Eliminasi urine
Eliminasi alvi
ELIMINASI URINE
1. Anatomi dan fisiologi sistem
perkemihan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine.
SISTEM URINARIA
• SUATU SISTEM DIMANA TERJADI
PROSES PENYARINGAN DARAH
SEHINGGA BEBAS DARI ZAT-ZAT
YANG TIDAK DIGUNAKAN.
TERDIRI DARI :
• GINJAL
• URETER
• VESIKA URINARIA/BLADER
• URETHRA
a. GINJAL
– Letak : kanan & kiri columna vertebra pada bagian dinding
abdomen dibelakang peritoneum, pada ketinggian antara
torakal XII & lumbalis III
– Panjang 5-7,5 cm, tebal 2,5-3 cm, berat 120-150 gram.
– Fungsi ginjal:
•Mengeluarkan Zat Toksik
•Mempertahankan Suasana Keseimbangan Cairan
•Mempertahankan Keseimbangan Kadar Asam & Basa Tubuh
•Menghasilkan Renin (Penting Untuk Pengaturan Tekanan
Darah)
•Metabolisme vitamin d
b. URETER
Ada 2 kiri dan kanan
Panjang 25-30 cm, diameter 1,25 cm
Terletak antara ginjal & vesika urinaria dalam rongga abdomen &
sebagian rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter timbulkan gerakan peristaltik tiap 5 menit
untuk mendorong urine masuk vesika urinaria
d. VESIKA URINARIA/BLADDER
Suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun
atas jaringan otot, wadah tempat urine
Dapat menampung 600 ml, normal pengeluaran urine 300 ml.
Terdapat saraf simpatis & para simpatis :
• Simpatis : menyebabkan otot spinkter berkontraksi
sehingga urine tetap dalam bladder.
• Para simpatis : Menyebabkan relaksasi otot spinkter,
sehingga urine mengalir ke Urethra.
e. URETHRA
Saluran sempit yang berpangkal pada blader yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Panjang
• WANITA : 3-4 cm
• PRIA : 20 cm
KARAKTERISTIK URINE NORMAL
• WARNA KUNING
JERNIH
• BAU SEDIKIT
AROMATIK
• pH 4,5 – 7,5
• BJ : 1,01 – 1,025
• KONSISTENSI
SANGAT CAIR /
ENCER
2. Konsep eliminasi urine
Eliminasi urin adalah proses pengosongan kandung
kemih apabila kandung kemih sudah penuh. Proses
ini terdiri dari 2 langkah utama yaitu:
Kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan didindingnya meningkat diatas nilai
ambang (± 250-400 cc pada orang dewasa dan
200-250 cc pada anak – anak)
Timbul reflek saraf yang disebut proses miksi
(reflek berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih/setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Urine tdd air (96%) dan larutan (4%)
Larutan organik (urea, asam urat, amonia, keratin)
Larutan anorganik (natrium, sodium, klorida, kalium,
magnesium, fosfor, sulfat). Yang terbanyak natrium
klorida
3. Proses pembentukan urine
a. Filtrasi Glomerulus: merupakan tempat
dimulainya proses pembentukan kemih yang
dimulai dari masuknya sejumlah besar cairan
yang bebas protein melalui kapiler glomerulus
kedalam kapsula bowman.
b. Reabsorbsi: cairan yang sudah difiltrasi akan
meninggalkan kapsula bowman dan mengalir
melewati tubulus. Cairan ini akan diserap
kembali dan diedarkan keseluruh tubuh seperti
ion natrium, klorida dan bikarbonat sehingga
hanya sedikit yang keluar melalui urin
c. Sekresi tubulus: cairan yang sudah mengalami
reabsorpsi akan diekskresikan kedalam tubulus.
kecepatan ekskresi urin = laju filtrasi – laju
reabsorbsi + laju sekresi
4. Faktor yang mempengaruhi UMUR JUMLAH
eliminasi urine
a. Pertumbuhan dan Lahir – 2 Hari 15 – 60 ml
perkembangan: produksi 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml
urin sesuai dengan
usianya dan berat badan. 1 Tahun – 3 500 – 600 ml
Bayi belum bisa Tahun
mengontrol urinenya 3 Tahun – 5 600 – 700 ml
sampai berumur 18-24 Tahun
bulan. Orang dewasa
5 Tahun – 8 700 – 1000 ml
mengekskresikan urine ± Tahun
1500-1600 ml/hari,
sedangkan pada lansia 8 Tahun – 14 800 – 1400 ml
akan terjadi gangguan Tahun
miksi karena proses 14 Tahun – 1500 ml
penuaan. Dewasa
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Keluarnya urin konstan tanpa
distensi
2. Nokturia lebih dari 2x sepanjang tidur
Tanda minor: -
1. Berkemih tanpa sadar
2. Tidak sadar inkontinensia urin
Dx 3: Inkontinensia urin berlebih
• Definisi: kehilangan urine tidak terkendali akibat
overdistensi kandung kemih
• Penyebab: ketidakadekuatan otot (stres atau tidak
nyaman), obstruksi jalan keluar urin
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Residu volume urin 1. Distensi kandung kemih
2. Nokturia 2. Sering berkemih atau dribbling
Tanda minor:
1. - 1. Residu urin 100 ml atau lebih
Dx 4: Inkontinensia urin fungsional
• Definisi: Pengeluaran urin tidak terkendali karena
kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu
yang tepat
• Penyebab: ketidakmampuan mengenali tanda-tanda
berkemih, penurunan tonus kandung kemih, hambatan
mobilisasi, hambatan lingkungan (toilet jauh),
gangguan penglihatan
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Mengompol sebelum mencapai
toilet
Tanda minor: -
1. Mengompol di waktu pagi hari
Dx 5: Inkontinensia urin refleks
• Definisi: pengeluaran urin yang tidak terkendali pada
saat volume kandung kemih penuh
• Penyebab: kerusakan saraf
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Tidak mengalami sensasi berkemih 1. Volume residu urin meningkat
2. Dribbling
3. Sering BAK
4. Hesitancy
5. Nokturia
6. enuresis
Dx 6: Inkontinensia urin stres
• Definisi: kebocoran urin mendadak dan tidak dapat
dikendalikan
• Penyebab: peningkatan tekanan intraabdomen,
kelemahan otot pelvis
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Mengeluh keluar urin < 50 ml saat
tekanan abdominal meningkat (saat
berdiri, bersin, tertawa, berlari,
mengangkat benda berat
Tanda minor:
1. Pengeluaran urin tidak tuntas 1. Overdistensi abdomen
2. Urgensi miksi
3. Frekuensi berkemih meningkat
Dx 7: Inkontinensia urin urgensi
• Definisi: keluarnya urin tidak terkendali sesaat
setelah kehilangan yang kuat untuk berkemih
(kebelet)
• Penyebab: penurunan kapasitas kandung kemih,
iritasi reseptor kontraksi kandung kemih, obat2an
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Keinginan berkemih yang kuat
disertai dengan inkontinensia
Dx 8: Kesiapan peningkatan eliminasi
urin
• Definisi: pola fungsi sistem perkemihan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi yang dapat
ditingkatkan
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Mengungkapkan keinginan untuk 1. Jumlah urin normal
meningkatkan eliminasi urin 2. Karakteristik urin normal
Tanda minor:
1. - 1. Asupan cairan cukup
Hasil yang diharapkan:
• Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kemampuan mengontrol BAK semakin baik
dengan kriteria hasil:
• Kemampuan mengontrol urin meningkat
• Frekuensi BAK, sensasi berkemih,
karakteristik urine membaik
• Desakan berkemih, distensi kandung kemih,
volume residu urin, hesitancy, dribbling,
nokturia, enuresis, disuria, anuria menurun
Intervensi Dx 2-8:
Kateterisasi urin
Manajemen eliminasi urin
Observasi
• Monitor tanda-tanda vital, distensi kandung kemih
• Identifikasi kebiasaan BAK, tanda gejala dan faktor penyebab
• Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
warna)
Terapeutik
• Catat waktu dan keluaran urin
• Pasang kateter urin
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin
• Ajarkan teknik relaksasi pernafasan saat memasang kateter
urin
• Ajarkan penguatan otot-otot panggul
Kolaborasi dalam pemberian obat
Dx 9: Retensi urin
• Definisi: pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Sensasi penuh pada kandung kemih 1. Disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih
Tanda minor:
1. Dribbling 1. Inkontinensia berlebih
2. Residu urin 150 ml atau lebih
Hasil yang diharapkan:
• Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pengosongan kandung kemih semakin baik
dengan kriteria hasil:
• Sensasi berkemih membaik
• Frekuensi BAK, karakteristik urine membaik
• Desakan berkemih, distensi kandung kemih,
volume residu urin, hesitancy, dribbling,
nokturia, enuresis, disuria, anuria menurun
Intervensi Dx 9:
Kateterisasi urin
Observasi
• Monitor tanda-tanda vital, distensi kandung kemih
• Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, warna)
Terapeutik
• Catat waktu dan keluaran urin
• Pasang kateter urin
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin
• Ajarkan teknik relaksasi pernafasan saat memasang
kateter urin
Kolaborasi dalam pemberian obat