DISUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan Perumusan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................9
A. Pengertian Eleminasi.............................................................................................................9
B. Proses Pembentukan Feses....................................................................................................9
C. Proses Defekasi....................................................................................................................10
D. Komposisi Feses..................................................................................................................11
E. Masalah Umum pada Eleminasi Feses.................................................................................11
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Defekasi......................................................................13
BAB IV.......................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi merupakan pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam
tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk feses. Eliminasi juga merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia untuk proses pengeluaran feses yang bila hal itu tidak
terjadi maka akan timbul rasa ketidaknyamanan pada manusia itu dan juga berakibat
timbulnya gejala- gejala penyakit.
Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya
karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik
pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor
sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa
juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organic atau fungsi otot
kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat
disebabkan faktor idiopatik kronik.
Oleh karena itu setiap individu mempunyai pola defekasi yang berbeda. Hal
ini berhubungan dengan jumlah asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika
1
asupan nutrisi kurang dari kebutuhan maka akan menyebabkan konstipasi dan
gangguan eliminasi. Khususnya lansia, penurunan fisiologis system GI menyebabkan
lansia rentan untuk terjangkit konstipasi tetapi hal ini bisa dicegah dengan mencukupi
asupan nutrisi bagi tubuh. Maka permasalahan di atas menjadi prioritas masalah yang
diangkat dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Eliminasi di Ling. III Harjosari”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi fisiologi system pencernaan?
2. Apa yang di maksud eliminasi feses?
3. Bagaimana proses eliminasi feses?
4. Bagaimana proses defekasi ?
5. Apa saja komposisi feses?
6. Apa saja factor yang mempengaruhi eliminasi feses?
7. Apa saja kelainan pada eliminasi feses?
C. Tujuan Perumusan
1. Mampu menjelaskan anatomi fisiologi system pencernaan
2. Mampu menjelaskan pengertian eliminasi feses
3. Mampu menjelaskan proses eliminasi feses
4. Mampu menjelaskan proses defekasi feses
5. Mampu menjelaskan komposisi feses
6. Mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi eliminasi feses
7. Mampu menjelaskan kelainan pada elimiasi feses
2
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Sementara kelenjar pencernaan manusia yang terdiri dari kelenjar air liur,
hati, dan pankreas membantu menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses
pencernaan.
A. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Dinding samping terdiri dari bibir dan pipi,
bagian atas maxillaris (Palatum durum atau langit-langit keras dan palatum mole
atau lagit-langit lunak) dan bagianbawah adalah mandibularis dan lidah. Dalam
3
mulut tedapat organ tambahan berupa lidah, gigi dan kelenjar ludah. Bibir terdiri
dari otot lurik yaitu orbikularis oris, dan pipi terdiri dari otot utama muskulus
buccinator dan sebelah luar muskulus zygomatikus.
B. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Panjang 25 cm dan terbagi menjadi
3 bagian yaitu: Pars Servicalis, Pars Thorakalis dan Pars Abdominalis. Dalam
keadaan norma esofagus dalam keadaan kontraksi kecuali pada waktu menelan.
Lapisan mukosa yang melapisi esofagus bersifat alkali dn tidak tahan asam
lambung. Mukus yang melapisi esofagus berfungsi mempermudah jalannya
makanan dan melindungi mukosa dari cidera akibat zat kimia. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus (dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus -
"memakan").
C. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya sekitar dua
kepalan tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus halus di perut bagian
atas. Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu untuk
menyimpan makanan dan cairan yang tertelan; untuk mencampur makanan dan cairan
pencernaan yang diproduksinya, dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam
usus kecil.
4
Hanya beberapa zat, seperti air dan alkohol, yang dapat diserap langsung dari
lambung. Zat-zat makanan lainnya harus menjalani proses pencernaan lambung.
Dinding otot perut yang kuat mencampur dan mengocok makanan dengan
asam dan enzim, memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Makanan diolah menjadi bentuk semi padat yang disebut chyme. Setelah
makan, chyme perlahan dilepaskan sedikit demi sedikit melalui pyloric sphincter,
sebuah cincin otot antara lambung dan bagian pertama dari usus halus yang disebut
duodenum (usus 12 jari). Sebagian besar makanan meninggalkan perut hingga empat
jam setelah makan.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Panjang 6 meter dimulai dari Pylorus
sampai dengan Illiocecal. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
5
pencernaan maltosa menjadi glukosa, pepton menjadi polipeptida/asam amino dan
lemak menjadi gliserin dan asam lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6
E. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses, sel goblet
menghasilkan mukos yang penting untuk melicinkan dan melengketkan faeces, dan
fungsi terakhir adalah defikasi.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Dinding Kolon terdiri dari: Tunika Mukosa berlipat-lipat, tidak ada jonjot,
terdapat kelenjar Glandulu Lieberkhun semakin ke rektum semakin banyak), Tunika
Sub Mukosa terdiri dari jaringan iket longgar, Tunika Muskularis yang sebelah dalam
sirkuler dan luar longitudinal. Lapisan longitudinal merupakan tiga pita yaitu Taenea
libera, taenea omentalis dan taenea mesocolica. Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-
zat gizi.
7
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai
20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum.
8
BAB III
KONSEP ELEMINASI
A. Pengertian Eleminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Miksi ini sering disebut buang air kecil.
9
C. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Terdapat
dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak di medula dan
sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus
bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh
sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi,
berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut,
diafragma, dan otot-otot dasar pelvis (Hidayat, 2006).
Defekasi bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sfingter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga
gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon.
Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses makanan yang tidak dicerna
(feses) dari kolon ke rektum (Asmadi,2008).
Secara umum, terdapat dua macam refleks dalam membantu proses defekasi, refleks
tersebut adalah sebagai berikut (Tarwoto & Wartonah, 2004) :
1. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah
gerakan peristaltik. Setelah feses sampai ke anus, secara sistematis sfingter interna
relaksasi, maka terjadilah defekasi.
2. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan
ke jaras spinal (spinal cord). Dari jaras spinal kemudian dkembalikan ke kolon
desenden, sigmoid, dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik,
relaksasi sfingter internal, maka terjadilah defekasi.
10
D. Komposisi Feses
Komposisi tinja tanpa air seni
11
sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang
alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang
lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang
dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
c. Peningkatan stres psikologi
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan
menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem
syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini
adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode
bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.
d. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar
bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan
makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
e. Obat-obatan
Banyak obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di
antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan
adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui
kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi
yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang
lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi
juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian
orang.
f. Latihan yang tidak cukup
Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah,
termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses
defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan
kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang
penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
g. Umur
12
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi
pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.
h. Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa
di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan
hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang
menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan
pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
3. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan
13
untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan
cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
4. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chime
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),
imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi
orang yang depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi.
6. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang
air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang
teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola
defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau,
dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang
berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak
ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin
dan codein, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus
dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
14
mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride
(Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk
mengobati diare.
BAB IV
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet, asupan
Cairan, aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi Selama Defekasi,
Nyeri, Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan, Pemeriksaan Diagnostik.
Dengan kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan mempermudah saat kita
melakukan asuhan keperawatan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal.
DAFTAR PUSTAKA
16
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/anatomi-sistem-pencernaan/
https://www.slideshare.net/destuayu/eliminasi-fekal-46654586
https://id.scribd.com/doc/29388064/LP-ELIMINASI
http://www.indonesian-publichealth.com/karakteristik-dan-dekomposisi-tinja/
https://www.academia.edu/38068745/MAKALAH_ELIMINASI_ALVI_FEKAL_
17