Anda di halaman 1dari 16

Oky Fauzi

Just An Ordinary Words, Love Poems and A Science of Nursing Knowledge That Maybe
Useful For You

Rabu, 23 Mei 2012


ASUHAN KEPERAWATAN LUKA KOTOR DAN LUKA BERSIH

 
A.    PENGERTIAN
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup
luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang
melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak
sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan.

1.      Perawatan Luka Bersih


Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk
didalamnya mengganti balutan.

2.      Perawatan Luka Kotor


Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu
sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.

B.     TUJUAN
1.    luka bersih
a.       Mencegah timbulnya infeksi.
b.      Observasi erkembangan luka.
c.       Mengabsorbsi drainase.
d.      Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.

2.    Luka kotor


a.       Mempercepat penyembuhan luka.
b.      Mencegah meluasnya infeksi.
c.       Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.

C.     INDIKASI
1.      Luka bersih
a.       bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
b.      Balutan kotor dan basah  akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
c.       Ingin mengkaji keadaan luka.

2.         Luka kotor


a.       Kotor terkontaminasi dan luka terbuka.
b.      Ingin mengkaji keadaan luka.

D.    PENGKAJIAN JENIS – JENIS LUKA


1.      Berdasarkan tingkat kontaminasi
a)      Clean Wounds (Luka bersih):
yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b)      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% – 11%.
c)      Contamined Wounds (Luka terkontaminasi):
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk
insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d)     Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi):
yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2.      Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka


a)      Stadium I :
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis
kulit.
b)      Stadium II :
Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian
atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister
atau lubang yang dangkal.
c)      Stadium III :
Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis
jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d)     Stadium IV :
Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan  tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.

3.      Berdasarkan waktu penyembuhan luka


a)      Luka akut
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati.
b)      Luka kronis
yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor
eksogen dan endogen.

4.      Mekanisme terjadinya luka


a)      Luka insisi (Incised wounds)
terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka
bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi).
b)      Luka memar (Contusion Wound)
terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan
lunak, perdarahan dan bengkak.
c)      Luka lecet (Abraded Wound)
terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak
tajam.
d)     Luka tusuk (Punctured Wound)
terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan
diameter yang kecil.
e)      Luka gores (Lacerated Wound)
terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f)       Luka tembus (Penetrating Wound)
yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya
kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g)      Luka Bakar (Combustio)
Yaitu luka yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi.

E.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


Dalam diagnosis keperawatan, terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu:
1.      Resiko terjadi infeksi akibat berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka.
2.      Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan.

F.      TINDAKAN KEPERAWATAN


a.       Persiapan alat
1.      Luka bersih
Alat steril
a.       Pincet anatomi 1.
b.      Pinchet chirurgie 1.
c.       Gunting Luka (Lurus).
d.      Kapas Lidi.
e.       Kasa Steril.
f.       Kasa Penekan (deppers).
g.      Mangkok / kom Kecil

Alat tidak steril


a.       Gunting pembalut.
b.      Plaster.
c.       Bengkok/ kantong plastik.
d.      Pembalut.
e.       Alkohol 70 %.
f.       Betadine 10 %.
g.      Bensin/ Aseton.
h.      Obat antiseptic/ desinfektan.
i.        NaCl 0,9 % .

2.      Luka kotor


Alat steril
a.       Pincet anatomi 1.
b.      Pinchet chirurgie 2.
c.       Gunting Luka (Lurus dan bengkok).
d.      Kapas Lidi.
e.       Kasa Steril.
f.       Kasa Penekan (deppers).
g.      Sarung Tangan.
h.      Mangkok / kom Kecil 2

Alat tidak steril


a.       Gunting pembalut.
b.      Plaster.
c.       Bengkok/ kantong plastic.
d.      Pembalut.
e.       Alkohol 70 %.
f.       Betadine 2 %.
g.      H2O2, savlon.
h.      Bensin/ Aseton.
i.        Obat antiseptic/ desinfektan.
j.        NaCl 0,9 %

b.         Persiapan pasien


1)      Perkenalkan diri.
2)      Jelaskan tujuan.
3)      Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
4)      Persetujuan pasien.

c.         Prosedur pelaksanaan


1.      Luka bersih
Prosedur pelaksanaan:
a.       Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
b.      Tempatkan alat yang sesuai.
c.       Cuci tangan.
d.      Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
e.       Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
f.       Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), dari arah
dalam ke luar.
g.      Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
h.      Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan
larutan desinfektan.
i.        Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
j.        Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter)  dan tutup luka dengan kasa steril.
k.      Plester perban atau kasa.
l.        Rapikan pasien.
m.    Alat bereskan dan cuci tangan.
n.      Catat kondisi dan perkembangan luka.

2.      Luka kotor


Prosedur pelaksanaan
a.       Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
b.      Tempatkan alat yang sesuai.
c.       Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang berasal dari
darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.
d.      Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
e.       Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), dari arah
dalam ke luar.
f.       Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
g.      Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan
larutan desinfektan.
h.      Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
i.        Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
j.        Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter)  dan tutup luka dengan kasa steril.
k.      Plester perban atau kasa.
l.        Rapikan pasien.
m.    Alat bereskan dan cuci tangan.
n.      Catat kondisi dan perkembangan luka

G.    EVALUASI
1)      Dimensi luka : ukuran, kedalaman, panjang, lebar.
2)      Pengkajian luka.
3)      Frekuensi pengkajian.
4)      Rencana keperawatan.

H.    DOKUMENTASI
1)      Potential masalah.
2)      Komunikasi yang adekuat.
3)      Perawatan lanjut.
4)      Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul.
5)      Harus bersifat faktual, tidak subjektif.
6)      Tabel pengkajian luka.

I.       KESIMPULAN
Luka itu menurut salah satu ahli adalah terganggunya (disruption) integritas normal
dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara  tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau
terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam. Luka itu dapat dibagi
berdasarkan:
1)      Berdasarkan tingkat kontaminasi.
2)      Berdasarkan ke dalaman dan luasnya luka.
3)      Berdasarkan waktu penyembuhan luka.
PUSTAKA KEPERAWATAN &
KESEHATAN FARMA-KUN

Sabtu, 23 November 2013


MAKALAH PERAWATAN LUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang
harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka

1.2.Tujuan
1.2.1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka Bersih, Luka Basah. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Integumen
1.2.2.      Tujuan Khusus
1. Pengertian Luka
2. Penyembuhan luka
3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Perawatan luka

BAB II
PERAWATAN LUKA

2.1. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :    
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ                                    
2. Respon stres simpatis                                                     
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a.        Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak
ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b.        Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya. 
c.        Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut
jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

2.2. Mekanisme Terjadinya Luka


1.      Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2.      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.      Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4.      Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.      Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6.      Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.
7.      Luka Bakar (Combustio)

2.3. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


1.      Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
2.      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% -
11%.

      2.4. Proses Penyembuhan Luka


1.      Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap)
2.      Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3.      Fase penyembuhan luka :
a.       Fase inflamasi :
  Hari ke 0-5
  Respon segera setelah terjadi injuri
  Pembekuan darah
  Untuk mencegah kehilangan darah
  Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
  Fase awal terjadi haemostasis
  Fase akhir terjadi fagositosis
  Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b.      Fase proliferasi or epitelisasi
  Hari 3 – 14
  Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
  Luka nampak merah segar, mengkilat
  Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid
  Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan  lapisan epidermis pada
tepian luka
  Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c.       Fase maturasi atau remodelling
  Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
  Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta   peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
  Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
  50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
  Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.

      2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


1.    Status Imunologi
2.    Kadar gula darah (impaired white cell function)
3.    Hidrasi (slows metabolism)
4.    Nutriisi
5.    Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
6.    Suplai oksigen dan vaskularisasi
7.    Nyeri (causes vasoconstriction)
8.    Corticosteroids (depress immune function)

2.6.  Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962
yang dipublikasikan dalam jurnalNature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
1.        Mempercepat fibrinolisis
       Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2.        Mempercepat angiogenesis
       Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.     
3.        Menurunkan resiko infeksi
       Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4.        Mempercepat pembentukan Growth factor
          Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5.        Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
       Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.

2.7. Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya
luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

A.      PERSIAPAN      
1.    Mencuci tangan
2.    Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
     Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:
  Pinset anatomis (2 buah)
  Pinset chirurgis (2 buah)
  Handscoon steril
  Kom steril (2 buah)
  Kassa dan kapas steril secukupnya
  Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Alat Lain:
  Gunting Verband/plester
  Plester
  Nierbekken (Bengkok)
  Lidi kapas
  Was bensin
  Alas / Perlak
  Selimut Mandi
  Kapas Alkohol dalam tempatnya
  Betadine dalam tempatnya
  Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
  Lembar catatan klien
3.    Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA


1.            Mencuci tangan
2.            Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
3.            Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4.            Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan
selimut mandi.
5.            Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6.            Pasang alas/perlak
7.            Dekatkan nierbekken
8.            Paket steril dibuka dengan benar
9.            Kenakan sarung tangan sekali pakai
10.        Membuka balutan lama
      Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
      Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan
menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
      Kemudian buang balutan ke nierbekken.
      Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11.        Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses
penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila
perlu palpasi luka denga tangan
non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12.        Membersihkan luka:
      Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
      Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset
anatomis ke-2
      Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan
kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
      Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis
      Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan.
Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.

13.        Menutup Luka
      Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset
anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan.
      Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
      Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa
kering (kurang lebih 2 lapis)
      Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
      Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak
terlalu ketat.
14.        Alat-alat dibereskan
15.        Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16.        Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17.        Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

C.  DOKUMENTASI
1.      Hasil observasi luka
2.      Balutan dan atau drainase
3.      Waktu melakukan penggantian balutan
4.      Respon klien

2.8. Perawatan Luka Basah


Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan
debridement
Tujuan :
1.            Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2.            Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3.            Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1.      Bak balutan steril :
         Kapas balut atau kasa persegi panjang
         Kom kecil 2 buah
         2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
         Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
         Sarung tangan steril jika perlu
2.      Perlak dan pengalas
3.      Bengkok 2 buah                                    
         Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
         Bengkok 2 untuk sampah
4.      Larutan Nacl 0,9 %
5.      Gunting plester dan sarung tangan bersih
6.      Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
Prosedur :
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2.        Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3.        Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4.        Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada
klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5.        Cuci tangan
6.        Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7.        Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas,
ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8.        Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9.        Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
10.    Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11.    Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan
sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12.    Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril  ke dalam mangkok kecil. Tambahkan
kassa ke dalam normal salin
13.    Kenakan sarung tangan steril
14.    Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan
yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15.    Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang
kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk
setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
16.    Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka
dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17.    Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang
kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18.    Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19.    Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang
telah digunakan pada bengkok perendam
20.    Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang
nyaman
21.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22.    Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
-          Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan  basah kering dapat menimbulkan
rasa nyeri pada klien
-          Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak
efek obat
-          Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti
percikan dari luka

BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
a.         suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :      
1.         Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ                
2.         Respon stres simpatis                                 
3.         Perdarahan dan pembekuan darah
4.         Kontaminasi bakteri
5.         Kematian sel
b.        Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai
optimal jika digunakan secara tepat
c.         Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif
agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien
d.        Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan
luka yang berkualitas

3.2.  Saran
a.         Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
b.        Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.
Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai