Anda di halaman 1dari 33

ELIMINASI

Agustin Widyowati, S.Kep Ns., M.Kes


ELIMINASI
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
baik berupa urine atau feses

 Eliminasi urine
 Eliminasi alvi
ELIMINASI URINE
1. Anatomi dan fisiologi sistem
perkemihan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine.
SISTEM URINARIA
• SUATU SISTEM DIMANA TERJADI
PROSES PENYARINGAN DARAH
SEHINGGA BEBAS DARI ZAT-ZAT
YANG TIDAK DIGUNAKAN.

TERDIRI DARI :
• GINJAL
• URETER
• VESIKA URINARIA/BLADER
• URETHRA
a. GINJAL
– Letak : kanan & kiri columna vertebra pada bagian dinding
abdomen dibelakang peritoneum, pada ketinggian antara
torakal XII & lumbalis III
– Panjang 5-7,5 cm, tebal 2,5-3 cm, berat 120-150 gram.
– Fungsi ginjal:
•Mengeluarkan Zat Toksik
•Mempertahankan Suasana Keseimbangan Cairan
•Mempertahankan Keseimbangan Kadar Asam & Basa Tubuh
•Menghasilkan Renin (Penting Untuk Pengaturan Tekanan
Darah)
•Metabolisme vitamin d

b. URETER
 Ada 2 kiri dan kanan
 Panjang 25-30 cm, diameter 1,25 cm
 Terletak antara ginjal & vesika urinaria dalam rongga abdomen &
sebagian rongga pelvis.
 Lapisan dinding ureter timbulkan gerakan peristaltik tiap 5 menit
untuk mendorong urine masuk vesika urinaria
d. VESIKA URINARIA/BLADDER
 Suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun
atas jaringan otot, wadah tempat urine
 Dapat menampung 600 ml, normal pengeluaran urine 300 ml.
 Terdapat saraf simpatis & para simpatis :
• Simpatis : menyebabkan otot spinkter berkontraksi
sehingga urine tetap dalam bladder.
• Para simpatis : Menyebabkan relaksasi otot spinkter,
sehingga urine mengalir ke Urethra.

e. URETHRA
 Saluran sempit yang berpangkal pada blader yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
 Panjang
• WANITA : 3-4 cm
• PRIA : 20 cm
KARAKTERISTIK URINE NORMAL

• WARNA KUNING
JERNIH
• BAU SEDIKIT
AROMATIK
• pH 4,5 – 7,5
• BJ : 1,01 – 1,025
• KONSISTENSI
SANGAT CAIR /
ENCER
2. Konsep eliminasi urine
Eliminasi urin adalah proses pengosongan kandung
kemih apabila kandung kemih sudah penuh. Proses
ini terdiri dari 2 langkah utama yaitu:
 Kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan didindingnya meningkat diatas nilai
ambang (± 250-400 cc pada orang dewasa dan
200-250 cc pada anak – anak)
 Timbul reflek saraf yang disebut proses miksi
(reflek berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih/setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Urine tdd air (96%) dan larutan (4%)
Larutan organik (urea, asam urat, amonia, keratin)
Larutan anorganik (natrium, sodium, klorida, kalium,
magnesium, fosfor, sulfat). Yang terbanyak natrium
klorida
3. Proses pembentukan urine
a. Filtrasi Glomerulus: merupakan tempat
dimulainya proses pembentukan kemih yang
dimulai dari masuknya sejumlah besar cairan
yang bebas protein melalui kapiler glomerulus
kedalam kapsula bowman.
b. Reabsorbsi: cairan yang sudah difiltrasi akan
meninggalkan kapsula bowman dan mengalir
melewati tubulus. Cairan ini akan diserap
kembali dan diedarkan keseluruh tubuh seperti
ion natrium, klorida dan bikarbonat sehingga
hanya sedikit yang keluar melalui urin
c. Sekresi tubulus: cairan yang sudah mengalami
reabsorpsi akan diekskresikan kedalam tubulus.
kecepatan ekskresi urin = laju filtrasi – laju
reabsorbsi + laju sekresi
4. Faktor yang mempengaruhi UMUR JUMLAH
eliminasi urine
a. Pertumbuhan dan Lahir – 2 Hari 15 – 60 ml
perkembangan: produksi 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml
urin sesuai dengan
usianya dan berat badan. 1 Tahun – 3 500 – 600 ml
Bayi belum bisa Tahun
mengontrol urinenya 3 Tahun – 5 600 – 700 ml
sampai berumur 18-24 Tahun
bulan. Orang dewasa
5 Tahun – 8 700 – 1000 ml
mengekskresikan urine ± Tahun
1500-1600 ml/hari,
sedangkan pada lansia 8 Tahun – 14 800 – 1400 ml
akan terjadi gangguan Tahun
miksi karena proses 14 Tahun – 1500 ml
penuaan. Dewasa

Dewasa Tua 1500 ml / kurang


b. Sosiokultural: adat istiadat akan mempengaruhi
eliminasi, misal: pemukiman kurang mampu fasilitas
toilet untuk bersama.
c. Psikologis: ansietas dan emosional akan membuat
seseorang terdorong untuk berkemih dan frekuensi
berkemih meningkat sebagai upaya adaptasi
d. Kebiasaan pribadi: privasi dan waktu yang adekuat
untuk berkemih biasanya penting untuk kebanyakan
individu, misal: memerlukan distraksi untuk rileks
(membaca)
e. Tonus otot: lemahnya otot abdomen dan otot dasar
panggul merusak kontraksi kandung kemih
f. Status volume: peningkatan asupan akan meningkatkan
produksi urine
g. Kondisi penyakit
h. Prosedur bedah (praoperasi, anastesi pada proses
operasi dapat memperlambat laju filtrasi glomerulus)
i. Obat-obatan
j. Pemeriksaan diagnostic
5. Masalah yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine
a. Retensi Urine
 Adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung
kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih. Pada retensi yang berat, kandung
kemih dapat menahan 2000-3000 ml urine.
 Retensi urine disebabkan oleh obtruksi, trauma
bedah, efek samping obat dan ansietas
 Tanda-tanda utama dari retensi urine:
 Ketidakmampuan mengeluarkan urine selama
beberapa jam
 Distensi kendung kemih
 Rasa tidak nyaman
 Nyeri tekan pada simphisis pubis
 Gelisah, Diaforesis
b. Inkontinensia Urine
Merupakan suatu kondisi dimana ketidakmampuan
sfingter eksternal, tidak mampu mengontrol urine yang
keluar dari kandung kemih yang mmenyebabkan
merembesnya urine dapat terus menerus atau sedikit-
sedikit.
Inkontinensia ini sifatnya dapat sementara atau menetap
Lima tipe inkontinensia:
 Fungsional: keluarnya urine pada klien gangguan
sistem saraf perkemihan
 Overflow (reflek): keluarnya urine secara tidak disadari
pada jarak waktu tertentu yang telah diperkirakan
 Stress, peningkatan tekanan intra abdomen yang dapat
menyebabkan merembesnya sejumlah kecil urine
 Urge (desakan): pengeluaran urine yang tidak disadari
setelah merasakan desakan yang kuat untuk berkemih
 Total: keluarnya urine secara keseluruhan yang tidak
dapat dikontrol dan menetap
PERUBAHAN POLA BERKEMIH
• FREKUENSI
– MENINGKATNYA FREKUENSI URINE TANPA INTAKE YG
MENINGKAT TERJADI PADA CYSTITIS, STRESS & BUMIL
• URGENCY
– INGIN SEGERA BERKEMIH, BIASANYA PADA ANAK-ANAK
KARENA KEMAMPUAN MENGONTROL SPINKTER KURANG
• DYSURIA
– NYERI / SULIT BERKEMIH, BIASANYA KARENA : ISK, STRIKTUR
URETRA
• POLYURIA
– PRODUKSI URINE MELEBIHI NORMAL, PADA Diabetes Mellitus.
• URINARY SUPRESSION
– GINJAL TIDAK PRODUKSI URINE SCR TIBA-TIBA
– OLIGURIA (URIN 100-500 cc/24 JAM)
– ANURIA (URIN <100 cc/24 JAM)
6. Tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine
a. Menggunakan urinal untuk berkemih
b. Memasang kondom kateter
c. Memasang kateter
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
• POLA BERKEMIH
• GEJALA DARI PERUBAHAN BERKEMIH
2. PEMERIKSAAN FISIK
• ABDOMEN : PEMBESARAN, PELEBARAN VENA, DISTENSI BLADER,
PEMBESARAN GINJAL, NYERI TEKAN, BISING USUS.
• GENETALIA WANITA : INFLAMASI, NODUL, LESI, SEKRET DARI
MEATUS
• GENETALIA PRIA : INFLAMASI, NODUL, LESI, SEKRET DARI MEATUS,
PEMBESARAN SKROTUM
3. INTAKE & OUT PUT
• KARAKTERISTIK URIN
• INTAKE & OUTPUT DALAM SEHARI (ORAL, INFUS, NGT) & (URINAL,
KATETER, URETROSTOMI DRAINAGE)
• PERUBAHAN VOLUME URIN
• Urine normal = 0.5-1 cc/kg BB/jam (misal BB 50 kg, maka urine selam
24 jam adalah 0.5 – 1 cc x 50 x 24 = 600 – 1200 cc/hari)
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
– WARNA (N= JERNIH KEKUNINGAN)
– PENAMPILAN (N= JERNIH)
– BAU (N= BERAROMA)
– PH (N= 1,005-1,030)
– GLUKOSA (N= NEGATIF)
– KETON (N= NEGATIF)
– KULTUR ( N=KUMAN PATOGEN NEGATIF)
Dx 1: Gangguan eliminasi urin
• Definisi: disfungsi eliminasi urin
• Penyebab: penurunan kapasitas kandung kemih,
iritasi kandung kemih, kelemahan otot pelvis,
ketidakmampuan mengakses toilet, efek tindakan
medis dan diagnostik (operasi kandung kemih/
ginjal, obat2an), imaturitas.
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Urgensi (desakan berkemih) 1. Distensi kandung kemih
2. Urin menetes (dribbling) 2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Sering BAK 3. Volume residu urin meningkat
4. Nokturia
5. Mengompol/enuresis
Diagnosis ini masih bersifat umum untuk
ditegakkan di klinik, sebaiknya penegakan
diagnosis ini lebih spesifik pada
inkontinensia atau retensi. Namun,
diagnosis ini dapat digunakan jika perawat
belum berhasil mengidentifikasi faktor
penyebab inkontinensia atau retensi urin
Hasil yang diharapkan:
• Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pengosongan kandung kemih semakin baik
dengan kriteria hasil:
• Sensasi berkemih membaik
• Frekuensi BAK, karakteristik urine membaik
• Desakan berkemih, distensi kandung kemih,
volume residu urin, hesitancy, dribbling,
nokturia, enuresis, disuria, anuria menurun
Intervensi Dx 1:
Dukungan perawatan diri: BAK
Manajemen eliminasi urine
Observasi
• Identifikasi kebiasaan BAK, tanda gejala dan faktor penyebab
• Monitor eliminasi urin (frekeunsi, konsistensi, aroma, volume, warna)
Terapeutik
• Catat waktu dan keluaran urin
• Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
• Dukung penggunaan toilet/pispot/urinal secara konsisten
• Jaga privasi selama eliminasi
• Bersihkan alat bantu eliminasis etelah digunakan
• Latih BAK
Edukasi
• Anjurkan BAK secara rutin
• Anjurkan ke toilet jika perlu
• Ajarkan penguatan otot-otot panggul
Kolaborasi dalam pemberian obat
Dx 2: Inkontinensia urin berlanjut
• Definisi: pengeluaran urin tidak terkendali dan terus-
menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada
kandung kemih
• Penyebab: disfungsi neurologis, kerusakan refleks
berkemih, trauma, kerusakan medulla spinalis

Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Keluarnya urin konstan tanpa
distensi
2. Nokturia lebih dari 2x sepanjang tidur
Tanda minor: -
1. Berkemih tanpa sadar
2. Tidak sadar inkontinensia urin
Dx 3: Inkontinensia urin berlebih
• Definisi: kehilangan urine tidak terkendali akibat
overdistensi kandung kemih
• Penyebab: ketidakadekuatan otot (stres atau tidak
nyaman), obstruksi jalan keluar urin

Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Residu volume urin 1. Distensi kandung kemih
2. Nokturia 2. Sering berkemih atau dribbling
Tanda minor:
1. - 1. Residu urin 100 ml atau lebih
Dx 4: Inkontinensia urin fungsional
• Definisi: Pengeluaran urin tidak terkendali karena
kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu
yang tepat
• Penyebab: ketidakmampuan mengenali tanda-tanda
berkemih, penurunan tonus kandung kemih, hambatan
mobilisasi, hambatan lingkungan (toilet jauh),
gangguan penglihatan
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Mengompol sebelum mencapai
toilet
Tanda minor: -
1. Mengompol di waktu pagi hari
Dx 5: Inkontinensia urin refleks
• Definisi: pengeluaran urin yang tidak terkendali pada
saat volume kandung kemih penuh
• Penyebab: kerusakan saraf

Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Tidak mengalami sensasi berkemih 1. Volume residu urin meningkat
2. Dribbling
3. Sering BAK
4. Hesitancy
5. Nokturia
6. enuresis
Dx 6: Inkontinensia urin stres
• Definisi: kebocoran urin mendadak dan tidak dapat
dikendalikan
• Penyebab: peningkatan tekanan intraabdomen,
kelemahan otot pelvis

Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Mengeluh keluar urin < 50 ml saat
tekanan abdominal meningkat (saat
berdiri, bersin, tertawa, berlari,
mengangkat benda berat
Tanda minor:
1. Pengeluaran urin tidak tuntas 1. Overdistensi abdomen
2. Urgensi miksi
3. Frekuensi berkemih meningkat
Dx 7: Inkontinensia urin urgensi
• Definisi: keluarnya urin tidak terkendali sesaat
setelah kehilangan yang kuat untuk berkemih
(kebelet)
• Penyebab: penurunan kapasitas kandung kemih,
iritasi reseptor kontraksi kandung kemih, obat2an
Subjektif Objektif
Tanda mayor: -
1. Keinginan berkemih yang kuat
disertai dengan inkontinensia
Dx 8: Kesiapan peningkatan eliminasi
urin
• Definisi: pola fungsi sistem perkemihan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi yang dapat
ditingkatkan
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Mengungkapkan keinginan untuk 1. Jumlah urin normal
meningkatkan eliminasi urin 2. Karakteristik urin normal
Tanda minor:
1. - 1. Asupan cairan cukup
Hasil yang diharapkan:
• Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kemampuan mengontrol BAK semakin baik
dengan kriteria hasil:
• Kemampuan mengontrol urin meningkat
• Frekuensi BAK, sensasi berkemih,
karakteristik urine membaik
• Desakan berkemih, distensi kandung kemih,
volume residu urin, hesitancy, dribbling,
nokturia, enuresis, disuria, anuria menurun
Intervensi Dx 2-8:
Kateterisasi urin
Manajemen eliminasi urin
Observasi
• Monitor tanda-tanda vital, distensi kandung kemih
• Identifikasi kebiasaan BAK, tanda gejala dan faktor penyebab
• Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
warna)
Terapeutik
• Catat waktu dan keluaran urin
• Pasang kateter urin
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin
• Ajarkan teknik relaksasi pernafasan saat memasang kateter
urin
• Ajarkan penguatan otot-otot panggul
Kolaborasi dalam pemberian obat
Dx 9: Retensi urin
• Definisi: pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap
Subjektif Objektif
Tanda mayor:
1. Sensasi penuh pada kandung kemih 1. Disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih
Tanda minor:
1. Dribbling 1. Inkontinensia berlebih
2. Residu urin 150 ml atau lebih
Hasil yang diharapkan:
• Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pengosongan kandung kemih semakin baik
dengan kriteria hasil:
• Sensasi berkemih membaik
• Frekuensi BAK, karakteristik urine membaik
• Desakan berkemih, distensi kandung kemih,
volume residu urin, hesitancy, dribbling,
nokturia, enuresis, disuria, anuria menurun
Intervensi Dx 9:
Kateterisasi urin

Observasi
• Monitor tanda-tanda vital, distensi kandung kemih
• Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, warna)
Terapeutik
• Catat waktu dan keluaran urin
• Pasang kateter urin
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin
• Ajarkan teknik relaksasi pernafasan saat memasang
kateter urin
Kolaborasi dalam pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai