LAPORAN PENDAHULUAN
PERAWATAN LUKA
Oleh :
Mutahit
( 2022207209215 )
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023
A. Pengertian
Luka adalah keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan fungsi tubuh terganggu sehinggga mengganggu aktivitas seharihari.
Bagian tubuh yang umumnya berhubungan dengan tubuh adalah kulit.
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. (Potter & Perry, 2017). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit,
penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan
luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau di
sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut luka tertutup. Luka terbuka
menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup.
Perawatan luka merupakan tindakan merawat luka dan melakukan
pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penembuhan (delma fidasari,2013). Ada 2 macam perawatan
luka, perawatan luka bersih dan kotor. Perawatan luka bersih adalah perawatan
yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk
didalamnya mengganti balutan. Sedangkan perawatan luka kotor adalah perawatan
luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu
sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
E. Klasifikasi luka
1. Berdasarkan sifatnya :
a. Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan atau dengan kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan luka
akut dengan dikatagorikan sebagai :
1) Luka akut pembedahan, contoh insisi, eksisi dan skin graft
2) Luka bukan pembedahan, contoh luka bakar
3) Luka akut factor lain, contoh abrasi, laserasi, atau imnjuri pada lapisan
kulit superficial.
b. Luka kronis
Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
atau bahkan kegagalan. Contoh luka dekubitus, luka diabetes dan leg ulcer.
Luka kronis berdasarkan kehilangan jaringan :
1) Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
2) Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermi dan dermis
3) Penuh(full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub
kutan bahan dengan juga melibatkn otot, tendon, dan tulang.
2. Berdasarkan stadium :
a. Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna.
b. Stage 2
Kehilangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan
dermis, eritema di jaringan yang nyeri panas, dan edema.
c. Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan
terbentuknya
3. Berdasarkan mekanisme terjadinya :
a. Luka insisi (incised wounds)
Terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misalnya yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic), biasanya tertutup oleh
sutura atau setelah seluruh pembuluh darah yang luka di ikat (ligasi).
b. Luka memar (contusion wounds)
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikan oleh
cedar pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (abraded wounds)
Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (punctured wounds)
Terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (lacerated wounds)
Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat.
f. Luka tembus (penetrating wounds)
Luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal
luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.
g. Luka bakar (combutsio)
Luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik, kimiawi, radiasi atau
suhu dingin yang ekstrim.
4. Berdasarkan tingkat kontaminasi :
a. Clean wounds (luka bersih)
Yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka
yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined wounds (luka bersih terkontaminasi)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak
selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined wounds (luka terkontaminasi)
Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi
dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or infected wounds (luka kotor atau infeksi)
F. Fase Penyembuhan
Fase penyembuhan luka terdiri dari :
1. Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari )
2. Fase proliferasi rekontruksi ( 2-24 hari )
3. Proses kontruksi ( untuk menarik kedua luka agar saling berdekatan )
4. Fase remodilling maturasi ( 24 hari- 3 tahun )
Potter, P. A., Perry, A. G., D. (2017). Fundamentals of Nursing (9th ed.). Elsevier.
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen. Salemba Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). PPNI.
Soebrono Hardyanto, Sunardi, dkk. (2020). Dematologi dan Venereologi. Gajah Mada University
Press.