NIM: 19020007
TAHUN 2021
10 Imunisasi Tambahan
Untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin maka
digunakan pemantau suhu. Pada kamar dingin (cold room) alat pemantau suhu berupa
lampu alarm yang akan menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang
ditetapkan. Untuk memantau suhu lemari es selain menggunakan termometer yang
terletak pada dinding luar lemari es juga menggunakan termometer yang diletakkan
dalam lemari es.Sementara standar WHO (User’s handbook for vaccine, 2002),
menjelaskan detail susunan vaksin dalam lemari es Agar vaksin tetap mempunyai
potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan
pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di masing¬-
masing tingkatan administrasi. Untuk menjaga rantai dingin vaksin yang disimpan
pada lemari es di Puskesmas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pada awalnya vaksin yang berasal dari virus hidup seperti polio dan campak, harus
disimpan pada suhu di bawah 0oC. Namun berdasarkan penelitian berikutnya,
ternyata hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu dibawah 0oC. Sementara
vaksin campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu 2oC-8oC. Sedangkan vaksin
lainnya harus disimpan pada suhu 2oC-8oC.
Sesuai Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005, vaksin
hepatitis B, DPT, TT, dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin
akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen.
Sementara terkait penyimpanan vaksin, susunannya harus diperhatikan. Karena suhu
dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi, maka ketentuan jarak
antar kemasan vaksin harus dipenuhi. Demikian pula letak vaksin menurut jenis
antigennya mempunyai urutan tertentu untuk menghindari penurunan potensi vaksin
yang terlalu cepat. Pada pelaksanaan program imunisasi, salah satu kebijakan yang
dipersyaratkan adalah tetap membuka vial atau ampul baru meskipun sasaran sedikit.
Jika pada awalnya indeks pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibandingkan
dengan jumlah dosis per vial/ampul, namun tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin
ini harus semakin tinggi. Sementara menurut WHO, prinsip yang dipakai dalam
mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi, adalah, Earliest Expired First Out
(EEFO) (dikeluarkan berdasarkan tanggal kadaluarsa yang lebih dulu). Dengan
adanya Vaccine Vial Monitor (VVM) ketentuan EEFO tersebut menjadi
pertimbangan kedua. Vaccine Vial Monitor sangat membantu petugas dalam
manajemen vaksin secara cepat dengan melihat perubahan warna pada indikator yang
ada.
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah sebuah istilah yang digunakan di
bidang kedokteran untuk suatu kondisi yang terjadi berhubungan dengan imunisasi.
Deskripsi:
o Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh dengan suhu
lebih dari 37,5 °C
o Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun
o Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
o Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam
Klasifikasi:
o Kejang Demam Sederhana
Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
o Kejang Demam Kompleks. Kejang demam dengan salah satu ciri
berikut ini:
Kejang lama > 15 menit
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak
sadar
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
di antara 2 bangkitan kejang anak sadar
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Penanganan:
o Tetap tenang dan tidak panik
o Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
o Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
o Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu
kedalam mulut
o Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
o Tetap bersama pasien selama kejang
o Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti.
o Berikan diazepam rektal 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat
badan lebih dari 10 kg
o Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit
o Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
5. Demam
Deskripsi: Kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,5 °C
Penanganan:
o Berikan obat penurun panas (antipiretik) paracetamol dengan dosis
sesuai berat badan 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5
kali
o Jika hanya ada ibuprofen, maka bisa diberikan dengan dosis sesuai
berat badan 5-10 mg/ kg/kali, 3-4 kali sehari
o Jika demam tidak kunjung turun walaupun sudah diberikan antipiretik,
maka perlu dibawa ke rumah sakit
6. Syok Anafilaktik
Deskripsi: Suatu keadaan mengancam nyawa yang perlu penanganan segera
oleh tim medis. Ciri-ciri:
o Terlihat sulit bernapas
o Napas cepat dan pendek-pendek
o Harus segera dibawa ke IGD terdekat, tidak boleh ditunda! Setiap
detik sangat berharga
referensi: Ranuh ICNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia, Edisi Keenam
Tahun 2017. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia