Anda di halaman 1dari 33

KEBUTUHAN ELIMINASI

Dewi Yunita (142012018010)


Ellsa Yulicka Pratiwi (142012018012)
Marliana Aulia Sari (142012018020)
Jarot Niko Saputra (142012018022)
Rolanda Gusti Al-Syukron (142012018036)
Sindy Katarani Rose (142012018037)

Dosen Pengampu :
Ns. Heru Supriyatno, S.
Kep, M. Kes
APA YANG DIMAKSUD DENGAN
ELIMINASI ?
 Pengertian Eliminasi menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi
adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
 Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau alvi (feses).

Defekasi

• Defekasi atau buang air besar adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat
atau setengah-padat yang berasaldari sistem pencernaan
(Dianawuri, 2009).
Miksi

• Miksi atau buang air kecil Adalah proses pengosongan kandung


kemih bila kandung kemih terisi.
ELIMINASI URINE
(BAK)
 Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
berupa urin.
 Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai
hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus, dari 180 liter darah
yang masuk ke ginjal untuk di filtrasi, hanya 1-2 liter saja yang
berupa urine, sebagaian besar hasil filtrasi akan diserap kembali
di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh.

Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine


Ginjal

Ureter

Kandung Kemih

Uretra
PROSES BERKEMIH
Berkemih merupakan proses
pengosongan vesika urinaria
(kandung kemih).
Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan
saraf bila urinaria berisi ±
250-400 cc (pada orang
dewasa) dan 200-250 cc
Proses
(padapembentukan
anak– anak). urine
melalui 3 tahap:
Filtrasi

Reabsorbsi

Sekresi
Filtrasi
• Bagian pertama dari proses pembentukan urine
adalah filtrasi yaitu proses penyaringan darah
yang mengandung zat sisa metabolisme yang
dapat menjadi racun untuk tubuh.

Reabsorbsi
• Reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali
filtrat glomerulus yang masih bisa digunakan oleh
tubuh

Sekresi
• Sekresi adalah tahap terakhir dalam
pembentukan urine, yaitu ketika urine akhirnya
dibuang.
Faktor yang Mempengaruhi
Eliminasi Urine
Diet dan Asupan (in take)
• Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output urine (jumlah urine).

Respons Keinginan Awal untuk Berkemih


• Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebakan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria,
sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.

Gaya Hidup
• Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas
toilet
..

Stres Psikologis
• Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi ..
Tingkat Aktivitas
• Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan braktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun.

Tingkat Perkembangan
• Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun, kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Kondisi Penyakit
• Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti penyakit
diabetes militus.

Sosiokultural
• Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.

Kebiasaan Seseorang
• Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine
bila dalam keadaan sakit.
• Tonus Otot
• Tonus otot berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah
otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.

Pembedahan
• Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine.

Pengobatan
• Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian
diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan anthipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

• Pemeriksaan
PemeriksaanDiagnostik
diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur – prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
MASALAH-MASALAH PADA SISTEM
PERKEMIHAN

Retensi urine

• Retensi urin adalah penumpukan urine dalam kandung


kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi
dari vesika urinaria, atau keadaan pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap.
Inkontinensia Urine
• Inkontinensia Urine dalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekresi urine.

• Macam-macam Inkontinensia Urine :

Inkontinensia stres

Inkontinensia dorongan

Inkontinensia luapan

Inkontinensia total
Enuresis
• Enuresis adalah kondisi dimana seseorang
tidak dapat menahan keluarnya air kencing
ketika tidur
• Ada dua jenis enuresis, antara lain:

Enuresis primer

• Enuresis yang kerap terjadi mulai dari bayi, enuresis


nokturnal adalah bentuk enuresis primer yang
paling umum terjadi.

Enuresis sekunder

• Enuresis yang masih kerap terjadi pada seseorang


yang sebelumnya sudah mampu mengendalikan
kandung kemihnya.
Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan
Eliminasi Urin

• Kebiasaan berkemih
PENGKAJIAN • Pola berkemih
• Volume urine
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan pola eliminasi urine berdasarkan : 


• Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
• Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
• Kerusakan pada saluran kemih
• Efek pembedahan pada saluran kemih

Inkontinensia fungsional berdasarkan :  


• Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan
untuk
mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan kandung Kemih
• Kerusakan mobilitas
• Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris

Inkontinensia refleks berdasarkan gagalnya fungsi rangsang di atas


tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medula Spinalis
Inkontinensia stress berdasarkan Tingginya tekanan Intraabdimibal
dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan
Penurunan tonus otot

Inkontinensia dorongan berdasarkan penurunan kapasitas kandung


kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor
penuaan.

Retesi urine berdasarkan adanya hambatan pada sfingter akibat


penyakit struktur, BHP.

Resiko terjadinya infeksi saluran kemih berdasarkan pemasangan


kateter, kebersihan perineum yang kurang.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

TUJUAN
TUJUAN

• Memahami arti eliminasi urine


• Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
• Mencegah infeksi
• Mempertahankan integritas kulit
• Memberikan rasa nyaman
• Mengembalikan fungsi kandung kemih
• Memberikan asupan secara tepat
• Mencegah kerusakan kulit
• Memulihkan self sistem atau mencegah tekanan emosional

RENCANA
RENCANA TINDAKAN
TINDAKAN

• Monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap


masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
• Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
• Monitor terus perubahan retensi urine
• Lakukan kateterisasi urine
TINDAKAN KEPERAWATAN

Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan

Membantu untuk buang air kecil dengan


menggunakan urinal

Menggunakan kondom kateter


EVALUASI KEPERAWATAN

• Miksi dengan normal


• Mengosongkan kandung kemih
• Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi

• Mempertahankan intergritas kulit


• Memberikan rasa nyaman
• Melakukan Bladder training
ELIMINASI ALVI/ FEKAL
(BAB)

 Eliminsi alvi adalah proses pembuangan atau


pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal
dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwoto dan
Wartonah, 2004)
 Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Eliminasi Alvi

• Duodenum (usus dua belas jari)


Usus Halus • Jejunum (usus kosong)
• Ileum (usus penyerapan)

• Kolon
Usus Besar • Rektum

Anus
PROSES DEFAKASI

 Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang


sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang
menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di
medulla dan sumsum tulang belakang
 Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar,
kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh
sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendur.
ELIMINASI ALVI/FESES (BAB)

 Eliminsi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa


metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus.

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Eliminasi Alvi

Usus Halus

Usus Besar

Kolon

Rektum

Rektum

Anus
Proses Defakasi

 Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering


disebut buang air besar.
 Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi,
yang terletak di medulla dan sussum tulang belakang.
Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus
bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup.
 Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar,
kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh
sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain membantu
prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot –
otot dasar pelvis.
Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi

Usia

• Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol


proses defekasi yang berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum
berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun
• pengontrolan pengeluaran urine.
Diet

• Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya


makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses
defekasi
asupan cairan

Aktivitas
Diet
• Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi. 
Lanjutan…

Pengobatan

• Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan


laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
Kebiasaan
• gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat
bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang
kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasiyang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi
Penyakit
• Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

Diet
Nyeri

•  Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk


defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
Masalah-Masalah Pada Kebutuhan
Eliminasi Alvi

• Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu

Konstipasi menurunnya frekuensi BAB disertai dengan


pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan.
BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum

• Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak

Impaction berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di


rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan faces sampai pada kolon sigmoid

• Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan


feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati
usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam
kolom merupakan fakta tambahan yang

Diare
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada
diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada
bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan
diare, antara lain :Stress emosional, infeksi usus,
alergi makanan.
• Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu

Inkontinensia
mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spinter anal, penyakit
fekal neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal.

• Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal,

Flatulens
dinding usus meregang dan distendend, merasa
penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui
mulut (sendawa) atau anus (flatus).

Hemoroi
• Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada
dinding rectum (bisa internal dan eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding

d pembuluh darah teregang.


Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi

Pola defekasi dan keluhan selama


defekasi

Keadaan feses
Pengkajian
Faktor yang memengaruhi eliminasi
alvi

Pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan : penurunan respons berdefekasi,
defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera
medulla spinalis, dan CVA.

2. Konstipasi kolonik berhubungan dengan : penurunan laju


metabolisme akibat hipotiroidime atau hipertiroidisme

3. Konstipasi dirasakan berhubungan dengan : penilaian salah akibat


penyimpangan susunan syaraf pusat, depresi, kelainan obsesif kompulsif dan
kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.

4. Diare berhubugan dengan : peningkatan peristaltik akibat peningkatan


metabolisme  stres psikologis

5. Inkontinensia usus berhubungan dengan : gagguan sfigter rectal akibat


cedera rectum atau tindakan pembedahan,distensi rectum akibat
konstipasi kronis

6. Kurangnya volume berhubungan dengan pengeluaran cairan yang


berlebihan (diare)
INTERVESI KEPERAWATAN

• Tujuan :
• Memahami arti eliminasi secara normal.
• Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup.
• Membantu latihan secara teratur.
• Mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur
Tujuan • Mempertahankan defekasi secara normal.
• Mencegah gagguan integritas kulit.

• Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah eliminasi alvi.


• Kurangi faktor yang memengaruhi terjadinya masalah seperti
• Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.
• Pertahankan asupan makanan dan minuman.
Rencana • Bantu defekasi secara manual

tindakan
• Bantu latihan buang air besar
TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan

b. Memberikan Huknah Rendah

c. Memberikan Huknah Tinggi

d. Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot

e. Memberikan Gliserin

f. Mengeluarkan Feses dengan Jari


EVALUASI KEPERAWATAN

Memahami cara eliminasi yang normal

Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup yang dapat


ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam merencanakan pola
makan,seperti makan dengan tinggi atau rendah serat

Melakukan latihan secara teratur

Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kemampuan


pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat atau enema

Mempertahankan nyaman yang ditunjukkan dengan kenyamanan


dalam kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding, tidak terjadi
inflamasi
Lanjutan…

Mempertahankan  integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area


perianal, tidak ada inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma
Terima
Kasih
 Nur Afifah: bagaimana cara
kebutuhan eliminasi yang tepat
pada penderita disentri?
 Wanda; gaya hidup seperti apa
yang memenuhi kebutuhan
eliminasi?
 Miftahul:normal eliminasi pada
faktor usia?

Anda mungkin juga menyukai