PERAWATAN LUKA
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pembimbing: Okti Sri Purwanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B
Kelompok B:
1. Mei linda Dwi Khusumawati (J230205060)
2. Octavia Dwi Ningrum (J230205061)
3. Annisa Shoimatun (J230205062)
4. Putri Auliya Rahmah (J230205065)
Contoh kasus:
1. Seorang laki-laki berusia 46 tahun, dirawat diruang perawatan karena luka
pada kaki kanannya. Berdasarkan hasil pengkajian pasien memiliki riwayat
DM sejak 10 tahun lalu, hasil pemeriksaan fisik didapatkan lukaberwarna
kehitaman, akral dingin, rambut di jari-jari rontok.
Apakah yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada pasien tersebut?
a. Mengkaji kekuatan ekstremitas
b. Mengkaji sirkulasi
c. Mengkaji neurosensori
d. Mengkaji kehangatan
e. Mengkaji kelembaban
Kunci jawaban: C
3. Ny. M penderita DM tipe 2 usia 42 tahun, dengan luka gangrene pada bagian
ekstremitas kanan bawah daerah dorsal pedis. Sudah 4 hari dirawat diruang
penyakit dalam dn akan dilakukan tindakan perawatan luka. TTV dalam batas
normal. Pada perawatan luka setelah dilakukan pelepasan balutan
luka/verban.
Apakah tindakan selanjutnya yang akan dilakukan sesuai SOP?
a. Memakai handscoon
b. Melepaskan plaster
c. Melakukan nekrotomi pada jaringan nekrosis
d. Membersihkan luka
e. Membalut kembali luka dengan rapi
Kunci Jawaban: A
JURNAL 1
Judul: Efektivitas Penggunaan Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata,
Nees) Terhadap Bau Pada Luka Diabetes Mellitus Stage III dan IV di Rumah
Perawatan Luka Bone Wound Care Centre Kabupaten Bone
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa bau luka pada awal pengkajian
sebagian besar luka sudah pada bau tercium dengan jarak satu lengan dengan
pasien dan bau tercium di dalam kamar. Dan semakin hari derajat bau luka pada
pasien semakin meningkat yang berarti bahwa bau luka semakin berkurang dan
puncaknya pada hari keempat dan kelima terlihat derajad luka sudah tidak ada bau
Pembahasan: Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi perubahan drastis pada
bau luka di kunjungan ke lima jika di bandingkan dengan kondisi bau luka pada
saat dilakukan pretest. Hal ini disebabkan oleh Ekstrak Sambiloto (Andrographis
Paniculata, Ness) yang memiliki kandungan antibakterial sehingga mampu
meminimalisir jumlah bakteri yang terdapat pada luka penyebab infeksi yang
berlanjut pada pembusukan jaringan yang terdapat pada luka tersebut. Khasiat
sambiloto sebagai salah satu obat alternatif semakin diakui. Jika dahulu khasiat
sambiloto digambarkan dalam berbagai kisah dan simbol, saat ini sudah bisa
dibuktikan secara ilmiah lewat berbagai kajian dan penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian, tanaman sambiloto mengandung berbagai zat aktif yang sangat
berguna bagi tubuh. Berikut ini dijelaskan beragam kandungan bahan aktif di
dalam daun, batang, bunga, dan akar tanaman sambiloto.
1. Zat andrographolid. Zat ini menghasilkan rasa pahit yang luar biasa pada
sambiloto. Umumnya zat ini mengandung racun.
2. Alkane, keton, aldehid, asam kersik, dan damar.
3. Kalium yang berfungsi meningkatkan jumlah urine sekaligus membantu
mengeluarkannya.
4. Kalsium dan natrium.
5. Minyak asiri (essential oil) yang bermanfaat sebagai antiradang.
6. Laktone yang berfungsi sebagai antiradang dan antipiretik karena
mengandung neoandrographolid, andrographolid, deoksiandrographolid, 14-
deoksi-11, dan 12 didehidroandrographolid.
7. Flavonoid yang antara lain berfungsi untuk mencegah dan menghancurkan
penggumpalan darah.
JURNAL 2
Judul: Etnobotani Tumbuhan Obat Luka Pada Masyarakat
Hasil: Jumlah jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan untuk mengobati
luka di Kabupaten Pidie sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 33 suku. Terdapat 12
jenis luka yang teridentifikasi pada masyarakat Kabupaten Pidie yaitu: luka sunat,
luka terkena peluru, luka baru, luka kusot (luka terkena getah melinjo), luka di
gigit nyamuk, luka lama terkena benda tajam, luka lama dan membesar, luka
karena diabetes, luka bakar, ceme- kam, luka memar, memar karena benturan
keras, mencegah memar karena jatuh, memar tanpa benturan.
Pembahasan: Dalam dunia kesehatan juga diketahui getah jarak pagar
mengandung flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antifungi, antiseptik,
antiradang, dan juga berfungsi dalam proses regenerasi atau perbaikan sel.
Saponin yang dapat me- macu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan
Dan memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-
sel baru. Serta jatrofin (mengandung alkaloid), yang diketahui ada manfaat dalam
hal analgesic. Ter- dapat empat jenis luka yang memanfaatan bahan minyak
kelapa yaitu; luka terkena peluru, luka kusot (luka terkena getah melinjo), luka di
gigit nyamuk, dan cemekam. Minyak kelapa dimanfaatkan dalam bentuk tunggal
atau gabungan dengan bahan lain. Masyarakat Kabupaten Pidie juga
memanfaatkan tumbuhan talas sebagai obat penyembuhan luka terkena benda
tajam. Caranya dengan mengoleskan getah pada bagian luka, untuk penutup luka
yang sudah dioleskan getah talas, meggunakan bagian dalam tangkai daun talas
yang iris tipis, setelah itu ditempelkan pada luka, tahap akhir dari pengobatan ini
bagian luka diikat dengan kulit luar tangkai daun talas.
JURNAL 3
Judul: Perbandingan Efektivitas Perawatan Luka Modern “Moist Wound
Healing” Dan Terapi Komplementer “NaCl 0,9% + Madu Asli” Terhadap
Penyembuhan Luka Kaki Diabetik Derajat II Di Rsud Bangkinang
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian dalam penelitian ini quasy eksperimental menggunakan rancangan
penelitian prepost test with control. Lokasi penelitian di RSUD Bangkinang
dengan waktu penelitian pada 24 – 30 Juli 2017.
JURNAL 4
Judul: Penggunaan Balutan Modern (Hydrocoloid) Untuk Penyembuhan Luka
Diabetes Mellitus Tipe II
Metode: Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling
dengan 10 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimen
dengan pendekatan One Group Pretest and Postest desain. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan lembaran observasi yang dilaksanakan pada
bulan Januari sampai Februari 2015 di ruangan rawat inap interne di RSUD
Achmad Mochtar Bukittinggi.Penelitian ini lebih difokuskan
pada proses penyembuhan luka diabetes mellitus tentang pengaruh penggunaan
balutan modern (hydrocoloid) terhadap proses penyembuhan luka diabetes
mellitus.
Hasil: Nilai rata-rata penyembuhan luka sebelum diberikan balutan modern
hydrocolloid)adalah sebesar 37,40 dengan standar deviasi 4,45. Nilai terendah
31 dan tertinggi 44. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa nilai sebelum diberikan balutan modern (hydrocolloid
)terendah antara 34,21 dan tertinggi 40,59. Nilai rata-rata penyembuhan luka
sesudah diberikan balutan modern (hydrocolloid) adalah sebesar 33,53 dengan
standar deviasi 4,41. Nilai terendah 27 dan tertinggi 44. Dari nilai estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa nilai sesudah diberikan
balutan modern (hydrocolloid) antara 30,37 dan tertinggi 36,69.
Pembahasan: Tidak adanya perkembangan penyembuhan luka diabetik
(degenerasi) pada responden disebabkan penderita masih menggunakan balutan
konvensional dan pada balutan konvensional ketika akan merawat luka pada
hari berikutnya, kassa akan menempel pada luka dan menyebabkan rasa sakit
pada klien, di samping itu juga sel-sel yang baru tumbuh juga akan rusak.
Neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer, deforrnitas struktur kaki menjadi
faktor utama penyebab luka diabetes. Faktor lain turut berperan timbulnya
luka diabetes meliputi trauma, kelainan biomekanik, keterbatasan gerak sendi,
dan peningkatan resiko infeksi. Pada hari ke 3 atau pada observasi kedua
beberapa responden yang mengalami regenerasi penyembuhan luka disebabkan
keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka dan penggunaan
konsep “moist wound healing” adalah metode untuk mempertahankan
kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban,
sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara
alami.
Sebagian besar responden mengalami perkembangan penyembuhan luka
diabetik disebabkan konsep balutan modern yang memberikan kehangatan
dan lingkungan yang lembab pada luka. Kondisi yang lembab pada permukaan
luka dapat meningkatkan proses perkembangan perbaikan luka, mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan
interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan. Terdapatnya perbedaan derajat luka
diabetic sebelum dan sesudah diberikan balutan modern pada penderita Diabetic
melitus tipe II disebabkan proses kerja hydrocoloid yang mempertahankan
dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi proses
penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian
sel sehingga mempercepat regenerasi penyembuhan luka.(Rachma &
Andriany, n.d.). Penatalaksanaan luka diabetik sebaiknya harus dilakukan
secara berkesinambungan yang meliputi diet makanan yang menjadi pemicu
keterlambatan penyembuhan luka, agar tidak terjadi komplikasi lanjutan seperti
amputasi , jadi perawatan luka adalah tindakan keperawatan yang bertujuan
untuk mencegah resiko amputasi, dibutuhkan analisa tentang biaya yang
efektif dengan memakai balutan modern akan menguntungkan dalam
perawatan luka. (Ismail, Irawaty, & Tuti Haryati, 2008).
JURNAL 5
Judul: Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy:
Aloe Vera Dalam Manajemen Luka Diabetes
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus dengan melakukan observasi dan studi dokumen pada kasus yang
diteliti. pemilihan partisipan dengan cara purposive sampling (Afiyati, A. 2014).
Partisipan yang dipilih adalah pasien icsada woundcare yang mempunyai luka
diabetic. Analisa yang akan digunakan dalam penelitian studi kasus ini
adalah menggunakan lima teknik yaitu pattern matching, linking data to
proposition, explanation building, time-series analysus, logic models (Yin,
2009).
Hasil: Kasus yang diambil adalah kasus luka dekubitus pasien dengan
riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu, dimana luka tersebut merupakan luka
baru yang belum pernah mendapatkan perawatan apapun, baik dengan metode
konvensional maupun dengan metode yang modern. Semula luka tampak kecil
sehingga klien mengabaikan luka tersebut dan tidak menutupnya. Kemudian
tanpa disadari luka menjadi luas dan nyeri. Terdapat luka pada punggung klien,
panjang luka 6 x 2 cm. Luka stage 2 dan terdapatslough. Warna Dasar Luka
60% hitam, 40% kuning kondisi lingkungan sekitar kering dan kurang terawat.
Perawatan luka dilakukan Selama 9 hari (3 kali perawatan) dimana perawatan
dilakukan setiap 3 hari sekali dan hasilnya menunjukkan perubahan sesuai
pengkajian luka sbb: : Warna Dasar Luka 40 % hitam, 30 % kuning , 30 %
merah, ukuran luka:2, kedalaman luka: 2, tepi luka: 4, Goa: 1, tipe eksudat
1, jumlah eksudat 1, warna kulit sekitar luka: 3, jaringan yang edema: 1,
jaringan granulasi: 4, epitelisasi: 5. Total skore:24. Deskripsi diatas menunjukkan
bahwa luka mengalami perubahan pada berkurangnya jaringan nekrosis dan
slough, warna kulit sekitar luka berubah serta jaringan granulasi bertambah
luas, namun epitelisasi tidak bertambah.
Perawatan luka yang dilakukan pada pasien ini adalah melakukan
pencucian luka dengan menggunakan sabun luka dan NaCl, kemudian luka
di beri antiseptic, dan dilakukan debridement (mechanical debridement) untuk
menghilangkan slough dan jaringan nekrotik dan dikeringkan dengan kassa
kering steril, dressing yang digunakan adalah topical therapy berupa lidah
buaya yang sudah dihaluskan sesua takaran yang ada di prosedur untuk
melunakkan jaringan nekrosis dan slough. salep yang digunakan adalah salep
yang mengandung zink, serta diberikan antibiotik dan terapi ozone. Penutup
luka digunakan absorbent serta ditutup lukanya secara oklusif.
Pembahasan: Perawatan luka yang dilakukan dengan modern dressing
mengunakan hidrogel lidah buaya (Aloevera) serta dengan prinsip lembab
menunjukkan hasil yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada
beberapa komponen pengkajian luka menurut Betes Jensen antara lain
berkurangnya ukuran luka, kedalaman luka, prosentase granulasi, epitelisasi,
berkurangnya jumlah jaringan nekrosis serta jumlah slough. Tahapan tindakan
yang dilakukan yaitu mencuci luka, melakukan debridement, penentuan
balutan/dressing yang tepat yaitu dengan hidrogel lidah buaya, salep luka
(metcovazin) sebagai topical terapi, dressing menggunakan cadexomer iodine
dan absorbent ditutup dengan kassa sretil secara oklusif dengan menggunakan
absorbent yang dilakukan dalam waktu 3 hari.
. Penggunaan enzymatik therapy: aloe vera dalam perawatan luka diabetes
dapat digunakan sebagai manajemen luka diabetes terpadu dengan
memperhatikan prinsip perawatan luka terkini menggunakan evidence based
nursing. Pemantauan pada luka post debridemen dan dressing luka harus
dilakukan dengan teratur. Untuk luka terinfeksi atau banyak eksudat,
pemantauan luka dan pergantian dressing harus dilakukan tiap 2-3 hari hingga
infeksi stabil. Pergantian jenis dressing luka perlu dilakukan sesuai dengan
perubahan jenis luka.
Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit.
Dalam lidah buaya terdapat zat lignin yang mampu menembus dan meresap ke
dalam kulit. Getah lidah buaya mengandung aloin, aloe-emodin, dan
barbaloin, yang berkhasiat sebagai laktatif. Kandungan polisakarida daun
lidah buaya dapat mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi reaksi
peradangan. Selain itu lidah buaya juga mengandung saponin yang dapat
berkhasiat membunuh kuman. Gel lidah buaya mengandung lignin yang mampu
menembus dan meresap kedalam kulit. Gel ini akan menahan hilangnya cairan
tubuh dari permukaan kulit sehingga kulit tidak kering,
Referensi: