• Defakasi (Fekal)
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
unutk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal
dari system pencernaan (Dianawuri,2009) .
• Miksi (Urin)
Miksi adalah proses pengosongan kandungan kemih bila kandungan kemih terisi.
Miksi ini sering disebut buang air kecil.
Anatomi Sistem Ginjal
Perkemihan
Faktor
Gaya hidup Obat-obatan
psikologi
Gangguan Tanda klinis retensi:
Eliminasi Urin
■ ketidaknyamanan daerah pubis
■ distensi vesika urinaria
■ ketidak sanggupan untuk berkemih
■ sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. (
25-50 ml)
■ ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan
asupannya
■ meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
■ adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Retensi urine Penyebab:
■ operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
retensi urine merupakan
■ trauma sum sum tulang belakng
penumpukan urine dalam kandung
■ tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
kemih akibat ketidakmampuan
■ sphincter yang kuat
kandung kemihuntuk mengosongkan
■ sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
kandong kemih.
Gangguan ■ Inkontinensia Fungsional/urgensi
■ Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana
Inkontinesia Urine individu mengalami pengeluaran urine
segera pada peningkatan dalam tekanan intra
merupakan ketidakmampuan otot spinkter
abdomen.
eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: ■ Inkontinensia Total
proses penuaan (aging prodess), Inkotinensia total ialah keadaan
pembesaran kelnjar prostat, serta dimana individu mengalami kehilangan
penurunan kesadaran serta penggunaan urine terusmenerus yang tidak dapat
obat narkotik. diperkirakan.
Gangguan ■ Faktor penyebab:
Eliminasi Urin
berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis,
stres dan wanita hamil.
■ Urgensi : Perasaan ingin segera
berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk
mengontrol berkurang.
■ Disuria : Rasa sakit dan kesulitan
Perubahan Pola Eliminasi Urine
dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
Merupakan keadaan seseorang yang ■ Poliuria : Produksi urine melebihi
mengalami gangguan pada eliminasi urine normal, tanpa peningkatan intake cairan
karena obstruksi anatomis, kerusakan misalnya pada pasien DM.
motorik sensorik, dan infeksi saluran
■ Rrinaria Supresi : keadaan di mana ginjal
kemih. Perubahan pola eliminasi urin tidak memproduksi urine secara tiba-tiba.
terdiri atas: Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam),
olyguria (urine berkisar 100-500 ml/jam).
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL
■ Konstipasi
■ Diare
■ Inkontinensia usus
■ Kembung
■ Hemorroid
■ Fecal Impaction
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GANGGUAN
ELIMINASI URINE
Warna urine normal yaitu jernih
pH normal yaitu 4,6-8,0
glukosa dalam keadaan normal negative
Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
Keton dalam kondisi normal yaitu negative
Berat jenis yang normal 1,010-1,030
Bakteri dalam keadaan normal negative
No Usia Jumlah/hari
1 1-2 hari 15-60 ml
2 3-10 hari 100-300 ml
3 10 hari – 2bulan 250-400ml
4 2 bulan – 1 tahun 400-500 ml
5 1-3 tahun 500-600 ml
6 3-5 tahun 600-700 ml
7 5-8 tahun 700-1000 ml
8 8-14 tahun 800-1400 ml
9 14-dewasa 1500ml
10 Dewasa tua ≤1500 ml
Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Eliminasi Urine
■ Pemeriksaan fisik
■ Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya pada bagian yang
tampak saja.
■ Inspeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas, adanya distensi
atau gerak peristaltik.
■ Auskultasi, dengan bising usus, lalu perhatikan intensitas, frekuensi dan
kualitasnya.
■ Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi berupa
cairan, massa atau udara. Mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya.
■ Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui kostitensi abdomen serta adanya nyeri
tekan atau massa dipermukaan abdomen.
■ Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
■ Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau, warna, dan jumlahnya.
Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Eliminasi fekal
■ Pemeriksaan fisik
■ Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya pada bagian yang
tampak saja.
■ Inspeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas, adanya distensi
atau gerak peristaltik.
■ Auskultasi, dengan bising usus, lalu perhatikan intensitas, frekuensi dan
kualitasnya.
■ Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi berupa
cairan, massa atau udara. Mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya.
■ Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui kostitensi abdomen serta adanya nyeri
tekan atau massa dipermukaan abdomen.
■ Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
■ Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau, warna, dan jumlahnya.