.d. Adanya hambatan sfingter akibat
striktur, BPH dan lain-lain;kerusakan atau
ketidakadekuatan jaras aferen akibat cedera dan
penggunaan obat seperti antihistamin atau
antikolinergik ; Oabstruksi jalan keluar kandung
kemih akibat impaksi feses
• Perubahan body image b.d.inkontinensia,
ureterostomi dan enereusis
Perencanaan Keperawatan

• Tujuan :
– Memahami arti eliminasi
– Membantu mengosongkan kandung kemih
secara penuh
– Mencegah infeksi
– Mempertahankan integritas kulit
– Memberikan rasa nyaman
– Mengembalikan fungsi kandung kemih
– Memberikan asupan cairan secara tepat
– Mencegah kerusakan kulit
– Memulihkan self esteem atau mencegah
emosional
Rencana Tindakan :
• Monitor/Observasi perubahan
faktor,tanda dan gejala terhadap masalah
perubahan eliminasi urin, retensi dan
inkontinensia.
• Kurangi faktor yang mempengaruhi
/penyebab masalah
• Monitor terus perubahan retensi urin
• Lakukan kateterisasi urin
Retensi Urin
• Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti
:
• Teknik Manuver Valsava (meregangkan abdomen)
dengan cara :
• Membungkuk arah paha
• Mengontraksikan otot abdomen dengan
mengejan atau tahan napas selama mengejan
• Menahan regangan atau napas sampai aliran urin
berhenti tunggu satu menit dan tegangkan
kembali
• Lakukan hingga
Teknik Manuver Crede;
• Tempatkan kepalan tangan di baawah area
umbilikal
• Letakan salah satu tangan dipuncak tangan
yang lain
• Tekan hingga kuat ke bawah dan kearah arkus
pelvis
• Ulangi enam sampai tujuh kali sampai tidak
ada urin yang dapat dibuang
• Lakukan hingga pengosongan sempurna
Teknik Manuver regangan anal
• Duduk pada toilet ( pispot )
• Membungkuk pada paha
• Tempatkan sebuah sarung tangan dibelakang
bokong
• Masukan salah satu jari tangan yang sudah diberi
pelumas ke dalam anus hingga sfingter anal
• Lebarkan jari-jari atau tarik ke arah posterior
• Lakukan regangan sfingter anal dan pertahankan
distensi
• Lakukan mengejan dan berkemih
• Tarik napas dalam dan tahan sampai mengejan
• Relaksasi
Inkontinensia Dorongan :
• Pertahankan hidrasi secara optimal
• Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih
dengan cara :
• Tentukan volume kemih setiap kali melakukannya
• Anjurkan untuk menahan selama mungkin
• Hindari kebiasaan sering berkemih
• Ajarkan pola berkemih terencana ( untuk mengatasi
kontraksi kandung kemih yang tidak biasa )
• Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah
makan,latihan fisik, mandi dll
• Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
• Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam
mengatasi iritasi kandung kemih
Inkonteinensia Total
• Pertahankan jumlah cairan dan
berkemih
• Rencanakan program pemasangan
kateterisasi intermitten apabila ada
indikasi
• Apabila terjadi kegagalan pada
latihan kandung kemih
pertimbangkan untuk pemasangan
kateter indwelling.
Inkontinensia Stres
• Kurangi faktor penyebab seperti :
• Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
• Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis dan
kekuatan kelemahannya saat melakukan latihan (
latihan kegel sebanyak 25 kali, setiap latihan 4-6 set
setiap hari )
• Untuk otot dasar pelvis posterior dengan
imajinasi,coba hentikan aliran feses dan kencangkan
otot-otot anus dalam waktu 10 detik tanpa
merapatkan kaki atau otot-otot abdomen
• Untuk otot dasar pelvis anterior bayangkan anda
mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan
otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik
dan lakukan 4 Kali sehari
• Hentikan dan mulailah aliran urin beberapa saat
selama berkemih.
Meningkatkan tekanan abdomen,
dengan cara :
• Latih untuk menghindari duduk
lama
• Latih untuk sering berkemih
sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia Refleks
• Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti :
• Mekanisme pemicu kutaneus
• Ketuk supra pubis secara dalam,tajam dan berulang
• Anjurkan pasien untuk :
• Posisi setengah duduk
• Mengetuk kandung kemih secara langsung dan rata-
rata 7-8 kali setiap 5 detik
• Gunakan satu tangan
• Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk
menentukan posisi paling berhasil
• Lakukan hingga aliran baik
• Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga
kandung kemih kosong
• Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada
respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
• Apabila belum berhasil, lakukan hal
berikut ini selam 2-3 menit dan berikan
waktu jeda 1 menit diantara setiap
kegiatan
• Tekan gland penis
• Pukul perut di atas ligamen inguinal
• Tekan paha bagian dalam
• Catat jumlah asupan dan pengeluaran
• Jadwalkan program kateterisasi pada saat
tertentu
Inkontinensia Fungsional
• Tingkatkan faktor yang berperan kontinen,
seperti :
• Jelaskan cara mengenali perubahan urin yang
abnormal seperti adanya mukosa dalam urin,
darah dalam urin,dan perubahan warna
• Ajarkan cara memantau adanya gejala dan
tanda ISK ( infeksi saluran Kencing )seperti
peningkatan suhu, perubahan keadaan urin,
neyri pubis bagian atas, nyeri saat berkemih,
ingin berkemih sedikit dan sering
meningkatknya pH urin,mual atau muntah.
Pelaksanaan Keperawatan

• Pengumpulan Urin untuk bahan


pemeriksaan
• Menolong buang air kecil dengan
menggunakan Urinal
• Melakukan kateterisasi
• Menggunakan Kondom kateter
Evaluasi Keperawatan

• Miksi secara normal, ditunjukan dengan


kemampuan berkemih sesuai asupan cairan dan
pasien mampu berkemih tanpa menggunakan
obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
• Mengosongkan kandung kemih ditunjukan
dengan berkurangnya distensi, volume urin residu
dan lancarnya kepatenan drainase
• Tidak adanya Infeksi saluran kemih ( tidak ada
disuria, urgensi, frekuensi, rasa rasa terbakar
saat berkemih)
• Pasien mampu melakukan bladder training.
ELIMINASI BOWEL
• Organ primer dlm eliminasi fekal adalah usus
besar.
• Usus besar diawali dr katub ileocekal sisa
produk pencernaan masuk dlm usus besar dlm
bentuk cairan,jlhnya sekitar 1500 ml dan
diabsorbsi sisanya kurang dr 100 ml
dikeluarkan melalui feces.
• Usus besar panjangnya 125-150 cm dgn lebar
sekitar 7,5 cm dan semakin mengecil disekitar
anus.
27
• Setelah melalui rectum usus besar dibagi atas
beberapa bagian :
- Colon ascendens,transversal dan descendens
- Colon sigmoid yg menampung feces yg siap
diekskresi.
- Rektum terdiri dr jaringan dgn tiga lipatan
transversal yg berfungsi untuk mempertahan
kan materi fekal.Pada bag ini jg terdapat -
lipatan vertical yg terdiri dr arteri dan vena.
Pelebaran vena yg abnormal pd rectum di
sebut haemorroid/ambein.
28
• Otot-otot colon di inverse oleh sistem saraf
otonom.
• Sistem parasimpatik menstimulasi gerakan usus
dn sistem saraf simpatis menginhibisi pergerakan.
• Untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
/flatus anal dilengkapi dgn spinkter eksternal dan
internal.
• Spinkter internal ani terdiri dr lapisan otot yg
halus dan involunter otot ini di inervasi oleh
sistem saraf otonom,kontraksi dr spinkter ani
diatur oleh sistem saraf simpatik diinhibisi oleh
sistem saraf parasimpatis.
29
PROSES DEFEKASI
• Defekasi mrpkan upaya pengosongan intestine
dan seringkali disebut dgn bowel movement.
• Pusat refluks ini berada pd medulla dan spinal
cord.
• Relaksasi spinkter anal internal myb kan kolon
berkontraksi (stimulus parasimpatik).
• Refleks defekasi timbul dr adanya feses dlm
rectum.Pada saat terjd peregangan pd rectum mk
keinginan utk defekasi muncul bila kondisi tdk
memungkinkan mk spinkter eksternal anal dpt
dipertahankan utk tetap konstriksi dan defekasi
ditunda.
30
• Selama proses defekasi tjd konstriksi dinding
abdomen dan penutupan glottis (valsava
manuver) meningkatkan tekanan intra
abdominalis sebyk 4-5 kali proses defekasi ini
dibantu dgn adanya fleksi otot paha dan posisi
jongkok (sitting position).
• Faktor-faktor yg mempengaruhi defekasi yaitu
tingkat perkembangan, pola sehari-hari , jenis
makanan dan minuman,aktivitas dan tonus
otot,gaya hidup,faktor psikologis,kondisi patologis
dan medikasi serta hospitalisasi dan test
diagnostik,anestesia dan pembedahan
(fundamental of nursing,et all ,1993).

31
Faktor Yang Mempengaruhi proses Defekasi
• Umur.
• Diet.
• Cairan (fluid).
• Tonus otot.
• Faktor psikologi.
• Gaya hidup.
• Obat-obatan (medikasi).
• Prosedur Diagnostik.
• Anastesi dan pembedahan.
• Nyeri.
• Iritan.
• Gangguan Syaraf Sensorik dan Motorik.

Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi
– Konstipasi
– Tanda klinis :
• Adanya feses yang keras
• Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
• Menurunnya bising usus
• Adanya keluhan pada rektum
• Nyeri saat mengejan dan defekasi
• Adanya perasaan masih ada sisa feses
• Kemungkinan penyebab :
– Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena
cedera serebrospinalis, CVA
– Pola defekasi yang tidak teratur
– Nyeri saat defekasi karena hemoroid
– Menurunnya peristaltik karena stres psikologis
– Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida,anastesi
– Proses penuaan ( usia lanjut )
• Konstipasi kolonik
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
mengalami perlambatan pasase residu makanan yang
mengakibatkan feses kering dan keras.
• Tanda klinis:
– Adanya penurunan frekuensi eliminasi
– Feses kering dan keras
– Mengejan saat defekasi
– Nyeri defekasi
– Adanya distensi pada abdomen
– Adanya tekanan pada rektum
– Nyeri abdomen
• Kemungkinan penyebab :
– Defek persarafan,kelemahan pelvis, imobilitas karena
cedera serebrospinalis, CVA dan lain-lain
– Pola defekasi yang tidak teratur
– Efek samping penggunaan obat antasida,anastesi, laksantif,
dll
– Menurunnya peristaltik
• Konstipasi dirasakan
Keadaan individu dalam menentukan sendiri
penggunaan laxantif,enema, atau
suposutoria untuk memastikan defekasi
setiap hari.
• Tanda Klinis :
– Adanya penggunaan laxansia setiap hari sebagai
enema atau suposutoria secara berlebihan
– Adanya dugaan pengeluaran feses pada waktu
yang sama setiap hari
• Kemungkinan penyebab :
– Persepsi salah akibat depresi
– Keyakinan budaya
• Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau
beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam
bentuk cair.
• Tanda klinis :
– Adanya pengeluaran feses cair
– Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
– Nyeri/kram abdomen
– Bising usus meningkat
• Kemungkinan penyebab:
– Malabsorbsi atau inflamasi proses infeksi
– Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
– Efek tindakan pembedahan usus
– Efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik dan lain-
lain
– Stres psikologis
• Inkontinensia Usus
Keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan
defekasi normal dengan pengeluaran feses tanpa disadari
atau juga dapat dikenal dengan inkontinensia alvi yang
merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat
kerusakan sfingter.
• Tanda klinis :
– Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
• Kemungkinan penyebab :
– Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan,
dan lain-lain
– Distensi rektum berlebih
– Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA
dan lain-lain
– Kerusakan kognitif
• Kembung
Keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam
lambung atau usus.
• Hemoroid
Terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang
dapat disebabkan karena konstipasi,peregangan
saat defekasi dan lain-lain.
• Fecal impaction
Massa feses keras di lipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi
feses yang berkepanjangan. Penyebab konstipasi
adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet
rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Pengkajian fisik diawali inspeksi abdomen :
kaji kontur,adanya benjolan atau distensi.
• Selanjutnya lakukan auskultasi : perhatikan
frekuensi dan karakteristik suara bowel.
• Absennya suara bowel menunjukan
hipoperistaltik/paralysis ileus,bila suara
peristaltic meningkat mk terjadi
hiperperistaltik.
• Perkusi dilakukan disetiap kuadran abdomen
utk menentukan adanya mass yg berongga
atau sekitar abdomen.
39
• Resonansi atau timpani akan terdengar pd
organ yg berongga atau di sekitar abdomen.
• Hipersonansi pd abdomen mk dpt diketahui
bhw terdapat byk gas dlm intestine.
• Palpasi yg dilakukan pd tiap kuadran,utk
menilai adanya resistensi muskulus ,
tenderness ,pembesaran organ dan adanya
massa.
• Anus dan rectum dikaji melalui inspeksi dan
palpasi posisi utk menilai anus adalah posisi
sims.
40
• Penilaian yg dilakukan adalah apakah ada
haemorroid,massa,iritasi permukaan
perineal dan pengeluaran cairan yg tdk
normal dan tanda-tanda perdarahan.
• Tes diagnostic meliputi pemeriksaan
feses, darah , cacing.
• Test pemeriksaan langsung
esophagogastroduodenoscopy ,
colonoscopy . Pemeriksaan tdk lgs
meliputi pemeriksaan melalui sinar x.
41
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ggn eliminasi fekal , konstipasi , diare ,
inkontinensia fekal.
• Ggn nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b.d
hilangnya nafsu makan.
• Ggn integritas kulit b.d diare yg lama.
TUJUAN
• Klien akan mengeluarkan feses lunak tiap 1-3
hr tanpa rasa nyeri .
• Mampu menjelaskan hub antara eliminasi
fekal dgn diet tinggi serat.

42
• Pemasukan cairan dan latihan.
• Menyebutkan keadaan tdk normal dlm
eliminasi fekal dan mengetahui pentingnya
pemeriksaan medis bila ditemui keadaan tsb.
IMPLEMENTASI
• Meningkatkan kebiasaan BAB teratur,waktu ,
posisi ,privacy terjaga.
• Nutrisi perlu diperhatikan,pemasukan cairan
2000-3000 ml dan mengkonsumsi makan
tinggi serat menurunkan kemungkinan
terjadi konstipasi.
43
• Untuk masalah diare dilakukan persiapan
makanan yg sesuai,hindari makanan yg pedas.
• Memberikan makanan yg rendah serat utk
menurunkan stimulasi gerakan usus.
• Memberikan cairan pengganti dan elektrolit.
• Distensi abdomen/flatullen dilakukan
mobilisasi dan mengeluarkan gas melalui french
tube (cerobong angin).
• Latihan dan olahraga yg teratur dpt meningkatkan
motilitas lambung dan membantu memperlancar
defekasi,latihan dpt jg menurunkan distensi
resiko terjdnya konstipasi.
44
• Pemberian laksative baik digunakan pd wkt yg
tepat dimana seseorang yg aktivitasnya
terbatas dan mengkonsumsi makanan yg
kurang serat.
• Laksative mrpkan bahan kimia shg mgkn
membahayakan pd keadaan patologis ,
sebaiknya tdk digunakan pd keadaan nyeri
abdomen krn dpt meningkatkan peristaltic
usus.
EVALUASI
• Rencana keperawatan dinyatakan berhasil bila
45
• Klien memverbalisasikan hubungan
antara eliminasi fekal dgn nutrisi,
pemasukan cairan ,latihan dan kontrol
nyeri.
• Mengembangkan dan memodifikasi
faktor-faktor yg dpt mengatasi eliminasi
dan mampu mengembangkan kebiasaan
eliminasi yg normal.

46

Anda mungkin juga menyukai