Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka yang sering ditemukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi, misal luka insisi yang
tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, misal cecio caesaria di bawah segmen bawah.
Oleh karena itu harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan luka pasca
operasi. Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi ibu, waktu dan tempat operasi
serta tampilan perawatan luka. Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup
keputusan apakah kebersihan luka merupakan tindakan yang diidentifikasi. Bila luka perlu
dibersihkan dan dibalut ulang perawatan harus dilakukan perawatan dengan normal. Bila luka
tampak terinfeksi perlu dilakukan perawatan terus-menerus.

B. TUJUAN
 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan debridement dan heating luka

 TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui pengertian debridement
b. Untuk mengetahui Jenis jenis debridement
c. Untuk mengetahui tahap kerja
d. Untuk mengetahui pengertian heating luka
e. Untuk mengetahui tentang luka yang diheating
f. Untuk mengetahui persiapan alat heating luka
g. Untuk mengetahui macam-macam tehnik heating luka
h. Untuk mengetahui tahap kerja heating luka
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan luka

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEBRIDEMENT

Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis maupun debris yang mengahalangi proses penyembuhan luka dan potensial terjadi atau
berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan
maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai
kebutuhan.
Tujuan
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki dua tujuan :

1. Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing.
2. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dalam persiapan kesembuhan luka.

B. Jenis-jenis debridement

1. Debridemen alami: Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati akan memisahkan diri secara
spontan dari jaringan viable yang ada di bawahnya. Namun, pemakaian preparat topical anti
bakteri cenderung memperlambat proses pemisahan ester yang alami. Tindakan mempercepat
proses ini akan menguntungkan bagi pasien dan dapat dilakukan dengan cara-cara lain seperti
debridemen mekanis atau bedah sehingga waktu antara terjadinya invasi bakteri dan  tumbuhnya
masalah yang lain dapat dikurangi.
2. Debridemen mekanis: Debridemen mekanis meliputi penggunaan gunting bedah dan forsep
untuk memisahkan dan mengangkat eskar. Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau perawat
yang berpengalaman, dan biasanya debridemen mekanis dikerjakan setiap hari pada saat
penggantian balutan serta pembersihan luka. Debridemen dengan cara-cara ini  dilaksanakan
sampai tempat yang masih terasa sakit dan mengeluarkan darah. Preparat hemostatik atau
balutan tekan dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah
yang kecil.
3. Debridemen bedah: Debridemen bedah merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi
primer seluruh tebal kulit sampai fasia ( eksisi tangensial ) atau dengan mengupas lapisan kulit
yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah. Tindakan ini
dapat dimulai beberapa hari atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan
2
edemanya berkurang. Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan. Balutan
biologic temporer atau balutan biosintetik dapat digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang
pada pembedahan berikutnya.

C. TAHAP KERJA
Persiapan Alat:
1. Sarung tangan bersih.
2. Sarung tangan steril.
3. Set steril.
- Kain kasa ukuran 4x4.
- Instrumen bak/bengkok.
- Duk steril.
- Kom kecil.
- Gunting.
- Pinset dan arteri klem.
4. Cairan NaCl 0,9%.
5. Spuit steril.
6. Gown bersih/celemek.
7. Pinset bersih.
8. Pengalas atau under pad.
9. Plester.
10. Tempat sampah.
11. Selimut ekstra (bila perlu).

Cara Kerja:
1. Jelaskan kepada klien prosedur dan tujuan mengganti luka.
2. Kaji skala nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum melakukan prosedur.
3. Bawa alat ke dekat pasien dan anjurkan kepada klien agar tidak menyentuh alat selama melakukan
prosedur.
4. Jaga privasi klien.
5. Atur posisi klien yang nyaman dan tutup klien dengan selimut ekstra.
6. Letakkan alat-alat dekat dengan pasien.
7. Pasang under pad di bawah area yang ada luka.
8. Buka selimut dan baju klien sehingga bagian yang luka kelihatan.
3
9. Tempatkan bengkok di bawah luka.
10. Cuci tangan selama 1 menit dan pakai sarung tangan bersih.
11. Angkat balutan yang lama bagian luar dengan pinset bersih dan tinggalkan verban bagian dalam.
12. Nilai luka seperti jaringan granulasi, dehiscence, inflamasi serta karakter luka seperti: warna dan
bau.
13. Nilai kulit sekitar luka: ekskoreasi, rednes, dan inflamasi.
14. Buka sarung tangan dan cuci tangan selama 3 menit.
15. Siapkan area steril.
16. Buka set balutan dan tuangkan cairan steril ke dalam kom kecil.
17. Buka bungkus spuit 20-50 cc, letakkan di area steril tanpa menyentuh area tersebut.
18. Pakai sarung tangan steril.
19. Peras kain kasa dan tempatkan pada bak instrument.
20. Isi cairan spuit.
21. Pasang duk steril di sekitar luka dan angkat balutan luka bagian dalam dengan pinset steril secara
hati-hati lalu buang ke bengkok. Apabila balutan sukar diangkat, katakan kepada klien bahwa kondisi ini
akan membuat anda tidak nyaman atau nyeri, jangan dituangkan cairan karena akan merusak jaringan
pada saat verban diangkat.
22. Dekatkan spuit yang berisi cairan ke luka dan semprotkan secara hati-hati mulai dari permukaan luka
sampai ke bagian yang dalam. Lakukan sampai cairan habis atau cairan yang keluar dari luka menjadi
bening. Inspeksi luka, bila ada jaringan nekrose lakukan nekrotomi dengan mengangkat jaringan
nekrotik, lalu bersihkan dengan kain kasa yang telah dilembabkan. Bersihkan luka dengan kain kasa 2x2
yang lembab mulai dari daerah tengah ke pinggir luar. Apabila lukanya dalam, ganti ujung spuit dengan
kateter yang lembut dan masukkan ke dalam luka, lalu lakukan irigasi sampai air keluar dari luka
menjadi bening.
23. Keringkan luka dengan kain kasa steril.
24. Setelah bersih, kompres dengan kain kasa lembab dan tutup dengan kasa kering.
25. Buka sarung tangan.
26. Rekatkan dengan plester, kembalikan posisi yang nyaman.
27. Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempatnya.
28. Cuci tangan.

D. PENGERTIAN HEATING LUKA

4
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan
cukup untuk menahan beban fisiologis.

Jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah
dan menghubungkan antara dua tepi luka (Sodera dan Saleh (1991)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan
jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.

E. TENTANG LUKA
 Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis. Trauma tajam
menyebabkan :
a. luka iris : vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk : vulnus ictum
c. luka gigitan : vulnus morsum
 Trauma tumpul menyebabkan :
a. luka terbuka : vulnus apertum
b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )
c. Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.
 Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :
a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam (golden period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan telah timbul gejala
lokal maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor, fungsio lesa).

F. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka :

 Alat (Instrumen) yang di gunakan :


a.) Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi ujungnya
( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic tissue forceps dan dressing
forceps.
b.) Scalpel handles dan scalpel blades
c.) Dissecting scissors ( Metzen baum )
d.) Suture scissors

5
e.)  Needleholders
f.) Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan bentuk bulat
g.)  Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h.)  Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i.)  Retractors, double ended
j.)  Towel clamps

Di bawah ini adalah sebagian contoh gambar alat yang biasanya di gunakan di rumah sakit :

  a.) Tissue forceps ( pinset )

b.) Scalpel handles dan scalpel blades

6
c.) Dissecting scissors ( Metzen baum )

f.) Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan bentuk bulat

e.)  Needleholders

g.)  Sponge forceps (Cotton-swab forceps)

k.) Benang jahit

 Beberapa jenis jenis benang yang biasanya di gunakan untuk hacting :

7
- Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture )
a. Alami ( Natural)
1. Plain Cat Gut : dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini hanya memiliki
daya serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi secara sempurna dalam waktu 70 hari.
2. Chromic Cat Gut dibuat dari bahan yang sama dengan plain cat gut , namum dilapisi
dengan garam Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.

b. Buatan ( Synthetic )

Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin ( merk dagang Vicryl
atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl atau Monosyn), dan Polydioxanone ( merk
dagang PDS II ). Benang jenis ini memiliki daya pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu, diserap
secara lengkap dalam waktu 90-120 hari.

- Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )


a. Alamiah ( Natural)

Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang dibuat dari protein organik bernama fibroin,
yang terkandung di dalam serabut sutera hasil produksi ulat sutera.

b. Buatan ( Synthetic )

Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon ( merk dagang Ethilon atau Dermalon ).
Polyester ( merk dagang Mersilene) dan Poly propylene ( merk dagang Prolene )

G. MACAM-MACAM TEHNIK HEATING LUKA


1. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik : – Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1cm
ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan
menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
2. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum
disimpuldilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
3. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
8
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanyamenghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture,
Interrupteddermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang
dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan
kosmetik yang baik

9
Jahitan Luka
Keterangan gambar. A. Jahitan simpul tunggal, B, Matras vertikal, C.
Matrashorizontal, D. Subkutikuler kontinyu, E. Matras horizontal half burried, F.
Continous over and over

Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari
tindakan:
¨ Muka atau leher hari ke 5
¨ Pereut hari ke7-10
¨ Telapak tangan 10
¨ Jari tangan hari ke 10
¨ Tungkai atas hari ke 10
¨ Tungkai bawah 10-14
¨ Dada hari ke 7
¨ Punggung hari ke 10-14

H. TAHAP KERJA
.PERSIAPAN ALAT:
Ø Sarung tangan steril
Ø Duk lubang
Ø Set alat bedah minor
Ø Benang jahit
Ø Jarum jahit
Ø Kassa steril
10
Ø Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
Ø Cairan antiseptik
Ø Korentang steril dan tempatnya
Ø Perlak dan pengalasnya
Ø Obat anastesi
Ø Plester
Ø Gunting plester
Ø Kom steril
Ø Tempat sampah medis
Ø Disposible syringe
Ø Larutan H2O2/perhidrol
Ø Celemek
Ø Masker
Ø Trolly

II.PROSEDUR/CARA KERJA
Ø Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
Ø Menyiapkan alat
Ø Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
Ø Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
Ø Jaringan disekitar luka dianastesi
Ø Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
Ø Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
Ø Pasang duk lobang
Ø Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang
jarum,padapenggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam keluar.
Ø Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit luka.
Ø jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis benang
disesuaikan dengan jaringan yang robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
Ø Ikat benang dengan membentuk simpul.
Ø Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan
luar)
Ø Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
Ø Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
Ø Tutup dengan kassa steril.
Ø Pasang plester/hipafix

III.TERMINASI
Ø Mengakhiri prosedur dengan baik
Ø Menanyakan respon pasien
Ø Membereskan alat (mencuci alat dan menyeteril kembali)
Ø Cuci tangan
Ø Berterima kasih pada pasien/keluarga atas kerjasamanya.

CHECK LIST
PROSEDUR TINDAKAN MENJAHIT LUKA

I.PERSIAPAN ALAT:
Ø Sarung tangan steril
11
Ø Duk lubang
Ø Set alat bedah minor
Ø Benang jahit
Ø Jarum jahit
Ø Kassa steril
Ø Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
Ø Cairan antiseptik
Ø Korentang steril dan tempatnya
Ø Perlak dan pengalasnya
Ø Obat anastesi
Ø Plester
Ø Gunting plester
Ø Kom steril
Ø Tempat sampah medis
Ø Disposible syringe
Ø Larutan H2O2/perhidrol
Ø Celemek
Ø Masker
Ø Trolly

II.PROSEDUR/CARA KERJA
Ø Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
Ø Menyiapkan alat
Ø Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
Ø Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
Ø Jaringan disekitar luka dianastesi
Ø Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
Ø Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
Ø Pasang duk lobang
Ø Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang jarum,pada
penggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam keluar.
Ø Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit luka.
Ø jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis
benangdisesuaikan dengan jaringan yang robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
Ø Ikat benang dengan membentuk simpul.
Ø Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan
luar)
Ø Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
Ø Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
Ø Tutup dengan kassa steril.
Ø Pasang plester/hipafix

III.TERMINASI
Ø Mengakhiri prosedur dengan baik
Ø Menanyakan respon pasien
Ø Membereskan alat (mencuci alat dan menyeteril kembali)
Ø Cuci tangan
Ø Berterima kasih pada pasien/keluarga atas kerjasamanya

12
I. ASUHAN KEPRRAWATAN

1. Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot,
perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan
udara dan perubahan suhu; luka ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada
luka ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: Terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).

13
Tanda: Serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;
indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur
seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera
inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar
ketebalan penuh luas.

14
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera
contoh debridemen luka.
2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
3.Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat,salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
4.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan
kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons
inflamasi.
3. Rencana dan Intervensi Keperawatan
awatan : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh
debridemen luka.
asil : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
       : Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
Intervensi :
         Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka.
Rasional : Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung
saraf.
         Tinggikan ekstremitas luka secara periodic. Rasional : Peninggian mungkin diperlukan pada awal
untuk menurunkan pembentukan edema; setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan
ketidaknyamanan serta resiko kontraktur sendi.
         Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ karakter dan intensitas (skala 0-10). Rasional : nyeri hampir
selalu adapada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/ kerusakan tetapi biasanya paling berat
selama penggatian balutan dan debridement.
         Lakukan penggantian balutan dan debridement setelah pasien diberi obat dan/ pada hidroterapi.
Rasional : menurunkan terjadinya distress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian balutan dan
debridement.

15
         Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contoh napas dalam. Rational : memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa control, yang dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis.
         Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan dokter dan diberikan sedikitnya 30 menit sebelum
prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.
Rasional : Analgesik narkotik diperlukan untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat
IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
         Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk
memberikan kehangatan. Rasional : Panas dan air hilang melalui jaringan luka, menyebabkan
hipotermia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
         Berikan ayunan di atas tempat tidur bila diperlukan. Rasional : Menururnkan nyeri dengan
mempertahankan berat badan jauh dari linen tempat tidur terhadap luka dan menurunkan pemajanan
ujung saraf pada aliran udara.
         Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri. Rasional :
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama
gerakan membantu meminimalkan ketidaknyamanan.
perawatan : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat,salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
Intervensi :
         Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan dating. Rasional : memberikan dasar pengetahuan
dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
         Diskusikan harapan pasien untuk kembali ke rumah, bekerja, dan aktivitas normal. Rasional : pasien
seringkali mengalami kesulitan memutuskan pulang.
         Kaji ulang perawatan luka bakar, graft kulit dan luka. Identifikasi sumber yang tepat untuk
perawatan pasien rawat jalan dan bahanya. Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan diri setelah
pulang dan meningkatkan kemandirian.
         Dorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat. Rasional :
mempertahankan mobilitas, menurunkan komplikasi, dan mencegah kelelahan, membantu proses
penyembuhan.

16
         Identifikasi keterbatasan spesifik aktivitas sesuai individu. Rasional : kemungkinan pembatasan
tergantung pada berat/lokasi cedera dan tahap penyembuhan.
Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.
n Kriteria Hasil : Memumjukkan regenerasi jaringan. Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area
luka bakar.
Intervensi :
         Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada aera graft.
         Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi. Rasional : Menyiapkan
jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
         Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi. Rasional : Kain nilon/membran silikon mengandung
kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara
spontan kulit repitelisasi.
         Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area
bila diindikasikan. Rasional : Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan
jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
         Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi. Rasional : Area
mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.
         Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah
balutan dilepas dan penyembuhan selesai. Rasional : Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh
memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.
         Lakukan program kolaborasi : Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis. Rasional : Graft
kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu siap ditanam.
Keperawatan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan
kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons
inflamasi.
n Kriteria Hasil : Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
Intervensi :
         Pantau: Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial
tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali

17
makan. Rasional : Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang
diharapkan.
         Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai pesanan.
Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor,
yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site. Rasional : Pembersihan dan pelepasan jaringan
nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
         Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan
beriakan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim
secara menyeluruh di atas luka. Rasional : Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti
prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur
pertumbuhan bakteri.
         Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau
balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan. Rasional :
Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga
terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari,
sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
         Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan
skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan. Rasional : Kulit
adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan
perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan
kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
         Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai
pesanan. Rasional : Melindungi terhadap tetanus.
         Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi
seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral. Rasional : Ahli diet adalah
spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat membantu penyembuhan luka dan memenuhi
kebutuhan energi.

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

19
Daftar Pustaka

,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.
Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
bara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran. Bandung.
. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai