Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
(142012018020)
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
HISTEREKTOMI
A. Pengertian Histerektomi
Histerektomi berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang berarti
“rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi
pengangkatan rahim.28 Akibat dari histerektomi ini adalah si wanita tidak bisa
hamil lagi dan berarti tidak bisa pula mempunyai anak lagi.
Walaupun tidak pernah diharapkan, wanita tak jarang mengalami
berbagai penyakit yang berkaitan dengan organ reproduksinya. Penyakit itu
diantaranya kanker rahim atau kanker mulut rahim, fiBbroid (tumor jinak pada
rahim), dan endometriosis (kelainan akibat dinding rahim bagian dalam
tumbuh pada indung telur,tuba fallopi, atau bagian tubuh lain, padahal
seharusnya hanya tumbuh di rahim).
Penyakit-penyakit tersebut sangat membahayakan bagi seorang wanita,
bahkan dapat mengancam jiwanya, karena itu, perlu tindakan medis untuk
mengatasinya. Menghadapi penyakit-penyakit tersebut tindakan medis yang
harus dilakukan adalah histerektomi. Prosedur histerektomi biasanya dipilih
berdasarkan diagnosa penyakit, juga berdasarkan pengalaman dan
kecenderungan ahli bedah. Namun, demikian, prosedur histerektomi melalui
vagina memiliki resiko yang lebih kecil dan waktu pemulihan yang lebih cepat
dibanding prosedur histerektomi melalui perut.
D. Jenis-Jenis Histerektomi
Ada beberapa jenis-jenis histerektomi yang dilakukan oleh wanita yaitu:
a. Histerektomi Radikal
Histerektomi radikal yaitu mereka yang menjalani prosedur ini
akan kehilangan seluruh sistem reproduksi seperti seluruh rahim dan
serviks, tuba fallopi, ovarium, bagian atas vagina, jaringan lemak dan
kelenjar getah bening. Prosedur ini dilakukan pada mereka yang mengidap
kanker.
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi
abdominal totalis,karena prosedur ini juga mengikutsertakan pengangkatan
jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari
vagina. Histerektomi radikal ini sering dilakukan pada kasus-kasus
karsinom serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada
histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal
ini juga menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
b. Histerektomi Abdominal
1) Histerektomi Total
Histerektomi total yaitu seluruh rahim dan serviks diangkat jika
menjalani prosedur ini. Namun ada pula jenis histerektomi total
bilateral saplingoooforektomi yaitu prosedur ini melibatkan tuba
fallopi dan ovarium. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah
ikut diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma
dan prekanker.Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada
histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar.
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau
mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit,
kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus
didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak
ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah
sering terjadi mikrometastase. Berbeda dengan histerektomi sebagian,
pada histerektomi total seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim
(serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga disertai
dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara
bersamaan. Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua
saluran telur (tuba fallopi) maka tindakan itu disebut salpingo.
Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung
telur maka tindakan itu disebut oophor.Jadi, yang disebut histerektomi
bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan rahim bersama
kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi
ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas
vagina dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening,
atau yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan hsterektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti
pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau persalinan,
kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan kanker
saluran telur (fallopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan
reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti
miom atau endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil
pilihan dilakukannya histerektomi.34
2) Histerektomi Subtotal
Histerektomi subtotal adalah Pengangkatan bagian atas uterus
dengan meninggalkan bagian segmen bawah rahim. Tindakan ini
umumnya dilakukan pada kasus gawat darurat obstetrik seperti
pendarahan paska persalinan yang disebabkan atonia uteri, prolapsus
uteri, dan plasenta akreta. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan
papsmear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
c. Histerektomi Eksenterasi Pelvik
Histerektomi eksenterasi Pelvik yaitu pengangkatan semua
jaringan dalam rongga panggul. Tindakan ini dilakukan pada kasus
metastase daerah panggul.
E. Proses Histerektomi
Sebelum operasi, dokter akan melakukan beberapa tes untuk memeriksa
apakah dapat menjalani operasi. Ahli bedah juga akan memilih jenis operasi
yang tepat untuk penderita penyakit akut tersebut. Tes yang diperlukan adalah:
a. Tes Pap (dikenal sebagai tes Papanicolaou), yang mendeteksi secara dini
adanya sel-sel serviks yang abnormal atau kanker leher rahim.
b. Biopsi endometrium, yang mendeteksi sel abnormal pada endometrium
atau memeriksa keberadaan kanker endometrium.
c. USG panggul, yang membantu dokter mengidentifikasi ukuran fibrosis
rahim, polip endometrium, atau kanker ovarium.
Sebelum tes, dokter akan memberikan beberapa obat-obatan untuk
membersihkan saluran pencernaan. Ini merupakan proses yang diperlukan
dalam pembedahan. Selain itu, perlu pembersihan vagina (douchevagina)
untuk mengurangi resiko infeksi sebelum dan setelah operasi. Tepat
sebelum operasi, dokter akan menyuntikkan antibiotic melalui pembuluh
darah untuk mengurangi risiko infeksi setelah operasi.
Operasi dilakukan di bawah anastesi. Biasanya memakan waktu
satu jam. Proses operasinya sebagai berikut:
a) Pertama,dokter bedah membuat sayatan, yang biasanya berada di
bawah garis pusar perut.
b) Kedua,dokter bedah akan menarik dan membuka dinding perut kedua
sisi dan memasukkan instrument untuk mengangkat rahim.
c) Ketiga, setelah usai pengangkatan rahim, baian perut yang disayat
tersebut dijahit untuk menutup luka. Dalam kebanyakan kasus, ahli
bedah juga akan mengangkat leher rahim
Setelah operasi, anda perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa jam
untuk pemulihan. Dokter akan:
Setelah operasi, biasanya pasien harus tinggal di rumah sakit selama 1-2
hari, kadang-kadang bisa lebih lama. Setelah operasi, pasien harus
menggunakan pembalut karena darah dan cairan vagina akan mengalir
cukup banyak. Pendarahan vagina dapat berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa minggu. Pasien harus menyadari bahwa jika pasien
mengalami pendarahan sebanyak yang dialami selama periode
menstruasi, pasien harus segera memberitahu dokter.
F. Resiko dan Efek Samping Histerektomi
Histerektomi tentunya memiliki efek samping. Efek sampig dari
histerektomi adalah:
a. Pendarahan Vagina
Pada pasien dengan riwayat histerektomi total, maka adanya
pendarahan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada vagina atau
infeksi pada vagina. Sedangkan pada partial histerektomi, kemungkinan
pendarahan ini dapat berasal dari vagina, ataupun dari serviks.
Histerektomi partial dilakukan dengan ovarium dan serviks tetap
bertahan. Kemungkinan karena adanya pendarahan karena adanya selaput
lendir dari serviks, sehingga dengan ovarium dan hormon kewanitaan
masih menjalankan fungsinya, maka kemungkinan adanya respon
menstruasi dapat menjadi pertimbangan juga. Kondisi ini juga dapat dipicu
oleh kelelahan fisik, stres yang mungkin dialami.38
b. Gangguan Kandung Kemih dan Kerusakan Usus
Kejang kandung kemih Juga terjadi setelah proses histerektomi dan
hal semacam ini biasanya akan terus meningkat secara bertahap selama
beberapa minggu pertama setelah operasi.Paling sering terjadi karena
langkah awal yang memerlukan diseksi untuk memisahkan kandung kemih
dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
Kerusakan usus terjadi jika loop usus menempel pada kavum
douglas, menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang,
komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau
melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi. Pentatalaksanaan
memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi.
c. Gejala-Gejala Menopause
Kedua ovarium diangkat maka akan segera memasuki periode
menopause tanpa memperhatikan usia saat ini. Menopuse adalah masa
dimana berhentinya periode menstruasi seorang wanita. Hal ini umumnya
terjadi pada wanita sekitar usia 40-45 tahun dengan riwayat histerektomi.
Normalnya menopause terjadi ketika seorang wanita berusia 45-65 tahun.
Ovarium adalah organ yang menghasilkan hormon seks perempuan
termasuk estrogen dan progestin.
Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi)
tanpa pengangkatan indung telur maka gejala menopause dini tidak akan
terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan hormon. Wanita
yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang sama dengan
menopause pada umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di seluruh
tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi,
kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual.
Wanita yang mengalami menopause dini memiliki kejadian
keropos tulang lenih besar dari mereka yang mengalami menopause lebih
lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan patah
tulang. Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40
tahun.39
d. Nyeri Kronis
Setelah histerektomi terjadi nyeri kronis yaitu nyeri neuropati,
yang berasal dari ujung saraf yang mengirimkan sinyal rasa sakit.
Menyentuh bagian ini dapat menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit seperti ini
dapat diobati dengan mengurangi sinyal saraf yang abnormal yang
menjadi penyebab awal.40
e. Penyempitan Vagina yang Luas
Penyempitan vagina yang luas disebabkan oleh pemotongan
mukosa vagina yang berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa
vagina terlalu banyak daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan
insisi lateral dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi
vagina.
BAB II
MOW
A. Pengertian
Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan untuk membatasi
keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap
salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun
pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW
(Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi, Kontrasepsi mantap pada wanita
atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan
pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi
oleh sperma.
C. Keuntungan
Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria dibandingkan dengan
kontrasepsi lain adalah :
Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara
kontrasepsi lain
Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja
Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan
cara kontrasepsi
yang permanen
Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan
saja
Secara khusus keuntungan kontap wanita dan pria adalah :
Tubektomi (MOW)
Sangat efektif dan “permanen”
Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
Tidak menggangu hubungan seksual
D. Kerugian
Tubektomi (MOW)
Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
E. Syarat
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima
pelayanan kontap; artinya sedcara sadar dan dengan kemauan sendiri
memilih kontap sebagai cara kontrasepsi
2. Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya :
calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan
telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani
dan jasmani
bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling
sedikitumur sekitar 2 tahun
umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
3. Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan;
artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk
menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa
terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah
cukup sehat untuk dikontap atau tidak.
Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling
(bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan
tindakan medik (Informed Consent)
F. Yang Dapat Menjalani
Tubektomi (MOW)
Usia lebih dari 26 tahun
Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus berusia minimal 5
(lima) tahun
Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan kehendaknya
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
Ibu pascapersalinan
Ibu pasca keguguran
I. Tempat Pelayanan
Tubektomi (MOW)
Rumah sakit. Jika ada keluhan, pemakai harus ke Rumah Sakit
LAPAROTOMII
A. Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000).
Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum
abdomen dengan tujuan eksplorasi.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut
a. Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya,
sebelum jahitan insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun
lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan
terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan
sendirinya, walaupun untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses
tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.
b. Infeksi luka operasi
Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema
dan proses inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus
Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya
akan mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat
diatasi dengan membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan
penggunaan antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan
berupa suppurasi yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan
drainase dapat dilakukan.
c. Gas Gangrene
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-
72 jam setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-
140/m), shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan
debridement luka di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan
utamanya adalah, penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8
jam.
d. Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya
hilang dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat
dilakukan aspirasi.
e. Keloid Scars
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang
sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari
orang lain. Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi
triamcinolone kedalam keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu
kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya
tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat
dilakukan.
f. Abdominal wound Disruption and Evisceration
Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi
antara 0-3 %. Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding
yang lebih muda. Laki-laki dibanding wanita 4:1.
D. Tindakan Pre Operatif
Penatalaksanaan Perawatan
E. Post Op Laparatomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayaran perawatan yang diberikan
kepada pasien- pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan :
1) Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2) Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
4) Balutan
Apakah ada tube, drainage
Apakah ada tanda-tanda infeksi
Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani
laparotomi
5) Peralatan
Monitor yang terpasang.
Cairan infus atau transfusi.
6) Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi
Intervensi :
1) Gunakan analgetik
Rasional : mengurangi rasa nyeri akibat sayatan.
Intervensi :
Intervensi:
LAPAROSKOPI
A. Definisi Laparoskopi
CO2 adalah gas pilihan untuk insuflasi karena tidak mudah terbakar,
tidak membantu pembakaran, mudah berdifusi melewati membran, mudah
keluar dari paru-paru, mudah larut dalam darah dan risiko embolisasi CO 2
kecil. Level CO2 dalam darah mudah diukur, dan pengeluarannya dapat
ditambah dengan memperbanyak ventilasi. Selama persediaan O2 cukup,
konsentrasi CO2 darah dapat ditolelir.
F. Evaluasi Preoperasi
G. Manajemen Intraoperatif.
MASTEKTOMI
C. Indikasi operasi
1. Kanker payudara stadium dini (I,II)
2. Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
3. Keganasan jaringan lunak pada payudara.
D. Kontra indikasi operasi
1. Tumor melekat dinding dada
2. Edema lengan
3. Nodul satelit yang luas
4. Mastitis inflamatoar
E. Tekhnik operasi
Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang
dioperasi diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang
dioperasi diganjal bantal tipis.
2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan
leher, bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai
pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi
lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar sampai dengan siku
kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan dengan mempersempit
lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup
dengan kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer,
Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi
tumor, kemudian dibuat flap.
5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal
ipsilateral, flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi
anterior m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis
dorsalis
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah
parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan
bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan
serratus anterior (mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot
pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila
Level I (lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis
minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih
tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema
lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan mamma diligasi. Selanjutnya
mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus, dan thoracalis dorsalis,
interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya
jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
b. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
c. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu
juga dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek
sterilnya.
d. Evaluasi ulang sumber perdarahan
e. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan
dibawah vasa aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke
medial.
f. Luka operasi ditutup lapais demi lapis
F. Komplikasi operasi
a. Dini :
a) pendarahan,
b) lesi n. Thoracalis longus à wing scapula
c) Lesi n. Thoracalis dorsalis.
b. Lambat :
a) infeksi
b) nekrosis flap
c) wound dehiscence
d) seroma
e) edema lengan
f) kekakuan sendi bahu à kontraktur
c. Mortalitas: hampir tidak ada