VAKSIN TIFOID
Oleh:
Ni Gusti Ayu Made Sintya Dwi Cahyani (H1A320015)
Yaumu Syifa Al Uzhma (H1A320048)
Pembimbing:
dr. Titi Pambudi Karuniawaty, M.Sc, Sp.A
2
Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5–14 tahun (1,9%), usia 1–4 tahun
(1,6%), usia 15–24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun (0,8%).
Basil penyebab tifoid adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus
Salmonella. Basil ini adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 37*C dengan
PH antara 6-8. Perlu diingat bahwa basil ini dapat hidup sampai beberapa minggu
di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Sedangkan reservoir
satu-satunya adalah manusia yaitu seseorang yang sedang sakit atau karier. Basil
ini dibunuh dengan pemanasan (suhu 60'C) selama 15-20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi. Masa inkubasi tifoid 10-14 hari dan pada anak, masa
inkubasi ini lebih bervariasi berkisar 5-40 hari, dengan perjalanan penyakit
kadang-kadang juga tidak teratur. Pertumbuhan dalam kaldu: terjadi kekeruhan
menyeluruh sesudah dieramkan semalam tanpa pembentukan selaput. Pada agar
darah; koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3 mm, bulat agak cembung,
jernih, licin, dan tidak menyebabkan hemolisis.
3
dianjurkan. Oleh sebab itu,Germanier dan Fuhrer, menemukan suatu vaksin oral
yang cukup poten, yang berasal dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan,
Ty21a. Vaksin oral ini, pada studi pendahuluan terhadap sukarelawan di Amerika
Utara, memberi perlindungan yang sangat bermakna tanpa adanya gejala
sampingan seperti yang terdapat pada vaksin parenteral.
Selain itu, uji coba di lapangan di Alexandria, Mesir oleh Wandan dkk10,
vaksin oral yang telah ditemukan pada waktu itu memberi dayapērlindungan
sebesar 95% untuk masa paling sedikit 3 tahun. Menyusul uji coba di Mesir, oleh
Levine dkk11, telah pula dilakukan uji coba di lapangan di Santiago, Chili.
Hasilnya sungguh di luar dugaan, karena memberi daya perlindungan yang
berbeda dengan uji coba di Mesir. Uji coba di Chili memberi perlindungan hanya
sebesar 54-62%.
Vaksin parenteral demam tifoid seperti vaksin Typa atau Chotypa,
sebenarnya sudah memberi daya perlindungan yang cukup lumayan akan tetapi
vaksin ini memberi gejala sampingan yang sangat mengganggu. Selain itu,
pemberian vaksinnya memerlukan persiapan dan peralatan suntik serta harus
diberikan oleh tenaga medis atau paramedis. Vaksin oral dari sel S. typhi yang
dimatikan, telah pula coba dipergunakan. Akan tetapi walaupun vaksin ini tidak
memberi gejala samping, vaksin ini tidak dapat dipergunakan karena tidak
memberi daya perlindungan yang memadai. Oleh karena itu vaksin oral kuman
hidup yang dilemahkan dari strain Ty21a penemuan Germanier, merupakan jalan
keluar sebagai usaha untuk memberantas penyakit demam tifoid melalui
imunisasi.
Mutasi galaktosa epimerase dari Salmonella typhi telah diisolasi oleh
Germanier. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mutan ini memiliki potensi
untuk digunakan sebagai vaksin hidup yang dilemahkan dan digunakan secara
oral. Mutan ty21a, mengambil galaktosa dari sumber eksogen. Kemudian, setelah
terjadi akumulasi yang cukup dari galaktosa-1- fosfat serta galaktosa uridin
difosfat menyebabkan sel bakteri menjadi lisis sehingga mengakibatkan avirulensi
strain. Galaktosa dimasukkan kedalam dinding sel ty21a untuk memungkinkan
4
sintesis lipopolisakarida halus yang diperlukan untuk imunogenitas yang tepat. S.
typhi strain Ty21a yang dilemahkan, telah terbukti aman dan berkhasiat sebagai
vaksin oral dalam studi klinis dan uji coba lapangan terkontrol, yang secara
ekstensif dicirikan oleh data genetika, biokimia dan biologis. Karakteristik Ty21a
relevan dengan avirulensi dan potensinya. Avirulensi disebabkan karena defek
uridin difosfogalaktosa 4-epimerase pada strain Salmonella sehingga bakteri tidak
lagi memiliki antigen Vi tetapi masih mengandung polisakarida dinding sel yang
imunogenik. Vaksinasi primer terdiri dari 1 kapsul enterik berlapis atau
lyophilised sachet. Mekanisme vaksin ini menimbulkan antibody serum dan
mukosa untuk Salmonella typhi O, H, dan antigen lainnya melalui inisiasi respon
imun Cell Mediated Immune (sel T sitotoksik). Efikasi vaksin ini sekitar 50-78%
dan durasi perlindungan mencapai 3 sampai 4 tahun.
5
1. Vaksin Vi kapsuler polisakarida
6
dengan pemberian vaksin tifoid dan hepatitis A secara terpisah. Vaksin dapat
mencapai level protektif setelah 2–3 minggu pemberian. Vaksin ini dapat
diberikan pada usia 16 tahun ke atas. Vaksin tersedia dalam bentuk dual-
chamber syringe (suntikan) siap pakai dengan volume 1 ml, masing-masing
0,5 ml untuk setiap vaksin. Vaksin diberikan secara intramuskular di deltoid
dan vaksinasi ulangan diberikan setiap 3 tahun. Kontra indikasi vaksin, yaitu
pada keadaan hipersensitif terhadap komponen vaksin, ibu hamil, dan ibu
menyusui.
7
F. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
1. Vaksin Injeksi Vi kapsuler polisakarida
Dalam beberapa percobaan, vaksin ini menghasilkan efek samping berikut;
nyeri di tempat suntikan (hingga 80% dari vaksin), eritema atau indurasi >1
cm (7%), demam (0-12%) dan sakit kepala (1,5– 3%). Dalam studi efektivitas
fase 4 yang melibatkan >37.000 peserta di India, efek samping yang umum
adalah eritema 4%, nyeri di tempat suntikan 18%, suhu aksila >37,5C 1% dan
kelelahan 4%.
2. Vaksin kombinasi Vi kapsuler polisakarida dan hepatitis A inaktif.
Pemberian vaksin ini dianggap aman. Nyeri di tempat suntikan adalah gejala
lokal yang paling sering dilaporkan dan sakit kepala adalah efek samping
sistemik yang paling sering dilaporkan. Semua gejala teratasi tanpa gejala
sisa.
G. Prosedur Vaksinasi
1. Syringe
8
Syringe dimaksudkan untuk sekali pakai saja, tidak boleh digunakan
kembali, dan harus dibuang dengan benar dan segera setelah digunakan.
Produk obat parenteral harus diperiksa secara visual untuk partikel dan
perubahan warna sebelum pemberian. Jika salah satu dari kondisi ini ada,
JANGAN berikan vaksin.
Pada orang dewasa, injeksi intramuskular biasanya diberikan di deltoid.
Pada anak-anak, injeksi intramuskular diberikan baik di deltoid atau paha
anterolateral.
JANGAN menyuntikkan vaksin ini ke area gluteal atau area di mana
mungkin terdapat batang saraf.
JANGAN menyuntikkan secara intravena.
2. Vial
Robek segel atas tutup botol.
Bersihkan bagian atas sumbat karet vial dengan antiseptik yang sesuai.
Gunakan spuit dan jarum steril terpisah atau unit steril sekali pakai untuk
setiap pasien untuk mencegah penularan agen infeksi dari orang ke orang.
9
Jarum tidak boleh ditutup kembali dan harus dibuang dengan benar.
Produk obat parenteral harus diperiksa secara visual untuk partikel dan
perubahan warna sebelum pemberian. Jika salah satu dari kondisi ini ada,
JANGAN berikan vaksin.
Pada orang dewasa, injeksi intramuskular biasanya diberikan di deltoid.
Pada anak-anak, injeksi intramuskular diberikan baik di deltoid atau paha
anterolateral.
JANGAN menyuntikkan vaksin ini ke area gluteal atau area di mana
mungkin terdapat batang saraf.
JANGAN menyuntikkan secara intravena.
H. Penyimpanan
Simpan pada suhu 2° hingga 8°C (35° hingga 46°F). JANGAN sampai beku.
Buang jika vaksin telah beku.
I. Jadwal Imunisasi
10
DAFTAR PUSTAKA
1 Depkes, (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Indonesia.
2 IDAI, 2000. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari Pediatri, Volume 2,
pp. 43-7.
3 Elisabeth Purba, I., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N.
(2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: Tantangan dan
Peluang. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 99–108.
https://doi.org/10.22435/mpk.v26i2.5447.99-108
11