Anda di halaman 1dari 18

PERTOLONGAN

ELIMINASI BAK/BAB
OLEH : GUSTI MANU DEWI , S.KEP
VIDEO SISTEM PERKEMIHAN
ELIMINASI URINE

Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan


berperan menentukan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostatis tubuh. BAK/MIKSI adalah suatu proses
pengosongan kandung kencing.

Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah suatu keadaan


dimana terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara normal.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangst bergantung pada tungsi-fungsi organ eliminasi urine, seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk
urine, ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder ditampung sampai
mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan oleh uretra.
POLA ELIMINASI URINE NORMAL

Pola eliminasi urine normal


Pola eliminasi urine sangat bergantung pada individu, biasanya miksi
setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari
sekitar 5 kali.
KARAKTERISTIK URINE NORMAL
Warna urine normal adalah kuning terang, karena adanya pigmen
urochrome. Namun warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan
dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan,
penggunaan obat-obatan tertentu, seperti multivitamin dan preparat besi
maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman. Bau
normal urine adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecehan
urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan memengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan
status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 - 1500 ml per hari
atau 150 sampai 600 ml per sekali miksi.
TANDA DAN GEJALA MASALAH ELIMINASI URINE

1. Retensi urinea.
a. Ketidaknyamanan daerah pubis
b. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
c. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
d. Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
e. Ketidaksanggupan untuk berkemih

2. Inkontinensia urine
a. Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC.
b. Pasien sering mengompol.
E. PERUBAHAN POLA BERKEMIH
1. FREKUENSI
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat,
biasanya terjadi pada cystitis (peradangan dikandung kemih yang menimbukan
nyeri ketika buang air kecil) , stress dan wanita hamil.

2. URGENCY
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. DYSURIA
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih, misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma dan striktur uretra (kondisi penyempitan uretra yang
menghambat aliran urine)

4. Polyuria (diuresis)
Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan (cairan
yang masuk dalam tubuh) misalnya pada pasien diabetes militus.

5. Urinary Suppression
Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba
 Anuria (urine kurang dari 100mk/24 jam)
 Olyguria (urine berkisar 100-500ml/jam)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ELIMINASI URINE (BAK)
a. Diet dan Asupan Intake
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi output
urine(jumlah urine) . Protein dan natrium menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu meminum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan
urine.

b. Respon keinginan awal untuk berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan didalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.

d. Stress Psikologis
Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.

e. Tinkgat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi spinchter. Kemampuan tonus otot didapat dengan beraktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan
untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang
air kecil meningkat seiring dengan pertambahan usia.

g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat juga mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes
militus.

h. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine seperti
adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil
ditempat tertentu.
i. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memilik kebiasaan berkemih di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pispot bila dalam keadaan
sakit

j. Tonus otot
Tonus otot berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dsn pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraski sebagai pengontrolan pengeluaran urine.

k. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anastesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine .
l. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretic dapat meningkatkan
jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine ( gangguan pada kandung kemih yang membuat
penderitanya kesulitan mengeluarkan urine).

m. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti intra venus pyelogram (IPV) Yaitu pencatatan grafik tekanan dalam
kandung kemih. Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi
produksi urine. Selain itu tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema local pada
uretra sehingga pengeluaran urine terganggu.
PENANGGULANGAN GANGGUAN
ELIMINASI URINE/BAK
a. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan yaitu : pengambilan urine
biasa, pengambilan urine steril dan pengumpulan selama 24 jam

b. Pengambilan urine biasa


Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan jumlah
mengeluarkan urine secara biasa yaitu buang air kecil.pengambilan urine
biasa ini digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine,
pemeriksaan kehamilan dll.
b. Pengumpulan urine steril
Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan
alat steril, dilakukan dengan kateterisasi atau fungsi suprapubis yang bertujuan
untuk mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.

c. Pengambilan urine selama 24 jam


Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang
dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine
selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output serta mengetahui
fungsi ginjal.
e. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu membuang air kecil sendiri
dikamar mandi dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urinal) . Hal
tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari
urine (warna dan jumlah)

f. Melakukan kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan memasukan kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaanya, kateterisasi terbagi
menjadi dua tipe internitent (straight kateter) dan indwelling (foley kateter)
TERIMAKASIH …

Anda mungkin juga menyukai