Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL

Dosen Pengampu:
Levi Olivia, S.H., M.H

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Artha Ilham Raliktian (142012018005)
2. Harun Alfatoni (142012018015)
3. Marliana Aulia Sari (142012018020)
4. Maya Safira (142012018021)
5. Mutahit (142012018024)
6. Nandika Pangestu (142012018025)
7. Ratih Kusuma Dewi (142012018032)
8. Rolanda Gusti Al-Syukron (142012018036)

S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum, Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Integrasi Nasional” guna sebagai tugas mata kuliah
Kewarganegaraan.
Dalam Makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada :
1. Levi Olivia, S.H., M.H sebagai dosen mata kuliah Kewarganegaraan.
2. Ayah dan Ibu yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan serta semangat kepada saya.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Makalah secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan serta bantuan yang telah diberikan hingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dam pembaca.
Wassalamualaikum, Wr.Wb

Pringsewu, 09 Desember 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan ............................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian .......................................................................
B. Pengertian Integritas Nasional ........................................
C. Pluralitas Masyarakat Indonesia .....................................
D. Strategi Integrasi Nasional ..............................................
E. Strategi Integrasi Nasional Indonesia Yang Berbhineka Tunggal Ika

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua
negara,terutama negara-negara yang usianya masih relatif muda dalam membangun negara
bangsa (nation state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih
rentandan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Disamping itu,
masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih
kuat. Kuatnya akatan primordial menjadilan masyarakat lebih terpancang pada ikatan primer
yang lebih sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesame pemeluk agama,
dan sebagainya. Dengan demikian, upaya mewujudkan integrasi nasional yang notabene
mendasar pada ikatab yang lebih luas dan sulit diwujudkan. Hal ini karena mendirikan
Negara berarti menyatukan orang-orang dengan segala perbedaan yang menjadi satu identitas
kebangsaan yang baru menyertai berdirinya Negara tersebut. Begitu juga Negara Indonesia
yang usianya sekarang relatif muda, sejak proklamasi kemerdekaaan sampai sekarang,
Indonesia masih menghadapi persoalan bagaimana menyatukan penduduk Indonesia yang
didalamnya terdiri atas berbagai suku, pemeluk agama yang berbeda-beda, bahasa daerah
yang beraneka ragam, serta memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Pengalaman
menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan bernegaraini, kita masih
sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik antar kelompok dalammasyarakat, baik
konflik yang berlatar belakang kesukuan, konflik antarpemeluk agama,konflik karena
kesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan integrasi
Indonesia sejauh ini masih belum tuntas, perlu terus dilakukan pembinaa, walaupun harus
juga disadaribahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya tidak mungkin terwujudkan,
dan konflik diantara sesama warga Negara tidak dapat dihilangkan sama sekali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Jelaskan apa yang dimaksud integrasi nasional


2. Jelaskan pluralitas masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana strategi integrasi nasional?
4. Bagaimana strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal ika?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui pengertian Integrasi Nasional dan pluralitas masyarakat Indonesia
2. Mengetahui pluralitas masyarakat Indonesia
3. Mengetahui bagaimana strategi integrasi nasional
4. Mengetahui bagaimana strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal ika
BAB II

LANDASAN TEORI

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu


bangsadengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar, 1998). Mengintegrasikan berarti m
embuatuntuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah
pisah. Menurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-
bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang
lebih utuh atau memadukanmasyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi,
menurutnya,
integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyara
kat besar

Menurut beberapa ahli bahwa integrasi memiliki pengertian yaitu sebagai berikut:

1. Howard Wriggins
Howard Wriggins (1996) menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana
para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutny
adisebut sebagai faktor yang menentukan tungkat integrasi suatu negara adalah:
1) Adanya ancaman dari luar.
2) Gaya politik kepemimpinan.
3) Kekuatan lembaga-lembaga politik.
4) Ideologi nasional.
5) Kesempatan pembangunan ekonomi
2. Myron Weiner
Myron Weiner 1971 memberikan lima definisi mengenai integrasi seperti berikut
ini:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
satuwilayah dan prosen pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan
dengancara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
diatasunit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
budayamasyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan
yangdiperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompokelit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukandalam memelihara tata tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima
demimencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan lima tipe
integrasi,yaitu integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan
integrasitingkah laku (tindakan integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-
bangsayang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih utuh,
ataumemadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa.

3. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin


Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa
yangmencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.Integrasi juga meliputi aspek vertikal dan horizontal.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”.
Integrasi
berasal dari bahas inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,mempersat
ukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran hinggamenjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nationyang
artinya bangsa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis
dan antropologis.

1. Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalamkesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara Antropologis

Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur


kebudayaanyang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat

Integrasi masyarakat dalam negara dapat tercapai apabila :

a. Terciptanya kesepakatan dari sebagian besar anggotanya terhadap nilai-nilai


socialtertentu yang bersifat fundamental dan krusial.
b. Sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit social yang
salingmengawasi dalam aspek-aspek sosia yang potensial.
c. Terjadinya saling ketergantungan diantara kelompok-kelompok social yang
terhimpundidalam pemenuhan kebutuhan ekonomi secara menyeluruh

Intinya, arti dari integrasi nasional adalah proses penyatuan perbedaan dalam suatu
negara sehingga terjadi keselarasan secara nasional dalam suatu Negara.

Faktor-faktor Pendorong, Pendukung, dan Penghambat Integrasi Nasional

a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional


 Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
 Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
 Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
 Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
serta bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
 Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
b. Faktor pendukung integrasi nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yakni Garuda
Pancasila dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan bangsa
Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.
 Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanya persatuan dan munculnya
semangat nasionalisme dalam kalangan bangsa Indonesia.
c. Faktor penghambat integrasi nasional
 Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah,
agama yang dianut, ras, dan sebagainya. (Kurangnya penghargaan terhadap
kemajemukan yang bersifat heterogen)
 Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
 Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
 Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi, dan unjuk rasa.
 Kurangnya toleransi antar golongan. Adanya paham "etnosentrisme" di antara
beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan
dari luar karena lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melalui kontak langsung
maupun kontak tidak langsung.
B. Pluralitas Masyarakat Indonesia

Pluralitas bisa diartikan sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang
diikat oleh suatu kekuatan nilai lebih tinggi yang memungkinkan masing-masing kelompok
dan subkultur itu menyatu di dalam suatu wadah kebersamaan. Sedangkan heterogenitas sifat
dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang berdiri sendiri tanpa diikat satu
kesatuan nilai yang lebih tinggi.

Indonesia lebih tepat disebut sebagai negara plural dari pada negara heterogen, karena
Indonesia, meskipun terdiri atas berbagai suku, etnik, bahasa, dan agama namun tetap
merupakan satu kesatuan budaya dan ideologis sebagaimana tercermin dalam motto
"Bhinneka Tunggal Ika", bercerai-berai tetapi tetap satu. Segenap warga bangsa Indonesia
bersepakat untuk menghimpunkan diri dalam satu wadah kesatuan yang disebut Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau


masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan
meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagibagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan
yang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.)

Apa yang dikatakan sebagai ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal
dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu,
budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan
ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik


(Nasikun, 1993: 33):

1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki


sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembagalembaga yang bersifat non-
komplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar;
4. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain;
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi;
C. Strategi integritas nasional

Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap


ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu sebagai berikut :

1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satukebudayaan yang baru, dimana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tamp
ak lagiidentitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi
sebuah strategiintegrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya
denganmengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada didalam negara itu benar-benar
meleburmenjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau
budaya lokal.

2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih


sehinggamemunculkan kebudayaan yang baru, dimana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masihtampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian, berarti
bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya
pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh
pemerintah suatu negara, berarti bahwanegara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan adanya identitas budaya bersama, namun tidak menghilangkan seluruh
unsur budaya kelompok atau budaya lokal.

3. Strategi Pluralis

Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan


dalammasyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberikesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk
hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan
integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam
negara, baik suku,agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh
dan berkembang,serta hidup berdampingan secara damai. Jadi, integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat.
D. Strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal ika

a. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia


Kebhinnekaan bangsa Indonesia meliputi :
1) Kebhinnekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki kondisi alam yang
berbeda-beda, seperti dataran tinggi atau pegunungan maupun dataran rendah atau
pantai sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus menyesuaikan cara
hidupnya dengan alam disekitarnya. Kondisi alam juga mengakibatkan perbedaan
mata pencaharian ada yang sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan
lain-lain sehingga kebhinnekaan mata pencaharian tersebut dapat menjalin persatuan,
karena satu sama lain saling membutuhkan.
2) Kebhinnekaan Ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat
persilangan jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya.
Ras di Indonesia terdiri dari Papua Melanesoid yang berdiam di Pulau
Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. Ras
Weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai, Mentawai,
Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang dan
rambut berombak. Selain ras tersebut, ada ras Malayan Mongoloid yang berdiam di
sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan
Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai
sawo matang. Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan,
karena tiap ras saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul.
3) Kebhinnekaan Suku Bangsa
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan.
Pulau-pulau terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau atau
wilayah memiliki keunikan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian,
maupun bahasa. Adanya kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya.
Walaupun berbeda tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti
dengan menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan persatuan.
4) Kebhinnekaan Agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun
menjajah membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan
agama di Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan
Konghucu serta aliran kepercayaan. Kebhinnekaan agama sangat rentan akan konflik,
tetapi dengan semangat persatuan dan semboyan bhinneka tunggal ika konflik
tersebut dapat dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat beragama. Setiap
agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang paling benar tetapi
saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga dapat hidup rukun saling
berdampingan dan tolong menolong di masyarakat.
5) Kebhinnekaan Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara
belajar. Budaya memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM kearah yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan
kebhinnekaan budaya di Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi
budaya yang modern tanpa menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti
budaya sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong. Budaya tradisional dan
modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan satu sama lain.
6) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami tidak
menunjukkan adanya tingkatan. Anggapan kuat bagi laki-laki dan lemah bagi
perempuan adalah tidak benar. Masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab
yang saling membutuhkan dan melengkapi. Zaman dahulu kaum perempuan tidak
diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya dan seringkali
tugasnya dibatasi hanya sekitar rumah saja. Pekerjaan rumah yang itu-itu saja,
dianggap tidak banyak menuntut kreatifitas, kecerdasan dan wawasan yang luas,
sehingga perempuan dianggap lebih bodoh dan tidak terampil. Sekarang perempuan
mempunyai kesempatan yang sama untuk sekolah, mengembangkan bakat, dan
kemampuannya. Banyak kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam jabatan
publik.

a. Perilaku inklusif.

Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka


Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau
kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari
kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting
kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan
menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak
dapat diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.

b. Mengakomodasi sifat pluralistik.


Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama
yang dipeluk oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah,
suku bangsa dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau
yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain.
Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan
persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi
disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan
masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara
tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi
kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-
bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sepatutnya.
Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola
kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan
masyarakat yang tidak melandaskan diri pada agama, tetapi semata-mata pada
kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai agama
berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat
ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di
wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi
yang mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal
ini telah tergerus arus reformasi.
c. Tidak mencari menangnya sendiri.
Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa
pendapatnya sendiri yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling
hebat perlu diatur dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima
dan memberi pendapat merupakan hal yang harus berkembang dalam
kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi
dicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus
diusahakan adalah terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman.
Untuk itu perlu dikembangkan musyawarah untuk mencapai mufakat.

d. Musyawarah untuk mencapai mufakat.


Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman
diterapkan pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan
pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama.
Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai
mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam
kesepa-katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa
disebut sebagai win win solution.

e. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.


Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga
mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus
dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal
Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika
menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing
gawe, jer basuki mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk
memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi
dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-
kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak
mungkin terwujud.
f. Toleran dalam perbedaan.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi,
bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara
satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan
dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling
menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa
toleransi dalam diri setiap individu.

Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini
akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan
mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang paling kuat atau yang paling
besar tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Kebhinnekaan mata pencaharian, kebhinnekaan ras, kebhinnekaan suku bangsa,


kebhinnekaan agama, kebhinnekaan budaya, dan perbedaan jenis kelamin terbukti menjadi
perekat yang kuat bangsa Indonesia dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.

Integrasi Nasional bermakna bahwa pentingnya mempersatukan pemerintah pusat


dengan pemerintahan di tingkat daerah dan mempersatukan rakyat yang majemuk, hidup
dalam berbagai golongan primordial yang beranekaragam nilai lembaga serta adat
kebiasaannya, sehingga merasa bagian dari satu bangsa yang sama.

Wujud konsep Integrasi Nasional berimplikasi pada Tujuan Nasional bangsa


Indonesia, yaitu:

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;


2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Dapat kita bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki integritas nasional yang
berperan sebagai penyatu bangsa itu sendiri tentu saja membahayakan kesolidaritasan
Negara Indonesia, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

B. Saran

Sebagai warga Indonesia yang baik kita harus memiliki integritas. kita harus
bersama-sama menjaga integrasi nasional. Contoh kecilnya dengan menjaga lingkungan
sekolah dan ikut serta membantu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik


Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan


Tinggi. Bumi aksara, jakarta.

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata


Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)


Diakses pada tanggal 09 Desember 2019.

Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-


penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki)
Diakses pada tanggal 09 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai