BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk
melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu
ultrasound didalam jaringan.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk endeteksi berbagai kelainan yang ada pada
abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga
dpaat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan cairan amnion
dapat menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat
mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas, limpa,
tiroid dan lain-lain.
Persiapan dan pelaksanaan
1. Lakukan informed consent
2.
Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta
abdomen, kandung empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3. Oleskan jeli konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4.
Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di atas
permukaan kulit.
Bila pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal pasien
dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara untuk trimester
ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
9. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10. Bila pada jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat USG
diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu,
tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam
bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali
diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang
ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih
jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.
Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan
diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer
sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang
digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti
inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang
dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat
sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan
teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi
suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
B. Tujuan persiapan USG
Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis perkembangan janin pada setiap
trimester. Hal itu sangat ditekankan oleh dr. Rudiyanti, Sp.OG. Dijelaskan olehnya, pada
kehamilan trimester pertama tujuan USG adalah meyakinkan adanya kehamilan, menduga
usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi, menentukan kondisi bayi jika ada
kemungkinan kelainan bawaan, menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini
pada kehamilan muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan lokasi janin apakah di
dalam atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau
pergerakan
janin,
dan
mendiagnosis
adanya
janin
kembar.
Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai jumlah air ketuban,
menentukan kondisi plasenta, menentukan ukuran janin, memeriksa kondisi janin lewat
pengamatan aktivitasnya, menentukan letak janin apakah sungsang atau terlilit tali pusat,
serta untuk melihat kemungkinan adanya tumor.
C. Persiapan alat dan bahan
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat
peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat
mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan
operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun
akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan
listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan
hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser
dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabelkabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG
dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau
zat
kimia
lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan
alat tersebut.
D. Persiapan Pemeriksaan Lingkungan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti
dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi
kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi
silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriksaan
USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko
penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi menembus kulit,
membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi
(misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak
dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai minimal
memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit
intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan
alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal,
dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air
E. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi
yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus
diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi
pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui
penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan
pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia
seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru
pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal
ini
penting
untuk
mencegah
penyebaran
infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang dapat
melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan
harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh "Kok sudah dikomputer masih
juga tidak diketahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung telur? USG hanyalah
salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih
diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
F. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG,
apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien
dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona,
terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang
ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang
akan
dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat
persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau
amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis
dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit
berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks
bebas
dan
pemakaian
narkoba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat USG
diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu,
tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam
bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali
diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika
http://makalahcentre.blogspot.co.id/2010/11/makalah-ultrasonografiusg.html
1. Persiapan Pemeriksaan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi kembali
menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang
dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriiksaan USG
transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko
penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi menembus kulit,
membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi
(misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak dengan
mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan
sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit intak,
misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol
70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan
tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air.
Panduan di bawah ini dapat membantu mencegah penyebaran infeksi 1,2 :
(1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai kain
halus atau kertas tissue halus.
(2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihkan dengan
sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan peralatan USG.
(3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam selama dua menit
dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan diganti setiap
hari), kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan.
(4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG transvaginal,
bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
(5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan yang akan
membuka labia sebelum transduser vagina dimasukkan. Perhatikan jangan sampai sarung
tangan tersebut mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
(6) Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus dimasukkan pada tempat khusus
untuk mencegah penyebaran infeksi, dan pemeriksa mencuci tangan.
(7) Pada pemeriksaan USG invasif, persiapan yang dilakukan sama seperti akan melakukan
tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai harus steril, operator mencuci tangan
dengan larutan mengandung khlorheksidine 3%, memakai sarung tangan dan masker, serta
memakai kacamata. Kulit dibersihkan dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil alkohol
60%, khlorheksidin alkohol, atau povidone iodine. Transduser dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi, kemudian dibungkus dengan plastik khusus yang steril. Membran mukosa vagina
dibersihkan dengan larutan yang mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan
cetrimide 0,15%.
b. Persiapan Alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Hidupkan
peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan
tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG,
hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun akan
membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan
UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hati-hati,
terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabelnya,
jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik
penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia
lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan
alat tersebut.
c. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang
cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus
diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi
pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan
secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan
USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang
nona atau nyonya ?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada
setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini
penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang dapat
melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan
harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh Kok sudah dikomputer masih
juga tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung telur ? USG hanyalah
salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih
diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
d. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa
indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien
dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona,
terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada;
kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan
dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat
persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau
amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis dari
pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya
seperti HIV/AIDS dan penyakit menular intimual akibat semakin banyaknya intim bebas dan
pemakaian NARKOBA.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti
pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya
mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat
ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
2. Teknik Pemeriksaan
a. Pemeriksaan USG Transabdominal
Setelah pasien tidur terlentang, perut bagian bawah ditampakkan dengan batas bawah setinggi
tepi atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas lateral sampai tepi abdomen.
Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas untuk melindungi
pakaian wanita tersebut dari jelly yang kita pakai. Taruh jelly secukupnya pada kulit perut,
lakukan pemeriksaan secara sistematis.
genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan gambaran organ genitalia sebaik pada
pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.
d. Pemeriksaan USG Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal. Perbedaannya
terletak pada bantuk dan ukuran diameter penjejak dan posisi pemeriksaan yang kurang lazim
bagi wanita Indonesia. Setelah pasien dalam posisi lithotomi atau posisi tidur dengan kaki
ditekuk dan bagian pantat diganjal dengan bantal khusus, transduser yang telah dibungkus
dua lapis kondom dan dibubuhi jelly dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum.
Lakukan identifikasi uterus sebagai petunjuk organ genitalia interna, setelah itu identifikasi
vesika urinaria kemudian evaluasi seluruh organ genitalia interna dan rongga pelvik.
Manipulasi atau pergerakan transduser per rektal sangat terbatas dan sering menimbulkan
rasa tidak nyaman. Jelaskan secara intimama sebelum melakukan pemeriksaan USG
transrektal. Setelah selesai pemeriksaan, lepaskan kondom secara hati-hati, kemudian lakukan
dekontaminasi kondom dengan larutan klorin 0,5%.
e. Pemeriksaan USG Invasif
USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan terapeutik, misalnya
biopsi villi koriales, amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up (OPU), atau transfusi intra
uterin. Setelah dilakukan penjelasan dan pasien memberikan persetujuan tertulis, dokter akan
melakukan pemeriksaan USG untuk menilai kondisi kehamilan atau genitalia interna. Pada
umumnya hanya diperlukan anestesi lokal untuk memasukkan jarum punksi, tetapi dapat juga
dengan anestesi umum pada tindakan OPU. Teknik yang dipakai bisa secara free-hand atau
dipandu USG melalui marker pungsi yang ada pada transduser.
http://www.duniakebidanan.com/post/read/460/persiapan-dan-teknikpemeriksaan-usg-obstetri-dan-ginekologi.html
NO
I
TINDAKAN
PENGKAJIAN
BOBOT
BOBOT
X
NILAI
KETERANGAN
NILAI
1.
III
IV
V
VI
INTERVENSI
A. Persiapan Alat :
1. Status atau rekam medik klien.
2. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya.
3. Formulir pesanan pemeriksaan USG.
B. Persiapan Klien :
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur yang akan dilakukan.
IMPLEMENTASI
1. Melaporkan / membuat perjanjian dengan petugas USG.
2. Mencuci tangan.
3. Membawa klien ketempat pemeriksaan dengan menggunakan
kursi roda atau meja dorong (sesuai kondisi klien) bersama
rekam medik dan formulir USG klien.
4. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilalkukan.
5. Menjamin kebutuhan privacy klien.
6. Mengatur posisi klien (berbaring pada tempat pemeriksaan
dan mengolesi jelly / lubricant pada area permukaan kulit
yang akandiperiksa).
7. Untuk USG kandung kemih : 2 jam sebelum pemeriksaan klien
diberi banyak minum dan diminta menahan buang air kecil
sampai pemeriksaan selesai.
8. Merapihkan klien dan membawa klien kembali keruang
perawatan.
9. Mencuci tangan.
EVALUASI
Mengevaluasi respon klien selama, dan sesudah prosedur.
DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan.
2. Mencatat respon klien selama, dan sesudah prosedur.
1
1
SIKAP
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privacy.
9. Sopan.
TOTAL
10
http://satriadwipriangga.blogspot.co.id/2011/11/sop-menyiapkan-klien-untukpemeriksaan.html